Skenario Optimis Skenario 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.

Hasil perubahan nilai skoring beberapa atribut kunci di atas, selanjutnya dilakukan analisis Rap-Insus COREMAG untuk melihat seberapa besar peningkatan nilai indeks keberlanjutan pengelolaan ekosistem terumbu karang di KKLD Kabupaten Bintan. Besarnya perubahan nilai indeks berdasarkan hasil analisis Rap-Insus COREMAG, seperti pada Tabel 35. Tabel 35. Perubahan nilai indeks keberlanjutan skenario 2 pengelolaan ekosistem terumbu karang di KKLD Bintan Timur Kepulauan Riau No Dimensi Keberlanjutan Nilai Indeks Eksisting Nilai Indeks Skenario 2 Perbedaan 1 Ekologi 63,00 64,41 1,41 2 Ekonomi 57,48 69,57 12,09 3 Sosial budaya 52,03 52,98 0,95 4 Teknologi dan Infrastruktur 51,18 58,15 6,97 5 Hukum dan Kelembagaan 49,91 64,50 14,59 6 Multidimensi 54,73 60,70 5,97 Pada Tabel 35 terlihat bahwa semua dimensi memiliki nilai indeks keberlanjutan di atas 50 atau sudah berada pada status cukup berkelanjutan. Namun untuk mencapai kondisi yang ideal, upaya peningkatan nilai indeks ini masih dapat dilakukan dengan memaksimalkan perbaikan sebagian besar atribut kunci yang yang ada. Penanganan atribut-atribut tersebut dapat dilakukan seperti pada skenario 3 dengan melakukan perbaikan sebagian besar atribut-atribut kunci tersebut.

3. Skenario Optimis Skenario 3

Pada skenario 3 ini, upaya perbaikan dilakukan terhadap semua atribut- atribut kunci. Dengan perbaikan ini tentunya dibutuhkan biaya yang besar dan waktu yang cukup lama. Dalam hal ini dapat dilakukan dalam tiga masa waktu yaitu jangka pendek dengan melakukan perbaikan-perbaikan atribut yang mendesak untuk ditangani, kemudian jangka menengah dan jangka panjang dengan melakukan perbaikan terhadap atribut penunjang pengelolaan ekosistem terumbu karang. Hal ini dapat dilakukan dengan komitmen yang kuat dari pemerintah sebagai fasilatator dan regulator dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang. Beberapa faktor kunci yang diupayakan dapat diperbaiki seperti pada Tabel 36. Tabel 36. Perubahan nilai skoring atribut yang berpengaruh pada skenario 3 terhadap peningkatan status pengelolaan ekosistem terumbu karang No Atribut Kunci Skring Skala Eksisting Skenario 3 1 Tutupan karang hidup 1 3 0 - 3 2 Persentase luas area yang dilindungi 3 0 - 2 3 Koordinasi antara stakeholders 1 2 0 - 2 4 Kebijakan pemerintah 1 2 0 - 2 5 Penyuluhan hukum lingkungan 1 2 0 - 2 6 Kepatuhan masyarakat 1 2 0 - 2 7 Penyerapan tenaga kerja pariwisata 1 0 - 2 8 Ketersediaan SDM 1 3 0 - 3 9 Pendapatan masyarakat 1 2 0 - 2 10 Sarana dan prasarana pengawasan 1 2 0 - 2 Hasil perubahan nilai skoring beberapa atribut kunci Tabel 36, selanjutnya dilakukan analisis Rap-Insus COREMAG untuk melihat seberapa besar peningkatan nilai indeks keberlanjutan pengelolaan ekosistem terumbu karang di KKLD Bintan Timur. Besarnya perubahan nilai indeks berdasarkan hasil analisis Rap-Insus COREMAG, seperti pada Tabel 37. Tabel 37. Perubahan nilai indeks keberlanjutan skenario 3 pengelolaan ekosistem terumbu karang di KKLD Bintan Timur Kepulauan Riau No Dimensi Keberlanjutan Nilai Indeks Eksisting Nilai Indeks Skenario 3 Perbedaan 1 Ekologi 63,00 72,73 9,73 2 Ekonomi 57,48 79,03 21,55 3 Sosial budaya 52,03 54,41 2,38 4 Teknologi dan Infrastruktur 51,18 58,15 6,97 5 Hukum dan Kelembagaan 49,91 64,50 14,59 6 Multidimensi 54,73 64,25 9,52 Pada Tabel 37 terlihat bahwa terjadi peningkatan nilai indeks keberlanjutan dengan melakukan perubahan dengan skenario 3 pada seluruh atribut kunci. Pada skenario 3 ini hanya dimensi ekonomi tingkat keberlanjutannya termasuk dalam kategori baik, sedangkan pada dimensi ekologi, sosial budaya, teknologi dan infrastruktur serta dimensi hukum dan kelembagaan tingkat keberlanjutannya dalam kategori cukup.

5.3.2.4. Rekomendasi Skenario Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang

Berdasarkan hasil MDS, leverage, analisis kebutuhan need analysis dan analisis prospektif dapat diformulasikan skenario pengelolaan ekosistem terumbu karang di KKLD Bintan Timur. Adapun nilai indeks keberlanjutan pada masing- masing skenario selengkapnya disajikan pada Tabel 38. Tabel 38. Nilai indeks keberlanjutan kondisi eksisting dan skenario 1, 2, 3 pengelolaan ekosistem terumbu karang di KKLD Bintan Timur Kepulauan Riau No Dimensi Nilai indeks keberlanjutan Eksisting Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 1 Ekologi 63,00 63,00 64,41 72,73 2 Ekonomi 57,48 57,48 69,57 79,03 3 Sosial Budaya 52,03 52,98 52,98 54,41 4 Teknologi dan Infrastruktur 51,18 51,18 58,15 58,15 5 Hukum dan Kelembagaan 49,91 56,41 64,50 64,50 6 Multidimensi 54,73 55,66 60,70 64,25 Tingkat keberlanjutan pengelolaan ekosistem terumbu karang di KKLD Bintan Timur dapat ditingkatkan dari kondisi eksisting saat ini. Dengan melakukan perubahan pada atribut kunci sensitif pada setiap dimensi akan mampu meningkatkan nilai indeks keberlanjutan. Melalui strategi pengelolaan dengan penerapan skenario 1, 2 dan 3 akan diperoleh suatu tingkat pengelolaan ekosistem terumbu karang yang berkelanjutan dari masing-masing dimensi. Peningkatan nilai indeks keberlanjutan pada skenario 3 memberikan perubahan terbesar pada tingkat keberlanjutan pengelolaan ekosistem terumbu karang di KKLD Bintan Timur Kepri. Peningkatan nilai indeks keberlanjutan pada masing- masing skenario pada setiap dimensi keberlanjutan berdasarkan diagram layang- layang selengkapnya disajikan pada Gambar 29. Gambar 29. Nilai indeks keberlanjutan lima dimensi keberlanjutan pada kondisi eksisting, skenario 1, 2 dan 3 pengelolaan ekosistem terumbu karang di KKLD Bintan Timur Kepulauan Riau Pada Tabel 38 terlihat terlihat bahwa semua dimensi memiliki nilai indeks keberlanjutan di atas 50, kecuali dimensi hukum dan kelembagaan pada kondisi eksisting. Namun demikian nilai indeks keberlanjutan multidimensi masih berada kisaran indeks 50 – 75, yang berarti berada pada status cukup berkelanjutan. Untuk lebih memantapkan keberlanjutan pengelolaan ekosistem terumbu karang di KKLD Bintan Timur, penanganan atribut-atribut sensitif yang tidak termasuk faktor kunci key factor dan atribut-atribut yang tidak sensitif merupakan suatu hal yang sulit untuk dihindari. Hal ini terlihat dari nilai indeks keberlanjutan multidimensi yang dicapai hanya 64,25, sementara perbaikan terhadap faktor kunci ditangani secara maksimal. Namun demikian, diharapkan dengan tertanganinya faktor-faktor kunci ini akan mendorong terjadinya perbaikan faktor- Kondisi Eksisting Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 52,03 49,91 51,18 57,48 63,00 20 40 60 80 100 E k o n o m i E k o l o g i So s i a l B u d a y a T e k n o l o g i d a n I n fr a s t r u k t u r H u k u m d a n Ke l e m b a g a a n 52,98 63,00 51,18 56,41 57,48 20 40 60 80 100 Eko n o m i Eko lo gi So sial Bu d ay a Tekn o lo gi d an I n fr ast r u kt u r Hu ku m d an Kelem b agaan 52,98 58,15 69,57 64,41 64,50 20 40 60 80 100 Eko n o m i Eko lo gi So sia l Bu d a y a Te kn o lo gi d a n I n fr a st r u kt u r Hu ku m d a n Ke le m b a ga a n 54,41 58,15 64,50 79,03 72,73 20 40 60 80 100 Eko n o m i Eko lo gi So sia l Bu d a y a Te kn o lo gi d a n I n fr a st r u kt u r Hu ku m d a n Ke le m b a ga a n faktor lain, sehingga indeks dan status keberlanjutan pengelolaan terumbu karang secara keseluruhan dapat meningkat. Strategi pengelolaan ekosistem terumbu karang berkelanjutan di KKLD Bintan Timur dilakukan berdasarkan atas strategi rekomendasi yang disusun pada skenario 1. 2, dan 3. Pada skenario 1 dilakukan seperti kondisi eksisting dan sedikit perbaikan pada beberapa atribut kunci pada dimensi yang tidak berkelanjutan. Pada skenario 2 peningkatan skoring pada beberapa atribut kunci pada seluruh dimensi tetapi tidak maksimal. Pada skenario 3 peningkatan skoring pada seluruh atribut kunci dengan maksimal. Dengan demikian strategi pengelolaan ekosistem terumbu karang di KKLD Bintan Timur dimasa yang akan datang dilakukan dengan implementasi faktor-faktor atau atribut kunci tersebut. Strategi pengelolaan ekosistem terumbu karang ditentukan oleh peran atribut kunci dominan yang memberikan peningkatan nilai indeks keberlanjutan. Interaksi antar atribut kunci akan menjadi pertimbangan dalam penentuan strategi pengelolaan dimasa yang akan datang. Peningkatan SDM dan pemberdayaan masyarakat serta penyuluhan hukum lingkungan menjadi komponen yang perlu dipertimbangkan dalam pengelolaan terumbu karang berbasis masyarakat community based management yang akan melahirkan kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam menjaga kelestarian ekosistem terumbu karang. Koordinasi antara stakeholders, peningkataan serapan tenaga kerja pariwisata, peningkatan mutu sarpras pengawasan perlu diupayakan melalui kebijakan pemerintah, dunia usaha dan partisipasi masyarakat. Dengan demikian akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta mengurangi tekanan terhadap ekosistem terumbu karang. 5.4 Strategi Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Berkelanjutan 5.4.1. Arahan Strategi dan Implementasi Program Penyusunan strategi pengelolaan ekosistem terumbu karang berkelanjutan di KKLD Bintan Timur dilakukan dengan melihat interaksi antara komponen- komponen ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan infrastruktur serta hukum dan kelembagaan. Permasalahan pengelolaan ekosistem terumbu karang bersifat kompleks dengan banyak faktor atribut yang mempengaruhi keberlanjutannya. Untuk itu dilakukan pembatasan pada atribut kunci dominan yang mempengaruhi keberlanjutan pengelolaan ekosistem terumbu karang. Strategi dibangun berdasarkan pendekatan integratif terhadap seluruh atribut kunci yang berpengaruh terhadap pengelolaan terumbu karang. Upaya pengelolaan dengan menggunakan strategi pada skenario II moderat merupakan kondisi yang dapat dicapai pada saat ini sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Kabupaten Bintan 2011 – 2015 dan Peraturan Bupati Bintan Nomor 13II2009 tentang Rencana Strategis Pengelolaan Terumbu Karang Kabupaten Bintan. Dengan menggunakan hubungan fungsi P = f t, l, k, b, h, p, s, m, i, w, yaitu tutupan karang hidup t, luas area yang dilindungi l, koordinasi antar stakeholders k, kebijakan pemerintah b, penyuluhan hukum lingkungan h, kepatuhan masyarakat p, penyerapan tenaga kerja pariwsata s, ketersediaan SDM m, pendapatan masyarakat i, dan ketersediaan sarana dan prasarana pengawasan w. Peningkatan kinerja dengan skenario II dilakukan dengan meningkatkan kinerja intervensi faktor kunci. Dengan peningkatan kinerja faktor kunci ini setingkat lebih tinggi maka nilai indeks keberlanjutan multidimensi meningkat dari 54,73 menjadi 60,70 cukup berkelanjutan atau kinerja sistem meningkat sebesar 5,97. Ketersediaan sumberdaya manusia, biaya, waktu dan kebijakan yang mampu mendukung pencapaian strategi optimum, menjadi pertimbangan bagi keberhasilan pengelolaan yang dilakukan. Untuk memudahkan pembuatan kebijakan yang dapat mendorong pengembangan pengelolaan ekosistem terumbu karang yang berkelanjutan, maka diperlukan strategi pengelolaan. Strategi yang dilakukan adalah dengan membuat skenario dalam bentuk kebijakan operasional implementasi yang dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Adapun strategi yang dilakukan adalah dengan intervensi dan perbaikan dalam upaya meningkatkan nilai skala pada atribut-atribut kunci dari masing-masing dimensi. Kebijakan implementasi yang dilakukan pada atribut kunci masing-masing dimensi disajikan pada pada Tabel 39. Tabel 39. Perubahan kenaikan skala atribut pada masing-masing dimensi dan indikator keberhasilan pada skenario 2 pengelolaan ekosistem terumbu karang di KKLD Bintan Timur Kepri No Dimensi Atribut Perubahan Skor Indikator Keberhasilan Awal Akhir 1 Ekologi 1. Tutupan karang hidup 2. Persentase luas area yang dilindungi 1 2 1 Tutupan karang hidup meningkat dari 25- 49,9 menjadi 50 – 74,9 Luas area yang dilin- dungi meningkat dari 5 menjadi 5- 10 2 Ekonomi 1. Penyerapan tenaga kerja pariwisata 2. Pendapatan masyarakat 1 1 2 Serapan tenaga kerja meningkat dari kategori rendah menjadi sedang Pendapatan rata-rata masyarakat meningkat dari Rp.274.271,- - Rp. 500.000,-kapita bulan menjadi Rp. 500.000,-kapitabulan. 3 Sosial budaya Ketersediaan SDM 1 2 Pengetahuan dan ketrampilan nelayan meningkat, sehingga kesadaran pelestraian terumbu karang meningkat 4 Teknologi dan infrastruktur Sarana dan prasarana pengawasan 1 2 Pengawasan kawasan dapat berjalan dengan baik yang didukung oleh sarpras yang cukup dan dana opera- sional yang memadai 5 Hukum dan ke- lembagaan 1. Kebijakan pemerintah 2. Koordinasi antara Stakeholders 3. Penyuluhan hukum lingkungan 4. Kepatuhan masyarakat 1 1 1 1 2 2 2 2 Pelaksanaan kebijakan pemerintah Perda ber- jalan optimal Koordinasi antar stake- hoders berjalan baik Penyuluhan hukum lingkungan meningkat dari jarang menjadi sering Tidak ada lagi masya- rakat yang melakukan perusakan terumbu karang Berdasarkan sepuluh atribut atau faktor kunci dan indikator keberhasilan di atas, maka disusun lima strategi dan program implementasi pengelolaan ekosistem terumbu karang di KKLD Bintan Timur, diuraikan berikut ini. Strategi -1. Peningkatan koordinasi antar stakeholders Salah satu kunci keberhasilan dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang pada suatu kawasan adalah partisipasi aktif dan dukungan penuh dari seluruh stakeholders mulai dari masyarakat nelayan, wisatawan, pengusaha pariwisata, LSM, Perguruan Tinggi, TNI AL, POLAIR sampai pada pemerintah berbagai level. Pengelolaan ekosistem terumbu karang di pesisir Bintan Timur saat ini berada di bawah koordinasi UPT KKLD Kabupaten Bintan. UPT KKLD Kabupaten Bintan ini merupakan unit pelaksana teknis di bawah koordinasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan. Pemanfaatan ekosistem terumbu karang di wilayah pesisir Bintan Timur saat ini selain sebagai daerah