Perbandingan Penerapan antar Skenario

Gambar 66. Prediksi konsentrasi ambien CO hasil simulasi skenario tahun 2011 hingga 2026 di Kota Makassar. Dari Gambar 66, menunjukkan bahwa pada kondisi eksisting skenario dasar menghasilkan konsentrasi ambien CO yang lebih tinggi dibandingkan dengan keempat skenario lainnya SBW, SBBG, SIM dan SGAB, yaitu sebesar 2952.61 µgm 3 pada tahun 2011 dan mengalami peningkatan pada tahun 2026 menjadi 15 069.79 µgm 3 . Sedangkan pada skenario Busway, skenario BBG, skenario IM, dan skenario gabungan pada akhir tahun simulasi terjadi penurunan nilai konsentrasi secara signifikan berturut-turut sebesar 11 125.40 µgm 3 , 12 031.30 µgm 3 , 7541.17 µgm 3 dan 5542.91 µgm 3 atau terjadi pengurangan nilai konsentrasi ambien rata-rata berturut-turut sebesar 16.88, 25.48, 99.89, dan 134.81 jika dibandingkan terhadap skenario dasar. Konsentrasi ambien CO yang dihasilkan pada skenario busway lebih rendah jika dibandingkan pada skenario dasar disebabkan oleh adanya pengalihan jumlah kendaraan mobil penumpang pribadi dan sepeda motor kepada penggunaan kendaraan umum busway sehingga terjadi penurunan jumlah kendaraan yang beroperasi di ruas jalan di Kota Makassar. Hal ini sesuai dengan hasil kajian Syahril et al., 2002, yang menyatakan bahwa penerapan transportasi publik di Jakarta dapat mereduksi emisi CO sebesar 36.60 selama 10 tahun periode simulasi. Penurunan konsentrasi ambien CO pada penerapan skenario BBG juga sejalan dengan hasil studi World Bank dalam Rahmawati 2009, yang Time K ons ent ras i am bi en ug m 3 KONS_CO 1 KONS_CO 2 KONS_CO 3 KONS_CO 4 KONS_CO 5 BM_CO 6 2.008 2.010 2.012 2.014 2.016 2.018 2.020 2.022 2.024 2.026 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 15.000 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 4 5 CO_SD CO_SBW CO_SBBG CO_SIM CO_SGAB BM_CO menyatakan bahwa penggunaan BBG pada kendaraan dapat mengurangi emisi pencemar CO sebesar 52 hingga 84 dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar solar. Sedangkan jika dibandingkan dengan kendaraan yang menggunakan bahan bakar bensin, penggunaan BBG dapat menurunkan 98 pencemar CO Walsh et al., 1996. Penerapan skenario IM dan skenario gabungan memiliki proyeksi konsentrasi CO yang paling rendah dibandingkan skenario lainnya. Hal ini terlihat dari nilai konsentrasi CO pada penerapan kedua skenario tersebut pada akhir tahun simulasi belum melampaui baku mutu udara ambien untuk parameter CO sebesar 10,000 µgm 3 berdasarkan SK. Gubernur Sulawesi Selatan No. 14 Tahun 2003. Sedangkan pada penerapan skenario busway dan skenario BBG diperoleh nilai konsentrasi yang telah melampaui BMUA berturut-turut pada tahun 2023 10 180.91 µgm 3 dan tahun 2025 10 775.02 µgm 3 . b Konsentrasi ambien NO 2 Hasil simulasi model pengendalian pencemaran yang menggambarkan nilai konsentrasi ambien NO 2 pada penerapan skenario model selama periode simulasi hingga tahun 2026 dapat dilihat pada Gambar 67. Dari Gambar 70, tampak bahwa penerapan skenario Busway, SBBG, SIM dan SGAB menghasilkan nilai konsentrasi ambien NO 2 yang lebih rendah jika dibandingkan terhadap skenario dasar. Pada skenario Busway dan BBG terjadi penurunan nilai konsentrasi berturut-turut sebesar 444.32 µgm 3 dan 470.20 µgm 3 pada akhir tahun simulasi 2026 atau terjadi pengurangan konsentrasi NO 2 masing-masing sebesar 16.16 dan 28.48 jika dibandingkan terhadap skenario dasar. Menurut Syahril et al., 2002, penerapan public transport di Jakarta dapat mengurangi beban emisi NO 2 sebesar 26.38 selama periode simulasi. Sedangkan hasil penelitian Rahmawati 2009 menyatakan bahwa potensi penurunan total beban emisi dengan penerapan