Analisis  komponen  utama  pada  peubah  penggunaan  lahan  hutan  lebat, pemukiman,  sawah,  kebun  campuran,  dan  tegalan  menghasilkan  sebuah
komponen  utama  yang  mewakili  seluruh  peubah  penggunaan  lahan.  Komponen utama  tersebut  mampu  mewakili  keberagaman  peubah  bebas  penggunaan  lahan
sebesar 98,1 . Setelah didapat komponen utama yang mewakili seluruh peubah penggunaan  lahan,  kemudian  dilakukan  analisis  regresi  berganda  antara  debit
aliran  sungai  sebagai  Y  dengan  komponen  utama  yang  mewakili  peubah penggunaan  lahan  sebagai  W1  dan  peubah  curah  hujan  tahunan  sebagai  X1
untuk  mengetahui  besarnya  pengaruh  masing –  masing  peubah  bebas  terhadap
perubahan  debit  aliran  sungai  DAS  Ciliwung  hulu  selama  periode  1985  hingga 2010 Tabel Lampiran 7.
Komponen  utama  pada  hasil  analisis  regresi  berganda  kemudian ditransformasikan  dipecah  kembali  menjadi  peubah  penggunaan  lahan  hutan
lebat,  kebun  campuran,  pemukiman,  sawah,  dan  tegalan  atau  ladang  sehingga dihasilkan  model  persamaan  antara  debit  aliran  sungai  sebagai  Y  dan  curah
hujan  tahunan  X1,  hutan  lebat  X2,  kebun  campuran  X3,  pemukiman  X4, sawah X5, dan tegalan atau ladang X6.
3.3.6.  Uji Statitistik 1.
Uji R-squared R
2
Uji koefisien determinasi R
2
digunakan untuk mengukur keragaman pada variabel  terikat  dependent  yang  dapat  diterangkan  oleh  variasi  pada  model
regresi.  Nilai  R
2
akan  bertambah  besar  sesuai  dengan  bertambahnya  jumlah variabel bebas independent yang dimasukkan ke dalam model. Nilai ini berkisar
antara  0R
2
1,  dengan  nilai  yang  mendekati  satu  menunjukkan  model  yang terbentuk mampu menjelaskan keragaman dari variabel terikat dependent.
2. Uji Statistik t
Uji  t  pada  dasarnya  menunjukkan  seberapa  jauh  pengaruh  satu  variabel bebas  secara  individual  dalam  menerangkan  variasi  variabel  terikat.  Tujuan  dari
uji t adalah untuk menguji koefisien regresi secara individual. Uji  t  juga  dapat  dilakukan  dengan  cara  melihat  output  perhitungan
komputer  dengan  melihat  nilai  P  pada  masing –  masing  variabel  independent.
Apabila  nilai  P  pada  masing –  masing  variabel    α  maka  disimpulkan  bahwa
variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya.
3. Uji terhadap Multikolinear Multicolinearity
Model  yang  melibatkan  banyak  variabel  bebas  sering  terjadi  masalah multikolinearitas,  yaitu  terjadinya  korelasi  yang  kuat  antar  variabel
–  variabel bebas.  Menurut  Sarwoko  2005,  pendeteksian  multikolinearitas  dapat  dilakukan
dengan menghitung nilai variance inflation factor VIF  melalui ouput keluaran komputer,  dimana  apabila  nilai  VIF    10,  maka  tidak  ada  masalah
multikolinearitas.
4. Uji terhadap Autokorelasi
Apabila  nilai  yang  diharapkan  dari  koefisien  korelasi  sederhana  antara setiap dua pengamatan error term adalah tidak sama dengan nol, maka error term
tersebut  dikatakan  memiliki  autokorelasi  yang  disebabkan  oleh  kesalahan spesifikasi  menghilangkan  variabel  yang  penting  atau  bentuk  fungsi  yang  salah.
Sementara autokorelasi murni disebabkan oleh alasan pokok distribusi error term pada  persamaan  yang  spesifikasinya  sudah  benar.  Autokorelasi  tidak  murni
disebabkan oleh kesalahan spesifikasi yang masih dapat diperbaiki oleh peneliti.
5. Uji Heteroskedastisitas
Salah  satu  asumsi  metode  pendugaan  metode  kuadrat  terkecil  adalah homoskedastisitas,  yaitu  ragam  galat  konstan  dalam  setiap  amatan.  Pelanggaran
atas asumsi
homoskedastisitas adalah
heteroskedastisitas. Gejala
heteroskedastisitas  juga  dapat  dideteksi  dengan  melihat  dari  grafik  hubungan antara  residual  dengan  fits-nya.  Jika  pada  gambar  residual  menyebar  dan  tidak
membentuk  pola  tertentu,  maka  dapat  dikatakan  bahwa  dalam  model  tersebut
tidak terdapat gejala heteroskedastisitas atau ragam error sama.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN