Erosivitas Hujan EI Teknik Pendugaan Perubahan Penggunaan Lahan

3.3.3. Erosivitas Hujan EI

30 Metode penghitungan erosivitas hujan yang digunakan adalah persamaan menurut Wischmeier dan Smith 1958. EI 30 dihitung untuk setiap kejadian hujan dengan menggunakan persamaan: EI 30 = E I 30 . 10 -2 ...........................................................................5 dimana, E = 210 + 89 log i E = energi kinetik hujan ton.mha I 30 = intensitas hujan maksimum 30 menit cmjam i = intensitas hujan cmjam

3.3.4. Teknik Pendugaan Perubahan Penggunaan Lahan

Data penggunaan lahan yang digunakan pada penelitian ini adalah data penggunaan lahan tahun 1985 dan 1990 yang merupakan hasil penelitian Sudadi et al. 1991 serta data penggunaan lahan tahun 1994 dan 2001 yang merupakan hasil penelitian Janudianto 2004. Data penggunaan lahan tahun 2010 diperoleh melalui pengolahan citra landsat ETM + tahun 2010 dengan menggunakan software ARCVIEW GIS 3.3. Citra komposit band combinationyang digunakan pada penelitian ini adalah citra komposit band combination RGB-543. Citra komposit RGB-543 menunjukkan hasil terbaik pada model daerah volkan seperti daerah DAS Ciliwung hulu, karena menampilkan warna natural dengan kontras warna paling tegas dan paling jelas dalam menampilkan bentuk permukaan bumi. Langkah selanjutnya adalah koreksi geometri citra terhadap peta penggunaan lahan hasil penelitian Sudadi et al. 1991 dan Janudianto 2004. Setelah citra asli terkoreksi, kemudian dilakukan pemotongan citra sesuai dengan batas wilayah penelitian. Interpretasi citra dilakukan secara visual pada monitor komputer onscreen interpretation. Interpretasi citra menggunakan unsur-unsur interpretasi, seperti unsur rona, warna, tekstur, pola, situs, dan asosiasi. Proses interpretasi dilakukan dengan membatasi daerah – daerah dengan melihat karakteristik kenampakkan masing – masing penutupan lahan pada citra yang dibantu dengan unsur – unsur interpretasi Lillesand dan Kiefer, 1997. Karakteristik unsur interpretasi setiap penggunaan atau penutupan lahan dijelaskan pada Tabel 3. Tabel 3. Karakteristik Penampakan Penggunaaan Lahan pada Citra Landsat ETM + Penggunaan lahan Karakteristik penampakan pada citra landsat ETM + Hutan lebat Bentuk dan pola yang tidak teratur dengan ukuran yang cukup luas dan menyebar. Berwarna hijau tua sampai gelap, tekstur relatif kasar, ada bayangan igir- igir puncak gunung yang menunjukkan sebaran hingga daerah yang curam, dan identik dengan letaknya yang berada di sekitar puncak gunung. Semak atau belukar Bentuk dan pola yang hampir serupa dengan hutan lebat. Berwarna hijau agak terang dengan tekstur yang lebih halus dibandingkan hutan lebat. Kebun campuran Tekstur relatif kasar. Berwarna hijau bercampur dengan sedikit magenta, bentuk dan pola memanjang dijumpai pada lembah dan sepanjang sungai, seringkali bercampur dengan pemukiman. Kebun teh Tekstur halus dan berwarna hijau muda Lahan terbuka Warna putih hingga merah jambu dengan tekstur halus. Keberadaanya sangat sulit ditemukan pada citra, hal ini disebabkan karena luas sebarannya yang relatif kecil pada tahun 2010. Pemukiman Tekstur halus sampai kasar, warna magenta, ungu kemerahan, pola bergerombol. Sawah Tekstur kasar, warna hijau agak gelap bercampur dengan magenta dan biru. Tegalan atau ladang Tekstur relatif sedang sampai kasar, hijau tua agak terang, bercampur dengan sedikit magenta dan kuning. Sumber : Lillesand dan Kiefer 1997 Perubahan penggunaan lahan di DAS Ciliwung hulu periode 1985 – 2010 diketahui dengan teknik pendugaan pertumbuhan atau peluruhan secara matematis growthdecay function. Model ini dapat digunakan untuk menduga perubahan seiring dengan waktu serta perubahan seiring dengan ukuran atau jarak dari posisi referensi. Peubah yang diukur dengan menggunakan model ini adalah perubahan luas penggunaan lahan DAS Ciliwung Hulu tahun 1985 hingga 2010. Model yang digunakan untuk menduga luas penggunaan lahan DAS Ciliwung Hulu periode 1985 – 2010 adalah model pertumbuhan atau peluruhan eksponensial. Model ini dipilih karena merupakan model yang paling mendekati kemungkinan pergerakan perubahan penggunaan lahan. Pengertian model eksponensial itu sendiri merupakan model yang didasarkan pada persen laju yang berubah – ubah. Kondisi seperti ini ditemui pada wilayah yang masih terus berkembang dalam hal pembangunannya. Pendugaan yang bersifat statistik ini akan menghasilkan nilai peluang, tingkat kepercayaan, dan nilai parameter koefisien determinasi. Model perubahan penggunaan lahan terbaik dipilih berdasarkan nilai koefisien determinasi R 2 terbesar. Model pertumbuhan eksponensial menggunakan persamaan sebagai berikut : Pt P t = P exp ................................6 t dimana, P t = luas penggunaan lahan pada saat t P = luas penggunaan lahan pada t=0 nilai data luas penggunaan tahun pertama α = konstanta t = tahun pengamatan

3.3.5. Analisis Aliran Permukaan Langsung Direct Runoff