3. Profil tanah
Profil tanah memberikan informasi mengenai karakteritik tanah dan kedalaman tanah. Kedalaman tanah bervariasi dari 25 cm sampai dengan 200 cm. Wilayah
dengan  kedalaman  tanah  cukup  tebal  akan  mempunyai  kapasitas  besar  untuk menyerap  dan  menyimpan  air,  sebaliknya  lapisan  tanah  yang  tipis  akan  cepat
jenuh  dan  menghasilkan  lebih  banyak  aliran  permukaan  sehingga  akan  lebih banyak volume air yang masuk ke badan sungai dengan kecepatan tinggi.
2.5.  Hidrograf Aliran Sungai
Debit  aliran  sungai  biasanya  digambarkan  dalam  bentuk  hidrograf  aliran. Hidrograf  aliran  adalah  suatu  perilaku  debit  sebagai  respon  adanya  perubahan
karakteristik  biogeofisik  yang  berlangsung  dalam  suatu  DAS  oleh  adanya kegiatan  pengelolaan  DAS  dan  adanya  perubahan  fluktuasi  musiman  atau
tahunan iklim lokal Asdak, 2007. Sebuah  hidrograf  memiliki  empat  komponen  elemen
– elemen   1 aliran permukaan  langsung  direct  surface  runoffoverlandflow,  yaitu  aliran  di  atas
permukaan yang terjadi karena laju curah hujan melampaui laju infiltrasi 2 aliran bawah  permukaan  interflow,  yaitu  aliran  air  yang  masuk  ke  dalam  tanah  yang
tidak  cukup  dalam  dan  kemudian  bergerak  keluar  menuju  permukaan  dalam waktu  yang  pendek.  Aliran  ini  sering  dianggap  sebagai  bagian  dari  aliran
permukaan  langsung  direct  surface  runoffoverlandflow,  3  aliran  air  bawah tanah groundwater flowbaseflow, yaitu aliran yang berasal dari air bawah tanah
atau aliran sungai  yang terjadi selama musim kering, dan dianggap sebagai debit sungai  harian  normal,  4  hujan  yang  jatuh  langsung  di  atas  sungai  channel
precipitation Viesmann et al., 1977 Gabungan  intersepsi  saluran,  air  larian,  dan  aliran  air  bawah  permukaan
dikenal sebagai debit aliran stormflow. Stormflow menjadi komponen hidrograf yang paling diperhatikan dalam analisis banjir, terutama dalam kaitannya dengan
karakteristik DAS Asdak, 2007. Dalam menganalisis hidrograf, tidak lazim memisahkan masing
– masing komponen  pembentuk  stormflow.  Analisis  dapat  dilakukan  dengan  cara
memisahkan  aliran  permukaan  langsung  direct  runoff  dari  aliran  dasar baseflow.  Aliran  dasar  baseflow  mudah  dikenali,  yaitu  debit  aliran  yang
mengalir sepanjang musim kemarau ketika tidak ada komponen curah hujan yang membentuk debit aliran Asdak, 2007.
Gambar 1.  Komponen Hidrograf Viesmann et al., 1977
2.6.  Daerah Aliran Sungai DAS
Berdasarkan  Undang –  undang  UU  No.7  tahun  2004,  daerah  aliran
sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak
– anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan, mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, dimana batas
di  darat  merupakan  pemisah  topografis.  Menurut  Sinukaban  2007,  Daerah Aliran  Sungai  adalah  suatu  wilayah  yang  dibatasi  oleh  batas
–  batas  topografi sehingga  setiap  hujan  akan  mengalir  melalui  titik  tertentu  titik  pengukuran  di
sungai dalam DAS tersebut. DAS dapat memberikan respon hidrologis berupa erosi, sedimentasi, aliran
permukaan,  dan  pengangkutan  nutrient  terhadap  yang  jatuh  di  atasnya.  Proses –
proses hidrologi yang terjadi tergantung dari kondisi tanah, air, dan tanaman yang berbagung  membentuk  parameter
–  parameter  pendukung  di  dalam  DAS. Parameter
–  parameter  tersebut  adalah  penutupan  tanaman,  jenis  pengelolaan lahan,  kekasaran  permukaan  tanah,  kemiringan  lahan,  panjang  lereng,  tekstur
tanah,  kadar  air  tanah,  porositas  tanah,  kapasitas  lapang,  erodibilitas  tanah,  dan kondisi saluran Ilyas, 1996.
III. METEDOLOGI PENELITIAN
3.1.  Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan  pada bulan Juli hingga Desember 2011, berlokasi di  DAS  Ciliwung  Hulu,  Kabupaten  Bogor,  Provinsi  Jawa  Barat.  Wilayah
penelitian meliputi tiga Kecamatan, yaitu Kecamatan Cisarua, Ciawi, dan Kedung Halang.
3.2.  Bahan dan Alat
Bahan
– bahan  yang digunakan dalam penelitian adalah :
1. Data  curah  hujan  harian  tahun  1985  –  2010    dari  stasiun  pengamatan  hujan
Katulampa, Gunung Mas, Citeko, dan Empang. 2.
Data pias hujan tahun 2007 – 2010 yang diperoleh dari penakar hujan otomatik Stasiun pengamatan hujan Citeko.
3. Data debit aliran sungai harian Bendung Katulampa tahun 1985-2010.
4. Data  penggunaan  lahan  DAS  Ciliwung  Hulu  tahun  1985  dan  1990  yang
merupakan hasil penelitian Sudadi et al. 1991. 5.
Data  penggunaan  lahan  DAS  Ciliwung  Hulu  tahun  1994  dan  2001  yang merupakan hasil penelitian dari Janudianto 2004.
6. Citra  Landsat  ETM
+
tahun  2010  yang  diperoleh  dari  halaman  website www.usgsglovis.gov
Alat  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  meliputi  perangkat  keras komputer  dan  perangkat  lunak,  yaitu  :  Arcview  GIS  3.3,  Microsoft  Excel  2010,
Statistica 8.0, dan Minitab for Windows.
3.3.  Metodologi
Penelitian  ini  menggunakan  beberapa  analisis.  Analisis  tersebut  disajikan pada diagram alir tahapan penelitian seperti disajikan pada Gambar 2.