IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum DAS Ciliwung Hulu
Secara geografis DAS Ciliwung Hulu terletak pada 6˚36’45” – 6˚46’30”
LS dan 106 ˚48’45” – 107˚00’30” BT. DAS Ciliwung Hulu meliputi Kecamatan
Cisarua, Ciawi dan Kedunghalang yang dibatasi oleh Bendung Katulampa sebagai outletnya, serta dikelilingi oleh Gunung Gede, Gunung Pangrango, dan Gunung
Hambalang. Luas total DAS Ciliwung Hulu secara keseluruhan adalah 14.920 ha. Iklim di daerah penelitian tergolong ke dalam tipe iklim B1. Suhu berkisar
antara 23 – 24 °C dengan kelembaban nisbi antara 73 – 82 . Radiasi surya
minimum terjadi pada bulan Januari 27,36 dan maksimum pada bulan September 81,85 . Rata
– rata penguapan minimum sebesar 2,08 mm terjadi pada bulan Januari sedangkan rata
– rata penguapan maksimum sebesar 3,56 mm pada bulan Oktober Riyadi, 2003.
Ditinjau dari kondisi geomorfologinya, DAS Ciliwung Hulu didominasi oleh dataran volkanik tua dengan bentuk wilayah bergunung, hanya sebagian kecil
merupakan dataran aluvial. Geomorfologi daerah penelitian ini dibentuk oleh gunung api muda dari Gunung Salak dan Gunung Gede Pangrango, rangkaian
pegunungan api tua dari Gunung Malang, Gunung Limo, Gunung Kencana dan Gunung Gedongan Riyadi, 2003.
Tanah di DAS Ciliwung Hulu terdiri dari lima jenis tanah, yaitu Aluvial Kelabu, Assosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat, Andosol Coklat, Latosol
Coklat Kemerahan, dan Assosiasi Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat. Dari kelima jenis tanah tersebut, Assosiasi Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol
Coklat merupakan tanah yang mempunyai luasan yang paling besar, diikuti kemudian oleh tanah Assosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat, sedangkan
tanah Aluvial Kelabu menempati luasan yang paling kecil RLKT, 2000.
4.2. Karakteristik Hujan
Berdasarkan hujan yang jatuh di DAS Cilwung Hulu, curah hujan wilayah bulanan terendah sebesar 121 mm terjadi pada bulan Juli, dan tertinggi sebesar
522 mm pada bulan Januari. Berdasarkan klasifikasi Oldeman, hujan di DAS Ciliwung Hulu memiliki periode curah hujan 100
– 200 mm bulan lembab
sebanyak empat bulan yaitu dari bulan Juni – September. Hujan dengan periode
curah hujan 200 mm bulan basah terjadi sebanyak delapan bulan yaitu dari
bulan Oktober – Mei, sedangkan tidak terdapat periode terjadinya curah hujan ≤
100 mm bulan kering di DAS Ciliwung Hulu. Berdasarkan hasil analisis curah hujan bulanan DAS Ciliwung Hulu, iklim di DAS Ciliwung hulu merupakan tipe
iklim B1. Klasifikasi yang digunakan BMKG Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika mengenai panjangnya suatu musim yakni apabila CH ≥ 150 mmbulan
disebut periode musim hujan dan apabila CH ≤ 150 mmbulan disebut periode musim kemarau. Berdasarkan klasifikasi BMKG, hujan yang jatuh di DAS
Ciliwung Hulu memiliki periode musim hujan sebanyak 10 bulan, dan musim kemarau sebanyak 2 bulan, yaitu pada bulan Juni dan Juli.
Distribusi curah hujan bulanan DAS Ciliwung Hulu menunjukkan pola curah hujan monsun yakni terdapat satu puncak maksimum dan satu puncak
minimum yang terjadi di bulan Juni, Juli, dan Agusutus. Grafik curah hujan bulanan DAS Ciliwung Hulu Gambar 3 yang membentuk pola huruf V
merupakan salah satu karakteristik hujan yang dipengaruhi oleh angin monsun. Angin monsun merupakan angin yang berhembus secara periodik minimal 3
bulan, dan antara periode yang satu dengan periode terbentuk pola yang berlawanan, seperti pada pola yang dibentuk oleh distribusi curah hujan bulanan
DAS Ciliwung Hulu membentuk huruf V.
Gambar 3. Curah Hujan Bulanan DAS Ciliwung Hulu 1985 – 2010
100 200
300 400
500 600
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Ags
Sept Okt
Nov Des
C u
ra h
h u
ja n
b u
la n
an mm
Distribusi curah hujan harian DAS Ciliwung Hulu diperoleh dengan membagi antara jumlah curah hujan tiap bulan dari masing
– masing stasiun pengamatan hujan dengan jumlah hari hujan pada bulan tersebut selama periode
1985 – 2010. Berdasarkan data curah hujan harian dari keempat stasiun
pengamatan hujan, curah hujan harian yang jauh di bawah atau di atas rata – rata
curah hujan harian tidak ditemukan. Curah hujan harian tertinggi terjadi pada bulan Oktober, sebesar 30 mm, dan terendah pada bulan Juli, sebesar 22 mm.
Berdasarkan kriteria hujan yang ditetapkan oleh BMKG Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, curah hujan harian DAS Ciliwung Hulu masuk dalam
kriteria hujan sedang dengan kriteria curah hujan sebesar 20 mm – 50 mm per hari
Gambar 4.
