Analisis perkembangan dan pertumbuhan larva chironomida

45 Penelitian chironomida di daerah tropis tidak terlalu banyak. Dari beberapa penelitian yang ada di antaranya adalah Yulintine et al. 2007 yang melakukan penelitian di daerah perairan gambut Kalimantan Tengah. Kedalaman perairan pada lokasi penelitian berkisar antara 0,7 –1,6 m dengan kandungan oksigen terlarut 1,59 –2,26 mgL. Pada penelitian yang dilakukan di Danau Lido diperoleh nilai kandungan oksigen terlarut yang tidak berbeda jauh antar kedalaman. Akan tetapi, mengingat kisaran kandungan oksigen di kedalaman 3,5 m dan 5 m yang rendah bahkan tidak ada 0 mgL di kedalaman 5 m, maka kedalaman 2 m sebagai posisi untuk melakukan kajian pada penelitian lanjutan dari perkembangan dan pertumbuhan larva chironomida.

4.1.2. Penelusuran capaian instar larva chironomida

Pada tahap penelusuran capaian instar ini, digunakan massa telur Gambar 10 yang dikumpulkan dari benda-benda seperti, styrofoam, jaring larva ikan, bambu, tali, dan drum yang mengapung di sekitar KJA. Bentuk, ukuran, dan warna massa telur dipilih yang relatif sama semirip mungkin untuk mendapatkan larva chironomida dengan genus dan umur yang seragam. Anggota Famili Chironomidae yang ditemukan pada massa telur yang menjadi objek penelitian tahap ini adalah larva chironomida Subfamili Chironominae, Genus Chironomus Gambar 11. Adapun klasifikasi genus Chironomus menurut Eppler 2001 adalah sebagai berikut. Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Flies Famili : Chironomidae Midges Subfamili : Chironominae Genus : Chironomus Massa telur yang dikumpulkan rata-rata memiliki diameter 5-20 mm Gambar 10 a, dengan jumlah telur berkisar antara 400-800 butir. Telur berbentuk bulat lonjong dengan ukuran panjang dan lebar rata-rata 240 µm dan 80 µm Gambar 10 b. Pada penelitian ini diperoleh informasi bahwa telur memerlukan waktu lebih kurang 17 jam dari waktu pengambilan di Danau Lido 46 untuk menetas dengan kondisi lingkungan yang homogen sesuai perlakuan penambahan bahan organik yang dicobakan 0 mgL; 0,5 mgL; dan 1,0 mgL. Gambar 10. Massa telur a dan butiran telur b Chironomus yang diambil dari Danau Lido. Gambar 11. Larva Chironomus A, seluruh tubuh; B, kepala dari arah ventral serta Pupa Chironomus C. Pupa dengan isi, D. Pupa kosongexuviae. Sumber: Dokumentasi pribadi. Massa telur yang dikumpulkan rata-rata memiliki diameter 5-20 mm Gambar 10 a, dengan jumlah telur berkisar antara 400-800 butir. Telur berbentuk bulat lonjong dengan ukuran panjang dan lebar rata-rata 240 µm dan 80 µm Gambar 10 b. Pada penelitian ini diperoleh informasi bahwa telur memerlukan waktu lebih kurang 17 jam dari waktu pengambilan di Danau Lido untuk menetas dengan kondisi lingkungan yang homogen sesuai perlakuan penambahan bahan organik yang dicobakan 0 mgL; 0,5 mgL; dan 1,0 mgL. A D C = 5 mm a b = 0,1 mm B 47 Larva Chironomus yang telah menetas pada wadah tanpa bahan organik hanya dapat bertahan hidup selama lebih kurang satu minggu dengan sifat hidup planktonik. Pada wadah dengan penambahan bahan organik sebanyak 0,5 mgl dan 1,0 mgL, larva Chironomus dapat berkembang hingga mencapai fase pupa Gambar 11 dan dewasa. Larva pada wadah dengan tambahan bahan organik ini memerlukan waktu lebih kurang tiga minggu untuk menjadi pupa. Selanjutnya pupa akan hidup selama 24-48 jam