kebijakan BBG untuk polutan NO 2 sebesar 18 pada tahun 2020. Gambar 67. Prediksi konsentrasi ambien NO 2 hasil simulasi skenario tahun 2011 hingga tahun 2026 di Kota Makassar. Penerapan skenario IM dan skenario gabungan menghasilkan proyeksi konsentrasi NO 2 yang lebih rendah dibandingkan kedua skenario sebelumnya pada tahun 2026, yaitu masing-masing sebesar 99.24 dan 139.83 µgm 3 jika dibandingkan terhadap skenario dasar dengan nilai konsentrasi NO 2 sebesar 299.97 µgm 3 dan 216.57 µgm 3 . Hasil penelitian Rahmawati 2009 di Jakarta menunjukkan bahwa pada penerapan skenario IM dapat mereduksi 62 senyawa NO 2 pada tahun 2020 di Jakarta. Melalui perawatan rutin seperti penyetelan mesin, pembersihan filter udara dan lain-lain, dapat mengurangi gas buang NO 2 sebesar 20 Gorham 2002. Hasil simulasi konsentrasi NO 2 juga memperlihatkan bahwa pada kondisi eksisting, nilai konsentrasi NO 2 telah melampaui BMA sejak tahun 2014 yaitu sebesar 163.76 µgm 3 . Begitu juga pada penerapan skenario lainnya SB, SBBG, SIM dan SGAB nilai konsentrasi yang diperoleh pada akhir simulasi seluruhnya melampaui BMA yang telah ditetapkan sebesar 150 µgm 3 yaitu pada tahun 2014 sebesar 155.17 µgm 3 , tahun 2016 157.11 µgm 3 , tahun 2020 156.14 µgm 3 dan tahun 2022 151.85 µgm 3 . c Konsentrasi ambien SO 2 Hasil simulasi model yang menggambarkan nilai konsentrasi ambien SO 2 pada penerapan skenario model dapat dilihat pada Gambar 68 berikut. Time K ons ent ras i am bi en ug m 3 KONS_NO2 1 KONS_NO2 2 KONS_NO2 3 KONS_NO2 4 KONS_NO2 5 BM_NO2 6 2.008 2.010 2.012 2.014 2.016 2.018 2.020 2.022 2.024 2.026 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 4 5 6 NO2_SD NO2_SBW NO2_SBBG NO2_SIM NO2_SGAB BM_NO2 Gambar 68. Prediksi konsentrasi ambien SO 2 hasil simulasi skenario tahun 2011 hingga 2026 di Kota Makassar. Gambar 68 menggambarkan bahwa konsentrasi ambien SO 2 yang dihasilkan pada kondisi eksisting skenario dasar, lebih tinggi dibandingkan ketiga skenario lainnya SBW, SBBG, SIM dan SGAB, yaitu sebesar 278.17 µgm 3 pada tahun 2011 dan mengalami peningkatan pada tahun 2026 menjadi 1076.99 µgm 3 . Nilai ini telah jauh melampaui BMA yang ada sebesar 360 µgm 3 sehingga akan sangat berbahaya bagi kesehatan manusia juga terhadap mahluk hidup lainnya jika tidak dilakukan upaya pengendalian pencemaran. Dari hasil simulasi menunjukkan bahwa penerapan skenario busway belum memberikan hasil yang memuaskan dengan nilai reduksi konsentrasi ambien rata-rata sebesar 7.77 dibandingkan pada skenario dasar hingga akhir simulasi pada tahun 2026. Hasil kajian Syahril et al., 2002, menyatakan bahwa penerapan public transport di Jakarta dapat mengurangi beban emisi SO 2 hingga 18.49 selama periode simulasi dari tahun 2005 hingga tahun 2015. Pada penerapan skenario BBG, SIM dan SGAB, nilai konsentrasi SO 2 menurun berturut-turut sebesar 784.42 µgm 3 , 558.16 dan 397.74 µgm 3 pada akhir simulasi 2026 atau terjadi pengurangan konsentrasi emisi masing-masing sebesar 46.14, 95.82 dan 156.45 dari skenario dasar. Hasil simulasi juga menunjukkan bahwa nilai konsentrasi SO 2 yang diperoleh untuk seluruh skenario yang diterapkan telah melampaui BMA, Time K ons ent ras i am bi en ug m 3 KONS_SO2 1 KONS_SO2 2 KONS_SO2 3 KONS_SO2 4 KONS_SO2 5 BM_SO2 6 2.008 2.010 2.012 2.014 2.016 2.018 2.020 2.022 2.024 2.026 120 240 360 480 600 720 840 960 1.080 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 SO2_SD SO2_SBW SO2_SBBG SO2_SIM SO2_SGAB BM_SO2 walaupun nilai reduksi konsentrasi ambien yang dihasilkan pada penerapan skenario IM dan skenario Gabungan cukup signifikan mengurangi laju peningkatan nilai konsentrasi ambien polutan SO 2 . d