Nilai Stress dan Koefisien Determinasi

117 Tabel 23 memperlihatkan bahwa nilai stress rata-rata dimensi adalah 0,14 dan nilai R 2 rata-rata adalah 0,94. Di dalam Rapfish, nilai stress dikatakan baik apabila nilainya di bawah 0,25 Malhotra, 2006, berarti nilai goodness of fit dalam MDS, yang menyatakan bahwa konfigurasi atribut dapat mencerminkan data aslinya. Nilai R 2 0,94 menunjukkan bahwa atribut atau faktor-faktor yang dinilai pada setiap dimensi mampu menerangkan dan memberikan kontribusi 94 terhadap keberlanjutan sistem yang dikaji. Menurut Kavanagh 2001, nilai R 2 Dimensi yang baik apabila lebih besar dari 80 atau mendekati 100.

5.2.2.8. Pengaruh Galat

Evaluasi pengaruh galat Error acak dengan menggunakan analisis Monte Carlo bertujuan untuk mengetahui: a pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut, b pengaruh variasi pemberian skor, c stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang, d kesalahan pemasukan atau hilangnya data missing data , dan e nilai stress dapat diterima apabila 20. Hasil analisis Monte Carlo terhadap semua dimensi disajikan pada Tabel 24. Tabel 24. Hasil analisis Monte Carlo multidimensi MDS Analisis Monte Carlo Perbedaan MDS-MC Ekologi 63,00 61,73 1,27 Ekonomi 57,48 55,75 1,73 Sosial Budaya 52,03 51,79 0,24 Teknologi dan Infrastruktur 51,18 51,19 0,01 Hukum dan Kelembagaan 49,91 49,99 0,08 Keterangan : galat pada taraf kepercayaan 95 Tabel 24 memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata nilai indeks MDS dengan hasil analisis Monte Carlo baik pada nilai sebaran maupun pengaruh galat pada taraf 95. Dapat dipastikan bahwa kesalahan pembuatan skor, pengaruh variasi skor, stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang maupun kesalahan pemasukan atau hilangnya data missing data tidak memberikan pengaruh. 118

5.3. Pengelolaan Saat ini dan Skenario Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Berkelanjutan

5.3.1. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Saat ini 1. Kebijakan Nasional

Dalam pandangan pemerintah, sumber daya alam hayati laut dan ekosistemnya sangatlah penting untuk dikelola, karena sebagai sumber daya alam yang terkandung di dalam bumi dan air Indonesia menurut Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 dikuasai oleh negara untuk dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Arti dikuasai dalam kaitan ini bukan dimiliki, melainkan negara memperoleh mandat dari rakyat sebagai pemilik sumber daya alam hayati laut dan ekosistemnya untuk melakukan pengelolaan dan upaya-upaya lainnya yang bermanfaat bagi rakyat banyak. Dengan demikian, penggunaan sumber daya alam hayati laut dan ekosistemnya melalui kegiatan konservasi laut akan bermanfaat bagi rakyat banyak bila secara ekonomis, politis, sosiologis dan kultural menguntungkan. Untuk melindungi sumberdaya alam ini, pemerintah melakukan berbagai upaya perlindungan diantaranya dengan menetapkan kawasankawasan konservasi laut yang terdapat di beberapa daerah di Indonesia. Pemerintah telah merancang suatu model pengelolaan kawasan di wilayah laut yang diberi nama Kawasan Konservasi Laut Daerah KKLD Pengelolaan ekosistem terumbu karang di suatu KKLD adalah suatu proses untuk memotivasi kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasilembaga terhadap pembangunan manusia sehari-hari yang berlangsung dalam suatu kawasan. Secara umum kegiatan pengelolaan ekosistem terumbu karang KKLD bertujuan untuk mengkonservasi habitat, dan proses-proses ekologi, dan perlindungan nilai sumber daya sehingga kegiatan perikanan, pariwisata, dan penelitian, pendidikan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan. Pengelolaan terumbu karang di Kabupaten Bintan tidak terlepas dari kebijakan nasional melalui peraturan dan perundang-undangan lainnya. Adapun peraturan dan perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan ekosistem terumbu karang di KKLD Bintan Timur disajikan pada Tabel 25 berikut.