Salinitas. Hewan karang peka terhadap perubahan salinitas kadar garam,

18

2.2.3. Fungsi dan Manfaat Terumbu Karang

Ekosistem terumbu karang sebagai ekosistem kawasan pesisir, berperan besar sebagai: a tempat tumbuh biota lain karena fungsinya sebagai tempat memijah, mencari makan, daerah asuhan berbagai biota laut, b sumber plasma nutfah, c mencegah erosi dan mendukung terbentuknya pantai berpasir, dan d melindungi pantai dari hempasan ombak dan keganasan badai, disamping melindungi berbagai macam bangunan fisik Nybakken, 1992; Dahuri, 1996. Selain itu terumbu karang merupakan sumber baku untuk berbagai macam kegiatan, seperti karang batu dan pasir sebagai bahan bangunan, karang hitam black coral sebagai bahan perhiasan, dan kerang atau moluska yang dapat untuk bahan penghias rumah Sukarno, 1995. Di negara-negara berkembang, terumbu karang secara tidak langsung sebagai penghasil protein bagi penduduk, disamping sebagai obyek wisata, penangkal ombak atau pelindung usaha perikanan laguna, pelindung pelabuhan-pelabuhan kecil dari badai dan hempasan air laut, serta kegunaan lainnya. Supriharyono 2007 mengatakan bahwa ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas primer yang tinggi, terutama karena adanya simbiosis antara koloni karang dan zooxanthellae, yakni sel-sel alga renik pada jaringan terluar dari karang yang membangun terumbu karang. Selanjutnya Purnomo et al. 2010 mengatakan bahwa zooxanthellae merupakan salah satu biota dalam kelompok dinoflagellata fototrofik. Organisme ini selalu hidup bersimbiosis dengena beberapa invertebrata laut. Hubungan antara zooxanthellae dengan karang bersifat mutualistik yang dicirikan dengan adanya ciri transfer nutritif dan fisiologis. Dengan karakter ini, maka hampir tidak ditemukan karang dapat hidup tanpa zooxanthellae. Terumbu karang di Indonesia tergolong yang terkaya di dunia dengan kandungan keanekaragaman tumbuhan dan hewan laut yang luar biasa. Saat ini, lebih 480 jenis karang batu telah didata di wilayah timur Indonesia dan merupakan 60 jenis karang batu di dunia yang telah berhasil dideskripsikan Suharsono, 1998. Hasil temuan terdahulu diketahui bahwa pada ekosistem terumbu karang yang sehat menghasilkan 35 ton ikankm 2 tahun, sedangkan dalam ekosistem terumbu karang rusak menghasilkan kurang dari lima ton ikan Allister, 1989. Dalam kondisi fisik yang baik, terumbu karang dapat berfungsi