penangkapan ikan fishing ground juga menjadi obyek wisata bahari, seperti diving, snorckling, memancing bagi wisatawan. Pengaturan kegiatan perikanan di ekosistem terumbu karang merupakan tanggung jawab Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, sedangkan kegiatan wisata bahari merupakan wewenang Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan. Hal ini akan dapat menimbulkan konflik dalam pemanfaatan ekosistem terumbu karang. Sementara itu di daratan banyak kegiatan yang berpotensi merusak terumbu karang, seperti kegiatan pertambangan bauksit, limbah permukiman, limbah hotel dan restoran. Untuk mencegah timbulnya konflik pemanfaatan dan kegiatan di daratan yang dapat berdampak kepada terumbu karang, maka perlu dilakukan koordinasi antara UPT KKLD, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan, dan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bintan serta pihak-pihak lainnya. Disamping itu keterlibatan para pihak stakeholders dalam pengelolaan KKLD Bintan sangat diharapkan. Hal ini dimaksudkan selain untuk mengakomodasi kepentingan para pihak terhadap KKLD, juga sebagai partner kerja unit organisasi pengelola dalam melakukan pengelolaan KKLD. Keterlibatan para pihak dapat diakomodir dalam bentuk sebuah forum atau mitra KKLD. Salah satu bentuk forum yang diusulkan adalah ”Forum Penyelamat Terumbu Karang Bintan” atau dapat disingkat FP- TKB. Untuk meningkatkan koordinasi antar stakeholder ada beberapa program yang dapat diimplementasikan guna mencapai keberlanjutan pengelolaan ekosistem terumbu karang di KKLD Bintan Timur, yaitu: 1. Mengintensifkan pertemuan formal dan informal semua stakeholders Mengingat banyaknya stakeholders yang terlibat dengan kepentingan yang berbeda di dalam pengelolaan terumbu karang di KKLD Bintan Timur, maka di butuhkan kesamaan pandang terhadap pengelolaan terumbu karang. Walaupun selama ini diskusi, lokakarya, workshop tentang pengelolaan terumbu karang telah sering dilakukan yang difasilitasi oleh Program Coremap II, namun ke depan pertemuan antar stakeholders bisa diintensifkan lagi. Dengan intensifnya pertemuan yang dilakukan, maka berbagai kendala yang dihadapi dan perbedaan cara pandang antar stakeholders dapat dicari solusinya. Adapun kelompok stakeholders yang terlibat adalah UPT KKLD, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan, Bappeda Kabupaten Bintan, dan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bintan serta pihak-pihak lainnya. Kegiatan ini hendaknya dilakukan tiga kali dalam setahun dan pendanaannya dimasukkan dalam APBD Kabupaten Bintan setiap tahunnya. 2. Penyusunan sistem pengelolaan terumbu karang yang melibatkan semua stakeholders Rencana Strategis Pengelolaan Terumbu Karang di Kabupaten Bintan telah disusun dan telah diterbitkan dalam Peraturan Bupati Bintan Nomor 13II2009. Rencana Strategis Pengelolaan Terumbu Karang ini hendaknya disosialisasikan dan menjadi acuan untuk menyusun program implementatif di tingkat lapangan dengan melibatkan semua stakeholders. Dengan demikian masukan dari berbagai pihak dapat dihimpun, sehingga implementasi program yang telah disusun dapat berjalan dengan baik. Adapun kelompok stakeholders yang terlibat adalah UPT KKLD, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan, Bappeda Kabupaten Bintan, dan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bintan, LSM, Perguruan Tinggi, Pengusaha Pariwisata, Pengusaha Perikanan serta pihak-pihak lainnya. Renstra Pengelolaan Terumbu Karang ini hendaknya bisa dievaluasi sekali lima tahun. Demikian juga Rencana Pengelolaan Terumbu Karang RPTK di tingkat desa yang telah disusun sebelumnya, hendaknya melibatkan semua pemangku kepentingan dalam proses penyusunannya. Namun dalam proses pembuatan RPTK yang telah ada belum melibatkan semua stakeholders yang ada di desa tersebut, sehingga program atau kegiatan yang telah disusun dalam rencana pengelolaan terumbu karang tidak bisa berjalan optimal. Oleh karena itu rencana pengelolaan ini hendaknya disempurnakan lagi dengan melibatkan semua stakeholders , seperti masyarakat nelayan, pengusaha wisata bahari, akademisi, LSM, pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait lainnya. Kegiatan penyempurnaan RPTK ini dilakukan pada awal tahun pertama pelaksanaan program dan dievaluasi dengan berakhirnya program. 3. Pelatihan penguatan kelembagaan lintas sektor Pengelolaan ekosistem terumbu karang tidak terlepas dari pengelolaan wilayah pesisir dan memerlukan keterpaduan antar sektor terutama instansi yang terlibat secara langsung dalam kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan wilayah pesisir. Keterpaduan ini memerlukan mekanisme koordinasi yang jelas. Oleh karena itu dibutuhkan pelatihan penguatan kelembagaan lintas sektor. Dengan pelatihan ini diharapkan setiap sektor memahami tugas pokok dan fungsi tupoksi masing-masing dan dapat melaksanakan dengan penuh tanggungjawab. Adapun kelompok atau institusi yang terlibat adalah UPT KKLD, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan, Bappeda Kabupaten Bintan, dan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bintan, LSM, Perguruan Tinggi, LPSTK serta pihak-pihak lainnya. Kegiatan pelatihan dilakukan pada awal tahun pertama sampai tahun ketiga pelaksanaan program. Strategi-2. Peningkatan pemantauan, pengawasan dan penegakan hukum secara konsisten Kerusakan ekosistem terumbu karang di KKLD Bintan Timur selama ini disebabkan oleh penangkapan ikan secara destruktif, seperti penggunaan bom ikan, potassium siandia, pengambilan karang dan lain sebagainya. Walaupun saat ini penangkapan ikan secara destruktif ini telah banyak berkurang, bahkan sudah tidak ada lagi namun pengawasan terhadap penggunaan alat tangkap yang bersifat merusak lainnya perlu ditingkatkan. Bahkan menurut nelayan, pada waktu-waktu tertentu masih ada nelayan luar daerah yang melakukan penangkapan ikan dengan alat merusak terumbu karang. Untuk meningkatkan pemantauan, pengawasan dan penegakan hukum secara konsisten ada beberapa program yang dapat diimplementasikan guna mencapai keberlanjutan pengelolaan ekosistem terumbu karang di KKLD Bintan Timur, yaitu: 1. Pelaksanaan pemantauan dan pengawasan secara periodik dan peningkatan pengawasan berbasis masyarakat Kegiatan pemantauan dan pengawasan ekosistem terumbu karang di KKLD Bintan Timur dimaksudkan untuk menjamin keutuhan sumberdaya yang terkandung dalam kawasan tersebut. Pelaksanaan pemantauan dan pengawasan dapat dilakukan secara periodik, baik berupa pemantauan dan pengawasan rutin maupun pemantauan gabungan dengan melibat aparat keamanan. Adapun kelompok atau institusi yang terlibat dalam pelaksanaan pemantauan dan pengawasan ini adalah POLAIR, TNI AL, PPNS, UPT KKLD, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Pokmaswas serta pihak-pihak lainnya. Kegiatan pemantauan dan pengawasan secara periodik ini dilakukan dua kali setahun selama program berjalan, terutama pada lokasi yang