123
dilindungi, apabila memenuhi kriteria: a. terancam punah; b. langka; c. daerah penyebaran terbatas endemic; d. adanya penurunan jumlah populasi di
alam yang tajam; dan e. tingkat kemampuan reproduksi yang rendah.
Peraturan dan Undang-Undang sebagaimana diuraikan di atas memberi mandat hukum atau
kewenangan sesuai dengan kompetensi dan proporsinya masing-masing kepada lembaga-lembaga pemerintah, swasta,
dan masyarakat dalam rangka mengembangkan kawasan konservasi di Indonesia termasuk KKLD Bintan Timur.
2. Kebijakan Daerah
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memberi wewenang kepada Pemerintah Daerah Propinsi, KabupatenKota
untuk mengelola sumberdaya di wilayah lautnya pasal 18. Berdasarkan undang- undang ini Pemerintah Kabupaten Bintan membuat kebijakan tentang pengelolaan
terumbu karang. Adapun kebijakan yang telah dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Bintan terkait pengelolaan terumbu karang adalah sebagai berikut.
i Surat Keputusan Bupati Bintan Nomor 261III2007 tentang Kawasan Konservasi Laut Daerah KKLD Kabupaten Bintan. KKLD ini terletak
pada dua kawasan, yaitu 1 Kawasan pesisir Bintan Timur kecamatan Gunung Kijang dan Kecamatan Bintan Pesisir seluas 116.000 ha, dan 2
Kawasan perairan laut di Kecamatan Tambelan dengan luas 365.905 ha . Dalam Surat Keputusan Bupati Bintan Nomor 261VIII2007 tersebut juga
menetapkan pemanfaatan Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Bintan, yaitu wilayah pesisir Bintan Timur Kecamatan Gunung Kijang dan
Kecamatan Bintan Pesisir diprioritaskan untuk mendukung kegiatan perikanan berkelanjutan dan pariwisata bahari. Sementara kawasan perairan
laut Kepulauan Tambelan diprioritaskan untuk mendukung perikanan berkelanjutan.
ii Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Terumbu Karang.
Adapun ruang lingkup pengaturan peraturan daerah ini meliputi perumusan kebijaksanaan mencakup perencanaan, pemanfaatan, rehabilitasi ekosistem
124
terumbu karang, kawasan konservasi laut daerah, peranserta masyarakat serta pengawasan dan pengendalian Pasal 5. Selanjutnya pasal 15 ayat 1
disebutkan bahwa Pemerintah Daerah menunjuk Kawasan Konservasi Laut Daerah untuk melestarikan fungsi dan peranan ekosistem terumbu karang
dan ekosistem terkait lainnya dalam kehidupan di lautan dan daratan sesuai dengan kewenangannya. Dalam pasal 16 disebutkan bahwa Kawasan
Konservasi Laut Daerah dikelola oleh satuan organisasi pengelola dalam bentuk Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD yang ditetapkan dengan
Peraturan Bupati. Peraturan daerah ini juga memberi kewenangan kepada pemerintah desa untuk membuat peraturan tentang pengelolaan ekosistem
terumbu karang pada skala desa sesuai dengan kewenangannya pasal 18 ayat 1. Disamping itu hak dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan
ekosistem terumbu karang diakomodir dalam peraturan daerah ini pasal 26. Sebagai penerima mandat untuk melaksanakan Peraturan Daerah Nomor
12 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Terumbu Karang tersebut di atas, maka Bupati Bintan sebagai Kepala Daerah Kabupaten Bintan mengeluarkan Peraturan
Bupati sebagai berikut. i Peraturan Bupati Bintan Nomor 13II2009 tentang Rencana Strategis
Pengelolaan Terumbu Karang Kabupaten Bintan Tahun 2009 – 2014. Peraturan Bupati ini memuat visi dan misi, serta strategi pengelolaan
terumbu karang di Kabupaten Bintan. Mengingat peraturan ini masih relatif baru, maka pelaksanaan di lapangan belum berjalan sepenuhnya.
ii Lembaga UPT KKLD dengan Peraturan Bupati Bintan Nomor 20 Tahun 2010 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Bupati Bintan Nomor 7
Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Daerah pada Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Bintan. UPT KKLD yang dibentuk ini berada pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan sebagai pelaksanaan pasal 16
Perda Kabupaten Bintan Nomor 12 tahun 2008 tentang Pengelolaan terumbu Karang.