sebelum akhirnya menjadi Chironomus sp. dewasa. Pengukuran COD pada tahap penelitian ini dilakukan untuk mengamati keberadaan bahan organik pada tiap wadah pemeliharaan. Gambar 12 memperlihatkan kecenderungan nilai COD masing-masing wadah selama pengamatan. Ketiga perlakuan menunjukkan keberadaan COD yang berbeda, dengan kecenderungan antar waktu pengamatan yang sama, yakni mengalami kenaikan sampai hari tertentu kemudian mengalami penurunan hingga pengamatan terakhir. hari ke- 3 6 9 12 15 18 21 24 Ni lai CO D m g l 20 40 60 80 100 Bahan organik 0 mgl Bahan organik 0,5 mgl Bahan organik 1,0 mgl Gambar 12. Nilai kandungan COD mgL di wadah pemeliharaan Chironomus selama 21 hari penelitian. Kisaran nilai COD untuk perlakuan tanpa bahan organik adalah 16,67 –20,67 mgL. Perlakuan dengan bahan organik 0,5 mgl memiliki kisaran 14,33 –59,33 mgL, sedangkan pada wadah perlakuan dengan penambahan bahan organik 1,0 mgL, nilai COD berkisar antara 15,67 –86,67 mgL. Nilai COD paling tinggi aterdapat pada wadah dengan konsentrasi bahan organik 1,0 mgL sebesar 86,67 mgL pada hari ke-14. Nilai COD tertinggi pada perlakuan bahan organik 0,5 48 mgL adalah 59,33 mgL pada hari ke-18 dan untuk perlakuan tanpa penambahan bahan organik adalah 20,67 mgL pada hari ke-7. Perbedaan nilai COD ini disebabkan oleh perbedaan kadar bahan organik yang ditambahkan pada masing- masing wadah perlakuan. Nilai COD pada perlakuan B.O 1 mgL lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan tanpa penambahan bahan organik B.O 0 mgL P0,05; Lampiran 4. Kandungan oksigen terlarut Dissolved Oxygen mempengaruhi aktivitas metabolisme biota air termasuk larva chironomida. Kandungan oksigen terlarut digunakan untuk respirasi bagi mahluk hidup heterotrof. Nilai oksigen terlarut sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti aktivitas fotosintesis organisme autotrof, difusi udara, maupun pemanfaatan biota heterotrof. Pada penelitian kali ini tidak ada penambahan kadar oksigen yang dilakukan secara sengaja. Fotosintesis yang berlebihan pun secara tidak langsung dihindari dengan cara penempatan wadah di ruang tertutup. Cara ini dilakukan untuk menghindari tumbuhnya perifiton yang diperkirakan akan mengganggu pertumbuhan larva chironomida itu sendiri. Gambar 13 menunjukkan variasi nilai oksigen terlarut yang cenderung mengalami penurunan. Variabilitas nilai oksigen terlarut untuk setiap perlakuan berbeda. Perlakuan tanpa penambahan bahan organik menunjukkan kisaran nilai yang lebih tinggi dari dua perlakuan yang lain. Nilai oksigen terlarut untuk perlakuan ini berkisar antara 6,9 –8,0 mgL. Penambahan bahan organik 0,5 mgL memiliki kisaran nilai antara 4,7 –6,7 mgL. Pada perlakuan dengan bahan organik 1,0 mgL diperoleh nilai oksigen terlarut antara 3,8 –5,3 mgL. Nilai kandungan oksigen terlarut berbeda antar perlakuan bahan organik. Nilai oksigen terlarut pada perlakuan tanpa penambahan bahan organik B.O 0 mgL lebih tinggi dibading perlakuan B.O 0,5 mgL dan 1,0 mgL P0,05; Lampiran 5. Suhu yang tercatat berkisar antara 26,1-27,4 °C. Kisaran nilai pH berada pada rentang 6,9-7,7. Variasi nilai pH kecil dan masih memenuhi syarat hidup untuk biota perairan, yakni 6-9. Hasil pengukuran suhu dan pH pada masing- masing wadah pemeliharaan tidak memperlihatkan kenaikan maupun penurunan suhu yang nyata Lampiran 6.