rawan terhadap perusakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Pemantauan dan pengawasan rutin dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kerusakan ekosistem terumbu karang akibat pemanfaatan oleh masyarakat yang melakukan aktivitas di sekitar terumbu karang, seperti penangkapan ikan, dan kegiatan wisata bahari. Kegiatan pemantauan dan pengawasan dapat dilakukan secara sporadis, namun petugas harus mengetahui zonasi dan peraturannya serta biota yang dilindungi. Disamping itu, pemantauan gabungan dimaksudkan untuk mengembangkan kerjasama yang baik antara aparat keamanan dengan instansi terkait lainnya dalam pengamanan kawasan. Pemantauan gabungan ini dilakukan bila ada indikasi kegiatan yang dapat merusak kelestarian ekosistem terumbu karang yang tidak dapat dicegah oleh masyarakat. Keberhasilan pemantauan dan pengawasan dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang di suatu kawasan tidak terlepas dari partisipasi masyarakat. Sehubungan dengan itu, peran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pemantauan dan pengawasan harus ditingkatkan melalui pengawasan berbasis masyarakat. Dengan telah terbentuknya Kelompok Pengawasan Masyarakat Pokwasmas pada beberapa desa di lokasi penelitian, maka jumlah masyarakat yang terlibat dalam sistem pengawasan harus ditingkatkan, sehingga pengawasan secara mandiri oleh masyarakat dapat diwujudkan dengan biaya operasional seminimal mungkin. Pengawasan berbasis masyarakat melalui Pokwasmas ini dilakukan satu kali dalam seminggu sepanjang tahun. 2. Meningkatkan penataran dan penyuluhan hukum lingkungan bagi semua stakeholders Keberhasilan pengelolaan ekosistem terumbu karang tidak terlepas dari tingkat kepatuhan stakeholders dalam pemanfaatan terumbu karang. Tingkat kepatuhan masyarakat sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan kesadaran masyarakat itu sendiri dalam menjaga lingkungannya. Untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat pengguna, kegiatan penataran dan penyuluhan hukum lingkungan sangat dibutuhkan. Dengan adanya penyuluhan hukum lingkungan ini, para pemangku kepentingan akan mengetahui manfaat dan sanksi yang akan diterima apabila melakukan pelanggaran. Adapun kelompok atau institusi yang terlibat adalah POLAIR, TNI AL, PPNS, UPT KKLD, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan, Bappeda Kabupaten Bintan, dan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bintan, LSM, Perguruan Tinggi, LPSTK, Pengusaha Pariwisata, Pengusaha Perikanan serta pihak-pihak lainnya. Kegiatan penataran dan penyuluhan hulum lingkungan dilakukan pada awal tahun pertama sampai tahun ketiga pelaksanaan program. 3. Penetapan sanksi hukum dan sanksi sosial yang tegas bagi orang merusak terumbu karang Sanksi hukum maupun sanksi sosial merupakan salah satu instrumen yang dapat diterapkan bagi orang yang melakukan perusakan ekosistem terumbu karang di KKLD Bintan Timur. Namun sampai saat penelitian dilakukan, sanksi bagi perusak terumbu karang belum tersusun secara jelas. Bila ada orang yang melakukan pelanggaran, pihak pokwasmas atau masyarakat yang melihat pelanggaran tersebut tidak bisa memberikan sanksi. Hal ini disebabkan pihak pokwasmas belum memiliki kekuatan hukum untuk memberikan sanksi bagi pelaku yang melakukan pelanggaran. Oleh karena itu penetapan sanksi hukum dan sanksi sosial perlu segera ditetapkan untuk memberikan efek jera bagi pelaku perusak ekosistem terumbu karang. Peranan aparat penegak hukum, seperti POLRI, Kejaksaan, Kehakiman, dan PPNS serta tokoh masyarakat sangat diperlukan agar penetapan sanksi hukum yang berkeadilan dapat ditegakkan untuk selama-lamanya. 4. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana pengawasan yang memadai Ketersediaan sarana dan prasarana pengawasan yang memadai serta biaya operasional merupakan prasyarat untuk terwujudnya pemantauan dan pengawasan yang baik. Disamping itu, kecukupan personil yang terampil juga merupakan faktor pendukung dalam suatu kegiatan pemantauan dan pengawasan di laut. Walaupun sarana dan prasarana pengawasan telah ada baik pada tingkat UPT KKLD maupun pada masing-masing desa LPSTK, namun belum mecukupi dan harus ditingkatkan baik jumlah, kualitas maupun anggaran operasionalnya. Disamping itu untuk meningkatkan ketrampilan Pokwasmas hendaknya dilakukan pelatihan dan simulasi pengawasan di lapangan. Pengadaan sarana dan prasarana pengawasan dilakukan pada tahun kedua sampai tahun kelima pelaksanaan program. Strategi-3 . Pemberdayakan masyarakat pesisir melalui pengembangan mata pencaharian alternatif Pemberdayaan masyarakat pesisir adalah pelibatan dan peningkatan partisipasi masyarakat yang berpangkal dan berbasis masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi mereka. Program berasal dari bawah yang berarti bahwa masyarakatlah yang mengusulkannya, serta program yang bersifat advokasi karena peran orang luar hanya sebatas mendampingi dan memberikan alternatif pemecahan masalah kepada masyarakat. Menurut Nikijuluw 2001 bahwa paling tidak ada lima pendekatan pemberdayaan masyarakat pesisir yang dapat diimplementasikan. Kelima pendekatan tersebut adalah: 1 penciptaan lapangan kerja alternatif sebagai sumber pendapatan lain bagi keluarga, 2 mendekatkan masyarakat dengan sumber modal dengan penekanan pada penciptaan mekanisme mendanai diri sendiri self financing mechanism, 3 mendekatkan masyarakat dengan sumber teknologi baru yang lebih berhasil dan berdaya guna, 4 mendekatkan masyarakat dengan pasar, serta 5 membangun solidaritas serta aksi kolektif di tengah masyarakat. Kelima pendekatan ini dilaksanakan dengan memperhatikan secara sungguh-sungguh aspirasi, keinginan, kebutuhan, pendapatan, dan potensi sumberdaya yang dimiliki masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan terumbu karang di pesisir Bintan Timur yang menjadi lokasi penelitian telah mulai dilakukan yang difasilitasi oleh Program Coremap II. Namun program pemberdayaan yang dilakukan masih sangat terbatas, baik kelompok masyarakat, maupun jumlah peserta yang terlibat. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat pesisir dalam pengelolaan terumbu karang maka program pemberdayaan masyarakat yang mencakup lima pendekatan di atas perlu diwujudkan. Peran pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab yang lebih besar dalam program pemberdayaan masyarakat pesisir. Hal ini disebabkan pemerintah daerah lebih mengenal masyarakatnya, memahami masalah yang dihadapi mereka. Namun demikian, pihak-pihak non pemerintah seperti masyarakat sendiri, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat juga punya tanggung jawab dalam pemberdayaan masyarakat pesisir. Mata pencaharian alternatif yang dapat dikembangkan di Bintan Timur sesuai dengan potensi sumberdaya alamnya adalah pengembangan ekowisata bahari berbasis masyarakat, dan pengembangan budidaya perairan. Disamping itu kawasan pesisir Bintan Timur berdasarkan RTRW Kabupaten Bintan 2007 – 2017 telah ditetapkan sebagai pengembangan kawasan pariwisata dan perikanan berkelanjutan. Adapun program-program yang dapat diimplementasi sesuai dengan potensi daerah adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan budidaya perikanan laut Kegiatan budidaya perikanan sangat potensial untuk dikembangkan di kawasan pesisir Bintan Timur. DKP Kabupaten Bintan 2009 melaporkan bahwa, g ugus Pulau Bintan mempunyai areal potensial untuk budidaya laut seluas 6.318 ha yang sebagian besar terletak di kawasan pesisir Bintan Timur. Adapun komoditas yang dapat di budidayakan adalah ikan, rumput laut dan kerang- kerangan. Pengembangan kegiatan perikanan budidaya ini masih mempunyai peluang yang sangat luas, mengingat tingkat pemanfaatan laut masih rendah. Kegiatan budidaya laut sudah mulai berkembang di Kabupaten Bintan, tercatat 1.306 kantong keramba jaring apung KJA dan 571 kantong keramba jaring tancap KJT. Kegiatan budidaya laut tersebut tersebar di semua kecamatan yang mempunyai perairan laut dengan melibatkan 297 RTP. Jenis-jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan kerapu, kakap, bawal dan jenis lainnya. Adapun produksi dan nilai produksi budidaya laut di Kabupaten Bintan pada tahun 2008 adalah 182,36 ton dengan nilai produksi Rp. 16.589.285.000,- Pengembangan budidaya ikan dalam keramba jaring apung KJA dan keramba jaring tancap KJT merupakan bentuk budidaya yang memungkinkan untuk diwujudkan secara berkelanjutan. Hal ini disebabkan teknologi budidaya ikan dalam KJA dan KJT ini relatif sederhana, bisa dilakukan di sekitar rumah nelayan, dan tidak membutuhkan waktu khusus dalam pemeliharaannya. Namun demikian, pengembangan budidaya perikanan perlu ditunjang oleh pembinaan dari instansi terkait DKP, DKP Propinsi Kepulauan Riau dan DKP Kabupaten Bintan, akses permodalan, kepastian pasar dan harga yang kompetitif. Pengembangan budidaya perikanan ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir, sehingga tekanan terhadap ekosistem terumbu karang dapat dikurangi. Adapun kelompok sasaran pengembangan budidaya perikanan laut ini adalah masyarakat nelayan dan masyarakat yang berminat melakukan kegiatan budidaya perikanan laut. Pembinaan kepada masyarakat dilakukan pada sejak tahun kedua sampai tahun ke lima dari pelaksanaan program. 2. Pengembangan pariwisata bahari berbasis masyarakat Pengembangan pariwisata ekowisata bahari berbasis masyarakat diharapkan dapat menjadi salah bentuk kegiatan yang dapat meningkatkan serapan tenaga kerja pariwisata, peningkatan pendapatan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ekowisata diharapkan dapat memberi kontribusi dan insentif bagi konservasi maupun pembangunan Tsaur et al. 2006; Stronza dan Gordillo 2008. Brightsmith et al. 2008 mengatakan bahwa ekowisata dapat memberikan manfaat bagi masyarakat lokal dan membangun dukungan lokal maupun internasional untuk kawasan lindung. Selanjutnya dikatakan bahwa ekowisata memiliki tiga tujuan yakni menghasilkan pendapatan dari alam berbasis wisata, penyaluran bantuan bagi kawasan lindung dan masyarakat lokal serta pengalaman pendidikan bagi wisatawan. Untuk itu perlu dilakukan upaya yang tepat, sehingga pengelolaan kawasan wisata bahari dapat dilakukan secara serasi dan seimbang. Upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan program pengembangan mata pencaharian alternatif dibidang pariwisata bahari berbasis masyarakat ini adalah sebagai berikut: 1 Menyelengarakan pelatihan bagi tenaga tempatan sebagai pemandu wisata selam, snorkling, dan kegiatan wisata lainnya sampai pada tingkat pemahaman yang memadai tentang pengetahuan dasar lingkungan dan ekosistem pesisir di lokasi tersebut. 2 Melaksanakan pelatihan dan menyediakan dukungan modal bagai masyarakat tempatan untuk membangun dan mengoperasikan homestay yang ramah lingkungan higienis. 3 Penguatan dan pembinaan kelembagaan kelompok masyarakat di tingkat desa sebagai pilar pengelola ekowisata di level terbawahlapangan. Untuk tahap awal kelembagaan yang telah ada diberdayakan dan dibina agar lebih optimal. 4 Penyusunan paket-paket wisata bahari berbasis masyarakat dan melakukan pembinaan, pendampingan kepada kelompok masyarakat di tingkat desa. 5 Pengembangan usaha industri rumah tangga, serta pusat-pusat perbelanjaan sovenir tradisional. Penyusunan strategi dan implementasi program pengembangan mata pencaharian alternatif di bidang ekowisata bahari berbasis masyarakat ini adalah dibawah koordinasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bintan dengan melibatkan pengusaha pariwisata bahari serta pihak-pihak lain yang terkait. Adapun kelompok sasaran pembinaan pengembangan ekowisata berbasis masyarakat ini adalah masyarakat nelayan atau masyarakat pesisir di Desa Malang Rapat, Desa Teluk Bakau dan Desa Gunung Kijang. Pembinaan kepada masyarakat dilakukan pada sejak tahun pertama sampai tahun kelima dari pelaksanaan program. 3. Pengembangan pengelolaan perikanan berkelanjutan melalui penggunaan alat ramah lingkungan Sebagian besar masyarakat nelayan di pesisir Bintan Timur masih tergolong nelayan miskin dengan ciri pendapatan rendah, tingkat pendidikan rendah, teknologi penangkapan sangat sederhana, armada penangkapan perahu tanpa motor dan perahu motor tempel dengan jangkauan sangat terbatas. Alat tangkap yang dominan adalah bubu, pancing, rawai, jaring, kelong dan alat pasif lainnya. Dengan banyak keterbatasan ini menyebabkan lokasi penangkapan hanya terbatas di sekitar pantai termasuk ekosistem terumbu karang. Kondisi ini menyebabkan tekanan terhadap ekosistem terumbu karang semakin tinggi, sehingga potensi kerusakan yang akan ditimbulkan juga semakin besar. Sebagai upaya untuk mengurangi tekanan terhadap terumbu karang, maka pengembangan pengelolaan perikanan berkelanjutan melalui penggunaan alat ramah lingkungan, seperti pengembangan perikanan pelagis perlu diwujudkan. Adapun langkah- langkah yang dapat ditempuh adalah pembinaan terhadap para nelayan, memberikan bantuan atau kemudahan dalam memperoleh pinjaman modal alat tangkap dan armada penangkapan dan pembinaan teknis lainnya oleh DKP, DKP Propinsi Kepulauan Riau dan DKP Kabupaten Bintan.. Dengan demikian nelayan diharapkan bisa melakukan penangkapan ikan tanpa merusak terumbu karang dan memperoleh hasil yang memuaskan. Adapun kelompok sasaran pembinaan adalah masyarakat nelayan kategori miskin di Kecamatan Gunung Kijang dan Kecamatan Bintan Pesisir. Pelaksanaan program dilakukan pada tahun kedua sampai tahun ke empat dari pelaksanaan program. Strategi-4. 1. Meningkatkan akses pendidikan formal bagi masyarakat pesisir secara luas. Meningkatan kualitas sumberdaya manusia masyarakat pesisir Keberhasilan suatu pembangunan di suatu daerah berkaitan erat dengan kualitas sumberdaya manusianya. Begitu pula dalam konteks pengelolaan ekosistem terumbu karang berkelanjutan di pesisir Bintan Timur, keberhasilannya sangat ditentukan oleh kualitas sumberdaya manusia. Masyarakat pesisir Bintan Timur sebagian besar penduduknya tergolong berpendidikan rendah. Oleh karena itu, perlu adanya program-program yang dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat, sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan termasuk dalam pengelolaan terumbu karang. Dalam RTRW Kabupaten Bintan 2007 – 2017 kawasan pesisir Bintan Timur ditetapkan sebagai Kawasan Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan dan Kawasan Pengembangan Perikanan Berkelanjutan. Dengan meningkatnya mutu kualitas sumberdaya manusia di pesisir Bintan Timur, diharapkan mereka dapat memanfaatkan setiap peluang pembangunan yang ada sehingga ketergantungan terhadap perikanan tangkap sebagai pendapatan utama keluarga dapat dikurangi. Adapun program yang dapat diimplementasikan adalah sebagai berikut: Program peningkatan akses pendidikan formal bagi masyarakat pesisir Bintan Timur dimaksudkan agar penduduk usia sekolah dapat menikmati pendidikan formal secara baik dan memadai. Program ini bisa terwujud dengan baik bila sarana pendidikan sudah tersebar merata pada permukiman penduduk, terutama di pulau-pulau yang termasuk dalam Kecamatan Bintan Pesisir. Peningkatan partisipasi sekolah melalui berbagai program bantuan pemerintah akan mempercepat pencapaian target tersebut. Pembangunan SMK Kelautan juga sangat diperlukan. Peran pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Bintan sangat diharapkan untuk mewujudkan program ini. Disamping itu untuk meningkatkan pengetahuan anak-anak sekolah akan pentingnya pengelolaan sumberdaya laut supaya dimasukkan dalam bagian pendidikan muatan lokal di Dinas Pendidikan. Pelaksanaan program dilakukan pada sejak tahun pertama sampai tahun kelima dari pelaksanaan program. 2. Meningkatkan pendidikan nonformal dan informal masyarakat pesisir Untuk meningkatkan pengetahuan dan partisipasi masyarakat pesisir dalam pengelolaan terumbu karang di KKLD Bintan Timur diperlukan pendidikan nonformal dan informal berupa pelatihan, penyuluhan dan pendidikan nonformal lainnya. Adapun pelatihan yang dapat dilakukan adalah pelatihan pemantauan ekosistem terumbu karang, penyuluhan dan pelatihan pendampingan guide bagi masyarakat dalam mendukung pariwisata bahari berkelanjutan, pelatihan ketrampilan usaha ekonomi produktif dan lain sebagainya. Adapun sasaran pelatihan dan penyuluhan ini adalah nelayan, Pokmas dan masyarakat pesisir lannya. Pelaksanaan program dilakukan pada sejak tahun pertama sampai tahun ketiga dari pelaksanaan program. Strategi-5 . 1. Melakukan transplantasi karang Rehabilitasi ekosistem terumbu karang dan pengendalian serta penanggulangan pencemaran Transplantasi karang adalah salah satu teknik untuk merehabilitasi ekosistem terumbu karang yang telah mengalami kerusakan dan bertujuan untuk melestarikan ekosistem terumbu karang. Disamping itu t ransplantasi terumbu karang berperan dalam mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah rusak atau untuk membangun daerah terumbu karang yang baru yang sebelumnya tidak ada. Saat ini kondisi terumbu karang sebagian besar di KKLD Bintan Timur berada dalam kategori sedang atau tutupan karang hidup 25 – 49,9. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kelestarian ekosistem terumbu karang tersebut adalah dengan teknik transplantasi karang, terutama di lokasi yang kondisi terumbu karangnya sudah rusak dan lokasi pengembangan pariwisata bahari. Kegiatan transplantasi karang hendaknya melibatkan berbagai pihak, seperti DKP Kabupaten Bintan, UPTD KKLD, perguruan tinggi, LSM, pengusaha pariwisata dan masyarakat. Pelaksanaan program dilakukan pada tahun kedua sampai tahun keempat dari pelaksanaan program. 2. Meningkatkan jumlah dan luas DPL di KKLD Daerah perlindungan laut DPL adalah merupakan zona inti ditingkat desa yang dibentuk oleh masyarakat desa di KKLD Bintan Timur. Jumlah DPL di KKLD Bintan Timur saat ini sebanyak 5 buah yang tersebar pada lima desa, yaitu Desa Teluk Bakau, Desa Malang Rapat, Desa Gunung Kijang, Desa Kawal dan Desa Mapur dengan luas keseluruhan 4,3 ha. Luasan DPL 4,3 ha ini masih tergolong sedikit 0,003 dari total luasan KKLD dan belum memadai untuk melestarikan ekosistem terumbu karang dan sumberdaya yang dikandungnya. Menurut Robert dan Hawkins 2000 bahwa luasan laut yang harus dilindungi dari penangkapan adalah 20 – 40 dari luas daerah pengelolaan. Disamping itu, belum semua desa di KKLD Bintan Timur yang memiliki DPL seperti Desa Kelong, Desa Numbing dan Desa Air Glubi. Dengan berakhirnya program Coremap fase II di Kabupaten Bintan pada tahun 2011, maka keberlanjutan pengelolaan terumbu karang di KKLD Bintan Timur menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan. Hal ini sesuai Perda Kabupaten Bintan Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pengelolaan terumbu Karang. Mengingat masih terbatasnya keterlibatan masyarakat dalam program Coremap II, maka program pengelolaan terumbu karang ke depan hendaknya di arahkan ke desa-desa yang belum tersentuh oleh program Coremap II yang termasuk dalam KKLD. Dengan demikian partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan terumbu karang semakin meluas dengan melibatkan banyak masyarakat. Adapun lokasi yang disarankan adalah prairan laut Desa Kelong, Desa Numbing dan Desa Air Glubi di Kecamatan Bintan Pesisir. Pelaksanaan program dilakukan pada sejak tahun pertama sampai tahun kelima dari pelaksanaan program. 3. Meningkatkan pemantauan dan pengawasan terhadap sumber-sumber pencemaran di daratan, pesisir dan laut Untuk menjaga kelestarian ekosistem terumbu karang, maka kegiatan pemantauan dan pengawasan terhadap sumber-sumber pencemaran di daratan, pesisir dan laut harus ditingkatkan. Kegiatan pemantauan dan pengawasan ini tentu saja melibatkan berbagai pihak terkait seperti BLH Kabupaten Bintan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan, Perguruan Tinggi dan pihak terkait lainnya. Dengan adanya pemantauan dan pengawasan ini diharapkan semua pihak sebagai sumber pencemar dapat mematuhi ketentuan tentang pengelolaan lingkungan hidup. Adapun sasaran utama pemantauan dan pengawasan adalah kegiatan pertambangan, pariwisata hotel dan restoran, dan kegiatan industri di Kecamatan Gunung Kijang dan Kecamatan Bintan Pesisir. Pelaksanaan program dilakukan sejak tahun pertama sampai berakhirnya pelaksanaan program. Urutan prioritas strategi dan program berdasarkan urgensi dan ketersediaan suumberdaya manusia, biaya, waktu serta kebijakan daerah yang ada saat ini. Adapun strategi dan implementasi program disajikan pada Tabel 40 dan Indikator Kinerja Utama IKU terhadap strategi dan program disajikan pada Lampiran 12. Tabel 40. Strategi dan implementasi program kebijakan pengelolaan ekosistem terumbu karang berkelanjutan di KKLD Bintan Timur Kepulauan Riau Urutan Prioritas Strategi Program Pelaksana Kelompok Sasaran 1 Peningkatan koordinasi antar stakeholders 1.Mengintensifkan pertemuan formal