Gambar 4. Curah Hujan Harian DAS Ciliwung Hulu 1985 – 2010
Curah hujan tahunan tertinggi terjadi pada tahun 2010, sebesar 4.536 mm, dan terendah pada tahun 1997 sebesar 2.667 mm. Curah hujan tahunan terendah
DAS Ciliwung Hulu tidak berbeda jauh dengan rata – rata curah hujan Indonesia
yang sebesar 2.779 mm. Banyaknya jumlah curah hujan di DAS Ciliwung Hulu setiap tahunnya cukup beragam Gambar 5, tetapi jumlah curah hujan yang
dihasilkan tidak pernah kurang dari 2.700 mm setiap tahunnya. Berdasarkan hasil analisis tersebut, DAS Ciliwung Hulu merupakan daerah dengan curah hujan
tinggi merata sepanjang tahun dengan rata – rata curah hujan tahunan sebesar
5 10
15 20
25 30
35
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Ags
Sept Okt
Nov Des
C u
ra h
h u
ja n
h ar
ia n
mm
3.719 mm, jauh di atas rata – rata curah hujan tahunan Indonesia yaitu sebesar
2.779 mm Tabel Lampiran 1 .
Gambar 5. Curah Hujan Tahunan DAS Ciliwung Hulu 1985 – 2010
Sifat hujan merupakan perbandingan antara curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata
– rata curah hujan bulan tersebut dalam periode jangka panjang, misal 26 tahun 1985
– 2010. Sifat hujan dihitung menggunakan metode deviasi simpangan baku. Berdasarkan hasil evaluasi sifat
hujan selama periode 1985 – 2010, sifat hujan normal N merupakan sifat hujan
yang paling mendominasi dengan presentase maksimum sebesar 36 . Sifat hujan yang mendominasi kedua dan ketiga adalah sifat hujan bawah normal BN yaitu
sebesar 28 dan atas normal AN yaitu sebesar 25 . Sifat hujan bawah normal banyak terjadi di bulan Juni, sedangkan sifat hujan atas normal AN banyak
terjadi pada bulan November, Desember, dan Januari. Menurut kriteria BMKG, sifat hujan atas normal AN merupakan sifat hujan yang berpotensi menghasilkan
banjir dan longsor. Presentase 25 dari sifat hujan Atas Normal di DAS Ciliwung hulu menunjukkan bahwa 25 hujan di kawasan DAS Ciliwung Hulu
memiliki sifat berpotensi menghasilkan banjir dan longsor. Sifat curah hujan jauh atas normal JAN tidak begitu mendominasi, terjadi sebanyak 7 , sedangkan
sifat hujan jauh bawah normal JBN sebesar 4 Gambar 6.
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
4500 5000
1 9
8 5
1 9
8 6
1 9
8 7
1 9
8 8
1 9
8 9
1 9
9 1
9 9
1 1
9 9
2 1
9 9
3 1
9 9
4 1
9 9
5 1
9 9
6 1
9 9
7 1
9 9
8 1
9 9
9 2
2 1
2 2
2 3
2 4
2 5
2 6
2 7
2 8
2 9
2 1
C ur
a h
Huja n
T a
hun a
n mm
Gambar 6. Presentase Sifat Curah Hujan DAS Ciliwung Hulu 1985 –
2010 Variabilitas curah hujan tertinggi di keempat stasiun DAS Ciliwung Hulu
terjadi di bulan Agustus, dengan nilai variabilitas hujan stasiun Gunung Mas sebesar 93 , Katulampa sebesar 82 , Empang sebesar 79 , dan Citeko dengan
nilai variabilitas hujan tertinggi sebesar 94 . Curah hujan dengan variabilitas terendah terjadi pada bulan Januari. Nilai variabilitas hujan terendah stasiun
Gunung Mas sebesar 38 , Katulampa sebesar 31 , Citeko sebesar 36 , dan Empang dengan nilai variabilitas terendah sebesar 29 . Grafik variabilitas hujan
Gambar 7 menggambarkan bahwa stasiun Citeko merupakan stasiun dengan variasi hujan tertinggi, sedangkan stasiun Empang merupakan stasiun hujan
dengan variasi kejadian hujan terendah. Variasi kejadian hujan tinggi pada stasiun pengamatan hujan Citeko dikarenakan letaknya yang berada pada ketinggian 920
mdpl. Hal ini menyebabkan pada periode musim kemarau, seperti bulan Agustus, masih dapat ditemukan beberapa kejadian hujan dengan jumlah dan intensitas
hujan tinggi. Menurut Tjasyono 2004, daerah pegunungan dan lembah dapat mempengaruhi jumlah curah hujan. Semakin menjauhi daerah pantai menuju
daerah pegunungan, jumlah curah hujan semakin bertambah besar sampai pada ketinggian tempat tertentu yang disebut daerah maksimum.
Variasi kejadian hujan tertinggi terjadi pada bulan Juli dan Agustus, sedangkan variasi kejadian hujan terendah terjadi pada bulan November,
Desember, Januari, dan Februari. Tingginya variasi hujan pada bulan Agustus dikarenakan bulan Agustus yang merupakan bulan kering, masih dapat ditemukan
4 28
36 25
7
JBN Jauh Bawah Normal
BN Bawah Normal N Nomal
AN Atas Normal JAN Jauh Atas
Normal
beberapa kejadian hujan yang tinggi, jauh di atas rata – rata curah hujan bulan
Agustus, sedangkan pada bulan November, Desember, Januari, dan Februari yang merupakan musim hujan bulan basah, jarang ditemukan curah hujan di bawah
rata – rata curah hujan bulan tersebut.
Gambar 7. Variasi Hujan DAS Ciliwung Hulu 1985 – 2010
4.3. Karakteristik Erosivitas Hujan