Konsentrasi ambien PM 10 Hasil simulasi model yang menggambarkan nilai konsentrasi ambien PM 10 pada penerapan skenario model dapat dilihat pada Gambar 69 berikut. Gambar 69. Prediksi konsentrasi ambien PM 10 hasil simulasi skenario tahun 2011 hingga 2026 di Kota Makassar. Dari Gambar 69, menjelaskan bahwa konsentrasi ambien PM 10 yang terjadi pada kondisi eksisting skenario dasar, lebih tinggi dibandingkan ketiga skenario lainnya Busway, BBG, IM dan Gabungan, yaitu sebesar 78.33 µgm 3 pada tahun 2011 dan mengalami peningkatan pada tahun 2026 menjadi 375.36 µgm 3 . Sedangkan pada skenario Busway, IM dan BBG, terjadi penurunan konsentrasi PM 10 menjadi masing-masing 286.21 µgm 3 , 294.35 µgm 3 , 189.43 µgm 3 dan 138.10 µgm 3 pada akhir simulasi 2026 atau terjadi penurunan konsentrasi polutan masing-masing sebesar 14.68, 29.77, 98.85 dan 139.63 dari skenario dasar. Menurut Soleiman 2008, pengurangan volume kendaraan melalui penggunaan kendaraan umum bis dapat mereduksi emisi PM 10 sebesar 46.7 melalui simulasi selama kurun waktu 20 tahun 2005 – 2025. Sedangkan menurut Time K ons ent ras i am bi en ug m 3 KONS_PM10 1 KONS_PM10 2 KONS_PM10 3 KONS_PM10 4 KONS_PM10 5 BM_PM10 6 2.008 2.010 2.012 2.014 2.016 2.018 2.020 2.022 2.024 2.026 50 100 150 200 250 300 350 400 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 4 PM10_SD PM10_SBW PM10_SBBG PM10_SIM PM10_SGAB BM_PM10 Syahril et al, 2002, pengembangan transportasi publik dapat mereduksi emisi PM 10 sebesar 27.06 selama periode simulasi 2005 – 2015. Selanjutnya hasil studi Rahmawati 2009, menyatakan bahwa penerapan skenario BBG dan IM dapat mereduksi emisi PM 10 masing-masing sebesar 61 dan 78 dengan periode simulasi selama 12 tahun 2008 – 2020. Hasil perbandingan penerapan antar skenario konsentrasi ambien seluruh parameter yang dinyatakan dalam persentase reduksi terhadap kondisi eksisting skenario dasar, disajikan pada Tabel 29. Tabel 29. Perbandingan total konsentrasi ambien antar skenario No Jenis Polutan Persentase Reduksi terhadap Skenario Dasar Skenario Busway Skenario BBG Skenario IM Skenario Gabungan 1 CO 16.88 25.48 99.89 134.81 2 NO 2 16.16 28.48 99.24 139.83 3 SO 2 7.77 46.14 95.82 156.49 3 PM 10 14.68 29.77 98.85 139.63 Sumber: Hasil Analisis 2011 Dari Tabel 29 terlihat bahwa pada kondisi eksisting skenario dasar secara umum berdampak terhadap semakin memburuknya kondisi kualitas udara di Kota Makassar jika dibandingkan terhadap keempat skenario lainnya yaitu skenario Busway, BBG, IM dan Gabungan. Penerapan skenario Busway dapat mereduksi 16.88 konsentrasi ambien CO, 16.16 konsentrasi ambien NO 2 , 7.77 konsentrasi ambien SO 2 dan 14.68 konsentrasi ambien PM 10 jika dibandingkan terhadap skenario dasar. Penerapan skenario BBG dapat mereduksi 25.48 konsentrasi ambien CO, 28.48 konsentrasi ambien NO 2 , 46.14 konsentrasi ambien SO 2 dan 29.77 konsentrasi ambien PM 10 . Pada penerapan skenario IM dapat mereduksi 99.89 konsentrasi ambien CO, 99.24 konsentrasi ambien NO 2 , 95.82 konsentrasi ambien SO 2 dan 98.85 konsentrasi ambien PM 10 . Sedangkan penerapan skenario gabungan menghasilkan reduksi konsentrasi ambien yang terbesar yaitu dapat mereduksi konsentrasi ambien CO sebesar 134.81, konsentrasi ambien NO 2 sebesar 139.83, konsentrasi ambien NO 2 sebesar 156.49, dan konsentrasi ambien PM 10 sebesar 139.63 dari skenario dasar. Secara keseluruhan nilai konsentrasi udara ambien untuk seluruh parameter polutan yang menghasilkan nilai konsentrasi terendah yaitu pada penerapan skenario gabungan Busway, BBG, dan IM sehingga dapat dikatakan bahwa penerapan skenario gabungan dapat meningkatkan kualitas udara di Kota Makassar.