dan informal semua stakeholders DKP Bintan, Bappeda Bintan UPT KKLD, DKP Bintan, Disparbud Bintan, Bappeda Bintan, dan Distamben Bintan serta pihak-pihak lainnya 2.Membuat pro-gram bersama pengelolaan terumbu karang yang melibat-kan semua stakeholders DKP Bintan, Bappeda Bintan UPT KKLD, DKP Bintan, Disparbud Bintan, Bappeda Bintan, Dis- tamben Bintan, PT, LSM, dan swasta 3.Pelatihan penguatan kelembagaan lintas sektor DKP Bintan, Bappeda Bintan UPT KKLD, DKP Bintan, Disparbud Bintan, Bappeda Bintan, dan Distamben Bintan, PT, LSM, LPSTK, swasta Lanjutan Tabel 40 Urutan Prioritas Strategi Program Pelaksana Kelompok Sasaran 2. Peningkatan pemantauan, pengawasan dan penegakan hukum secara konsisten 1.Pelaksanaan pemantauan dan pengawasan secara periodik dan pening- katan pengawas- an berbasis ma- syarakat TNI AL, Polair, Kejaksaan, UPT KKLD, PPNS dan Pokwasmas KKLD Bintan Timur terutama Daerah Perlin- dungan Laut DPL 2.Meningkatkan penataran dan penyuluhan hukum lingkungan bagi semua stake- holders DKP Bintan, Bappeda Bintan TNI AL, Polair, Kejaksaan PPNS,UPT KKLD, DKP Bintan, Disparbud Bintan, Bappeda Bintan, dan Distamben Bintan, PT, LSM, LPSTK, swasta 3.Penetapan sanksi hukum dan sanksi sosial yang tegas bagi orang merusak terumbu karang TNI AL, Polair, Kejaksaan, PPNS dan Pokwasmas Perorangan atau kelompok masyarakat yang melaku-kan perusakan terhadap terumbu karang di KKLD Bintan Timur 4.Meningkatkan ketersediaan sarana dan pra- sarana peng- awasan seperti kapal, teropong, alat komunikasi, kamera dan biaya opera-sional yang memadai UPTD KKLD, DKP Bintan, dan Bappeda Bintan UPTD KKLD, Pokwasmas 3 Pemberdayaan masyarakat pesisir melalui pengembangan mata pencaha- rian alternatif 1.Pengembangan perikanan budidaya laut DKP, DKP Propinsi Kepri, DKP Bintan, Swasta Masyarakat nelayan dan swasta 2.Pengembangan wisata bahari berbasis masyarakat Disparbud Bintan, Bappeda Bintan, Swasta Masyarakat nelayan dan masyarakat pesisir lainnya Lanjutan Tabel 40 Urutan Prioritas Strategi Program Pelaksana Kelompok Sasaran 3.Pengembangan pengelolaan perikanan berke- lanjutan melalui penggunaan alat ramah lingkungan DKP, DKP Propinsi Kepri, DKP Bintan, Bappeda Masyarakat nelayan kategori miskin 4 Meningkatkan kualitas SDM pesisir 1.Meningkatkan akses pendidik- an formal bagi masyarakat pesi- sir secara luas Diknas Propinsi Kepri, Diknas Bintan, Bappeda Bintan Penduduk usia sekolah 2.Meningkatkan pendidikan non- formal dan informal masyarakat pesisir DKP, Bappeda, Dispar, Swasta Masyarakat nelayan, dan masyarakat pesisir lainnya 5 Melakukan rehabilitasi ekosistem terumbu karang dan pengendalian serta penanggulangan pencemaran 1.Melakukan trans- plantasi karang di lokasi yang terpilih, seperti di lokasi yang kondisi terumbu karang sudah rusak dan lokasi pengembangan wisata bahari UPT KKLD, DKP Bintan, Disparbud Bintan, Bappeda, Bintan, PT, LSM, Swasta, dan masyarakat Lokasi yang terpilih seperti daerah yang terumbu karangnya sangat rusak, dan daerah yang menjadi pengem- bangan wisata bahari di KKLD Bintan Timur. 2. Meningkatkan jumlah dan luas DPL di KKLD UPT KKLD, DKP, Bappeda Desa Kelong, Desa Num-bing, dan Desa Air Glubi 3.Meningkatkan pemantauan dan pengawasan terhadap sumber- sumber pencemaran di daratan, pesisir dan laut UPT KKLD, DKP, Dispar, BLH, Lantamal Kegiatan pertambangan, hotel dan restoran, industri, dan sumber pencemar lainnya

5.4.2. Kelembagaan Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang

Pengelolaan sumberdaya perikanan dan ekosistem perairan melalui pembentukan Kawasan Konservasi Perairan KKP telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir ini di berbagai daerah di Indonesia termasuk di Kabupaten Bintan. Pembentukan KKLD di Bintan Timur dimaksudkan untuk menjaga fungsi dan melestarikan ekosistem terumbu karang di Kabupaten Bintan sesuai dengan Perda Nomor 12 Tahun 2008 tentang PengelolaanTerumbu Karang pasal 15 ayat 1. Selanjutnya pada pasal 16 dikatakan bahwa pengelolaan KKLD dilakukan oleh satuan organisasi pengelola dalam bentuk Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Sesuai dengan Pedoman Teknis Penyiapan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan di Daerah yang diterbitkan oleh DKP 2008 bahwa ada beberapa pilihan kelembagaan, khususnya KKLD berbasiskan tupoksi dinas teknis yang dapat dibentuk di daerah. Disamping itu juga dikatakan bahwa kelembagaan KKLD dapat dikembangkan melalui kemitraan antara pemerintah dengan para pihak. Saat ini pengelolaan KKLD Kabupaten Bintan secara kelembagaan berada pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan yang dikelola oleh UPTD KKLD setingkat Kepala Seksi sesuai dengan Peraturan Bupati Bintan Nomor 20 Tahun 2010. Adapun kedudukan UPTD KKLD Bintan pada struktur organisasinya DinasKelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan disajikan pada Gambar 30. Gambar 30. Kedudukan UPTD KKLD Bintan pada struktur organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan Bidang C Bidang B Bidang A Sekretaris UPTD KKLD Seksi B Seksi A Kepala Dinas KP Kabupaten Bintan Kemitraan KKLD Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan pasal 18, menyebutkan bahwa Pemerintah atau pemerintah daerah dalam mengelola KKP dapat melibatkan masyarakat melalui kemitraan antara unit organisasi pengelola dengan kelompok masyarakat danatau masyarakat adat, lembaga swadaya masyarakat adat, korporasi, lembaga penelitian, maupun perguruan tinggi. Berdasarkan peraturan ini maka unit organisasi pengelola dalam melakukan pengelolaan sebuah KKLD dapat bermitra dengan berbagai pihak. Keterlibatan para pihak dalam pengelolaan sebuah KKLD dimaksudkan selain untuk mengakomodasi kepentingan para pihak terhadap KKLD, juga sebagai partner kerja unit organisasi pengelola dalam melakukan pengelolaan KKLD. Keterlibatan para pihak dapat diakomodir dalam bentuk sebuah forum atau mitra UPTD KKLD atau sebutan lain yang sesuai dengan kondisi setempat. Menyadari bahwa pengelolaan kawasan konservasi membutuhkan kerjasama yang komprehensif dan berkelanjutan, maka penyamaan persepsi dan penggalangan komitmen dari pihak-pihak terkait harus ditumbuhkembangkan. Umumnya proses ini berlangsung pada sebuah forum bersama. Berdasarkan wawancara dengan Kepala UPTD KKLD Bintan bahwa sampai saat ini belum ada kelompok masyarakat dalam bentuk forum sebagai mitra kerja dalam pengelolaan KKLD Bintan, sehingga perlu dibentuk suatu forum. Salah satu bentuk forum yang diusulkan adalah “ Forum Penyelamat Terumbu Karang Bintan FP-TKB. Forum ini diharapkan dapat menjadi inisiator dan penggerak untuk melakukan upaya-upaya nyata dalam proses pengelolaan kawasan konservasi. Forum Penyelamat Terumbu Karang Bintan FP-TKB ini berkedudukan di tingkat kabupaten berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kabupaten Bintan. Forum juga diharapkan menjadi fasilitator dan mengoptimalkan peran serta pelaku usaha, masyarakat dan pemerintah mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Adapun struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab, mekanisme kerja dan pembiayaan forummitra UPTD KKLD pada Dinas Kelautan dan Perikanan Bintan diuraikan di bawah ini. Struktur Organisasi Gambar 31. Struktur kemitraan pengelolaan KKLD antara UPTD KKLD dengan FP-TKB Sumber: DKP, 2008 Adapun anggota forum tersebut terdiri dari unsur pemerintah Bappeda Bintan, Dinas Kelautan dan Perikanan Bintan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bintan, Dinas Kehutanan Bintan, Dinas Pertambangan dan Energi Bintan, Badan Lingkungan Hidup Bintan, DPRD Bintan, Perguruan Tinggi, LSM, Swasta pengelola wisata, pengusaha perikanan, TNI AL, POLAIR, dan Masyarakat. Usulan s truktur organisasi FP-TKB sebagai mitra KKLD adalah sebagai berikut. Ketua : Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Bintan Wakil Ketua : Ketua Bappeda Bintan Sekretaris : Kepala UPTD KKLD Bintan Anggota : Dinas Kelautan dan Perikanan Bintan Bappeda Bintan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bintan Dinas Kehutanan Bintan Dinas Pertambagan dan Energi Bintan Badan Lingkungan Hidup Bintan DPRD Bintan Perguruan Tinggi LSM TNI AL POLAIR Swasta pengelola wisata, pengusaha perikanan Masyarakat LPSTK, Pokwasmas Kepala Dinas KP Kabupaten Bintan Bidang C Bidang B Bidang A Sekretaris ForumMitra KKLD FP- TKB UPTD KKLD Seksi B Seksi A Tugas dan Tanggung Jawab UPTD KLD sebagai unit organisasi pengelola: 1 Menyusun program atau kegiatan berdasarkan masukan dari forum FP- TKB. 2 Melaksanakan program atau kegiatan pengelolaan KKLD. 3 Memfasilitasi pertemuan FP-TKB atau mitra UPTD KKLD lainnya. 4 Memberikan masukan usulan program atau kegiatan terkait dengan pengelolaan KKLD ke seksi UPTD KKLD. 5 Mobilisasi dana untuk kegiatan forum atau membantu seksi UPTD KKLD dalam mobilisasi dana untuk pengelolaan KKLD 6 Melakukan kerjasama atau membantu seksi UPTD KKLD dalam pengembangan kerjasama dengan berbagai pihak. 7 Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program atau kegiatan yang dilaksanakan oleh seksi UPTD KKLD atau pihak terkait lainnya terkait dengan pengelolaan KKLD, dan juga efektivitas pelaksanaan sebuah kebijakan terkait dengan KKLD. Mekanisme Kerja 1 Kepala UPTD KKLD bertanggung jawab terhadap Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan. 2 Ketua forum FP-TKB bertanggung jawab terhadap anggotanya. 3 Pendanaan pelaksanaan pertemuan rutin dan operasional FP-TKB dapat berasal dari anggaran UPTD KKLD melalui anggaran proyek tahunan danatau dana forum sendiri. 4 Kepala UPTD KKLD berkoordinasi dengan FP-TKB dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan serta mobilisasi dana. Pendanaan Pendanaan untuk pelaksanaan program atau kegiatan dan operasional UPTD KKLD berasal dari APBD, sedangkan sumber pendanaan untuk forum dapat berasal dari: - Jasa layanan oleh forum - Hibah terhadap forum - Hasil kerjasama forum dengan pihak lain - Lain-lain pendapatan forum yang sah. Gambar 32. Usulan struktur organisasi FP-TKB mitra pengelolaan KKLD Bintan Anggota Kepala Kadis KP Wakil Ketua Ketua Bappeda Sekretaris Ka. UPT- KKLD Dinas KP Dinas Kehutanan BLH Dinas Pariwisata Distamben DPRD PT LSM TNI AL POLAIR Bappeda Swasta Masyara- kat

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Kondisi terumbu karang di KKLD Bintan Timur termasuk kategori sedang sampai baik. Ada kecenderungan peningkatan kondisi terumbu karang sesudah adanya program Coremap II di Bintan Timur. 2. Kualitas lingkungan perairan di KKLD Bintan Timur cukup mendukung bagi kehidupan terumbu karang, dimana sebagian besar parameter kualitas air yang diukur masih sesuai dengan baku mutu air laut untuk kehidupan biota laut Kepmen LH No. 51 Tahun 2004. 3. Status keberlanjutan pengelolaan ekosistem terumbu karang di KKLD Bintan Timur Kepulauan Riau saat ini secara multidimensi termasuk kategori cukup berkelanjutan. Sementara itu, hasil analisis setiap dimensi menunjukkan bahwa hanya dimensi hukum dan kelembagaan yang kurang berkelanjutan, sedangkan dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya serta dimensi teknologi dan infrastruktur tergolong cukup berkelanjutan. 4. Pengelolaan ekosistem terumbu karang yang telah dilakukan saat ini di Kabupaten Bintan adalah penguatan kelembagaan daerah melalui pembuatan Peraturan Daerah Perda dan Peraturan Bupati Perbup tentang pengelolaan terumbu karang. Disamping itu juga dilakukan pengelolaan berbasis masyarakat dengan pembentukan LPSTK Lembaga Pengelolaa Sumberdaya Terumbu Karang, Rencana Pengelolaan Terumbu Karang RPTK dan Daerah Perlindungan Laut DPL di seluruh desa binaan, serta pengembangan mata percaharian alternatif. 5. Skenario pengelolaan dibangun berdasarkan pendekatan integratif terhadap seluruh atribut kunci yang berpengaruh terhadap terumbu karang. Berdasarkan simulasi perhitungan indeks yang dilakukan pada alternatif skenario pesimis, moderat dan optimis terlihat bahwa terjadi perubahan nilai indeks keberlanjutan baik untuk masing-masing dimensi maupun secara multidimensi. Perbedaan nilai indeks multidimensi memudahkan pengambil keputusan dalam menginterpretasikan hasil simulasi. 6. Upaya pengelolaan dengan menggunakan strategi pada skenario II moderat merupakan kondisi yang dapat dicapai pada saat ini. Dengan menggunakan skenario II, maka nilai indeks keberlanjutan gabungan meningkat dari 54,73 menjadi 60,70 cukup berkelanjutan. Ketersediaan sumberdaya manusia, biaya, waktu dan kebijakan yang mampu mendukung pencapaian strategi optimum, menjadi pertimbangan bagi keberhasilan pengelolaan yang dilakukan. 7. Strategi pengelolaan ekosistem terumbu karang ditentukan oleh peran atribut kunci dominan yang memberikan peningkatan nilai indeks keberlanjutan. Adapun strategi pengelolaan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai keberlanjutan adalah p eningkatan koordinasi antar stakeholders ; p eningkatan pemantauan, pengawasan dan penegakan hukum secara konsisten ; p emberdayaan masyarakat pesisir melalui pengembangan mata pencaharian alternatif ; m eningkatkan kualitas SDM pesisir; dan m elakukan rehabilitasi ekosistem terumbu karang dan pengendalian serta penanggulangan pencemaran .

6.2 . Saran

1. Perlu diprioritaskan perbaikan dimensi keberlanjutan yang mempunyai nilai indeks keberlanjutan yang lebih rendah, yaitu dimensi hukum dan kelembagaan. 2. Suhubungan ditetapkannya KKLD Bintan Timur sebagai kawasan untuk mendukung kegiatan perikanan dan pariwisata bahari secara berkelanjutan, maka perlu kajian daya dukung lingkungan sehingga pemanfaatan kawasan tersebut tidak melampaui daya dukungnya. 3. Guna membangkitkan partisipasi stakeholders dan untuk mengakomodasi kepentingan para pihak terhadap KKLD, juga sebagai partner kerja UPT KKLD dalam melakukan pengelolaan KKLD perlu dibentuk sebuah forum atau mitra KKLD. Salah satu bentuk forum yang diusulkan adalah ”Forum Penyelamat Terumbu Karang Bintan ” atau dapat disingkat FP-TKB.