125
iii Peraturan Bupati Bintan Nomor 25 Tahun 2010 tentang Rencana Zonasi dan Rencana Pengelolaan Terumbu Karang.
Peraturan Bupati Bintan ini memuat penzonaan KKLD zona inti, zona perikanan berkelanjutan, dan zona pemanfaatan dan lainnya beserta titik
koordinat masing-masing zona. Disamping itu juga memuat Prinsip-prinsip Rencana Pengelolaan KKLD. Mengingat Peraturan Bupati ini masih relatif
baru, maka pelaksanaan peraturan masih dalam tahap sosialisasi. Berdasarkan Peraturan Bupati Bintan Nomor 20 Tahun 2010 pasal 10
lembaga yang diberi tanggung jawab untuk mengelola Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Bintan adalah UPT KKLD pada Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Bintan. Selanjutnya dalam pasal 10 ayat 3 Peraturan Bupati Nomor 20 Tahun 2010 tersebut di atas disebutkan bahwa susunan organisasi UPT KKLD
pada Dinas Kelautan dan Perikanan terdiri dari: Kepala UPT; Sub Bagian Tata Usaha; Petugas Operasional bagian Potensi, Rehabilitasi, Penelitian dan
Pengawasan serta Jabatan Fungsional. Mengingat karena keterbatasan sumberdaya manusia maka UPT KKLD Bintan baru memiliki dua orang personil,
yaitu Kepala UPT dan Sub Bagian Tata Usaha, sedangkan bagian struktur lainnya belum mempunyai personil. Disamping itu, belum tersedianya ruang sekretariat
yang memadai, sehingga menyebabkan kinerja UPT KKLD belum berjalan maksimal sesuai dengan amanat Perbup Bintan Nomor 20 tahun 2010 pasal 10
ayat 2. Keterbatasan sumberdaya manusia dan kemampuan keuangan daerah merupakan kendala dalam penyediaan ruang sekretariat yang memadai serta
mengisi struktur organisasi UPT KKLD Kabupaten Bintan ini. Berdasarkan penelaahan terhadap Perbup Bintan Nomor 20 Tahun 2010,
terutama pasal 10 C ayat 3 menyangkut susunan organisasi UPT KKLD pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan belum sepenuhnya mengacu
pada Pedoman Teknis Penyiapan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan di Daerah yang disusun DKP 2008. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan untuk
penyempurnaan struktur organisasi kelembagaan KKLD ini, sehingga efektifitas dan kinerja pengelolaan KKLD dimasa depan dapat ditingkatkan.
126
Sebagai implementasi kebijakan daerah dan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan terumbu karang di KKLD Bintan Timur
telah dilakukan pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat. Pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat PBM adalah masyarakat pesisir terorganisir
dan diberdayakan dalam pengelolaan terumbu karang. Pelaksanaan pengelolaan terumbu karang berbasis masyarakat ini melalui Rencana Pengelolaan Terumbu
Karang RPTK yang terbentuk dan dilaksanakan oleh masyarakat. Saat ini telah tersusun RPTK pada 5 lima desa binaan Coremap dan juga telah terbentuk Daerah
Perlindungan Laut DPL, Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang LPSTK serta Kelompok Masyarakat Pengawas Pokmaswas. Disamping itu
kegiatan pengembangan mata pencaharian alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan dan peningkatan pendapatan masyarakat juga telah dilakukan,
seperti budidaya ikan dalam keramba jaring apungkeramba jaring tancap KJAKJT, pembuatan kerupuk ikan, dan lain sebagainya. Namun kegiatan
pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat belum berjalan optimal dan harus ditingkatkan dimasa mendatang.
3. Kajian Program Pengelolaan Terumbu Karang