5.5.11 Implikasi Kebijakan Model

Pada dasarnya kebijakan lingkungan bertujuan untuk mengubah perilaku manusia agar aktivitas yang dilakukan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan atau dapat meminimalkan kerusakan lingkungan. Menurut Soleiman 2008, kebijakan pengendalian pencemaran pada umumnya menggunakan instrumen yang berbasis pasar market based atau berupa perintah dan pengendalian command and control CAC. Kebijakan CAC melakukan perubahan perilaku masyarakat menggunakan sistem pengawasan yang ketat dan adanya sanksi hukum agar kebijakan dapat dipatuhi oleh masyarakat. Sedangkan kebijakan menggunakan instrumen ekonomi mengubah perilaku masyarakat menggunakan penerapan nilai ekonomi dimana masyarakat akan mengubah perilakunya sesuai dengan pertimbangan meningkatnya pengeluaran akibat aktivitas yang dilakukan. Dengan demikian apabila pengawasan pelaksanaan kebijakan tidak dapat atau sulit dilakukan atau tidak adanya sanksi hukum terhadap pelanggaran yang dilakukan maka suatu kebijakan CAC tidak dapat melakukan fungsinya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Karena itu pada umumnya kedua kebijakan tersebut dilakukan bersamaan. a. Skenario Busway Tujuan penerapan skenario busway untuk mereduksi penggunaan kendaraan pribadi sehingga dapat mengurangi jumlah kendaraan yang beroperasi di jalan yang pada akhirnya dapat mengurangi total beban emisi kendaraan bermotor. Oleh karena itu perbaikan sistem transportasi umum merupakan persyaratan utama agar penggunaan kendaraan pribadi dapat direduksi. Manajemen sistem transportasi diperlukan dengan mengintegrasikan sarana transportasi publik antar wilayah dalam kota maupun dari wilayah-wilayah pinggiran kota yang menuju ke atau dari pusat-pusat kota atau pusat kegiatan perekonomian. Kota Curritiba Brazil, secara nyata dapat menurunkan tingkat penggunaan kendaraan pribadi dan konsumsi BBM dari sektor transportasi melalui penerapan sistem transportasi publik yang terintegrasi antara tata ruang kota dan infrastruktur transportasi umum Loukopoulos et al., 2005. Perbaikan sistem transportasi publik yang memadai membutuhkan pembangunan infrastruktur transportasi dan integrasi tata ruang kota. Karena itu pengembangan sistem transportasi publik membutuhkan investasi yang tinggi dan memerlukan kerja sama dan koordinasi yang harmonis antar instansi yang berkepentingan agar kebijakan yang diambil dapat terlaksana dan berkelanjutan. Penerapan skenario busway juga memerlukan dukungan subsidi dari pemerintah baik kepada pengusaha jasa transportasi maupun masyarakat pengguna transportasi publik. Pemberian insentif berupa pengurangan pajak kendaraan atau bentuk subsidi lainnya diperlukan agar pengusaha jasa transportasi dapat memberikan pelayanan yang memadai kepada masyarakat. Pemberian subsidi kepada masyarakat pengguna transportasi publik juga dapat merangsang peningkatan penggunaan transportasi publik oleh masyarakat karena pertimbangan keuntungan finansial yang diperoleh sehingga masyarakat akan beralih dari penggunaan kendaraan pribadi ke kendaraan umum sehingga emisi kendaraan dapat dikendalikan. Tingginya permintaan terhadap penggunaan kendaraan pribadi di negara berkembang termasuk di Kota Makassar disebabkan karena tidak tersedianya alternatif transportasi publik yang memadai, oleh karena itu pembangunan infrastruktur transportasi publik yang memadai sangat dibutuhkan saat ini oleh masyarakat. Hal ini dapat dilakukan oleh pemerintah melalui pengalihan subsidi BBM untuk pembangunan infrastruktur transportasi publik yang memadai. b. Skenario BBG Tujuan dari penerapan skenario BBG yaitu untuk menghasilkan emisi kendaraan bermotor yang lebih bersih sehingga total beban emisi yang terjadi akibat penggunaan BBM dapat direduksi. Pengalihan subsidi BBM dapat dilakukan melalui penggunaan bahan bakar alternatif BBG bagi kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Pemberian subsidi terhadap kendaraan yang