Substrat Buatan TINJAUAN PUSTAKA

25

3.4.2. Penelusuran capaian instar larva chironomida

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Mikro I, Bagian Produktivitas Lingkungan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan pada skala laboratorium dengan lingkungan yang terkontrol. Pada tahap ini digunakan wadah plastik berukuran 34x26x7 cm 3 sebagai tempat hidup larva chironomida yang menjadi objek penelitian. Pertimbangan penggunaan wadah plastik ini adalah untuk mempermudah pemeliharaan, kuantifikasi, maupun pengamatan larva chironomida. Larva chironomida yang ditumbuhkan di laboratorium diambil dalam bentuk massa telur yang berasal dari Danau Lido. Pengambilan massa telur dilakukan pada pagi hari. Massa telur yang diambil diusahakan dalam kuantitas yang sama untuk masing-masing wadah agar jumlah larva yang nantinya dipelihara untuk masing-masing wadah pemeliharaan berjumlah seragam. Pengambilan massa telur dilakukan di sekitar karamba jaring apung dengan menggunakan bantuan kuas. Di laboratorium, massa telur ditetaskan pada cawan petri yang terpisah untuk masing-masing wadah. Pengamatan selama lebih kurang 24 jam pertama sejak telur yang diambil dari alam diletakkan dalam wadah dilakukan setiap 4 jam dengan kamera yang dihubungkan dengan mikroskop. Larva yang telah menetas dipindahkan ke wadah plastik pemeliharaan berukuran 34x26x7 cm 3 yang diisi air Danau Lido setinggi 4 cm. Wadah pemeliharan dilengkapi dengan penutup yang dibuat dari kain kasa nyamuk untuk menghindari serangga lain yang berkemungkinan menjadi predator bagi larva chironomida. Massa telur yang dipelihara di dalam wadah pemeliharaan diberi tambahan bahan organik berupa kotoran kuda sebagai perlakuan penambahan bahan organik. Pemilihan kotoran kuda sebagai sumber bahan organik yang digunakan dalam penelitian ini merupakan adaptasi dari penelitian McLarney et al. 1974. Adaptasi dilakukan semata-mata untuk mengurangi penelitian tambahan dalam penentuan jenis bahan organik yang digunakan, mengingat fokus kajian adalah perkembangan dan pertumbuhan larva chironomida. Kotoran kuda yang akan digunakan sudah dikeringkan dan diayak hingga diperoleh bagian yang halus 26 untuk digunakan sebagai sumber bahan organik dalam wadah pemeliharaan. Kotoran kuda siap pakai dibungkus dengan kain kasa dan diletakkan di masing- masing sudut wadah pemeliharaan. Perlakuan pertama, yakni kontrol, menggunakan media air dari Danau Lido tanpa penambahan bahan organik, perlakuan kedua adalah media air dari Danau Lido yang ditambahkan bahan organik dengan konsentrasi 0.5 mgL, dan perlakuan ketiga dengan konsentrasi 1,0 mgL modifikasi dari penelitian McLarney et al. 1974. Pengamatan terhadap larva chironomida secara biologis, yakni pertumbuhan, dilakukan setiap hari. Data yang dikumpulkan berupa nilai dimensi morfologis larva dalambentuk panjang dan lebar kapsul kepala serta panjang tota tubuh dan lebar tubuh. Adapun pengukuran kualitas air yakni suhu, DO, dan COD dilakukan tiga hari sekali, sementara pengukuran pH dilakukan satu minggu sekali. Suhu dan DO diukur dengan menggunakan DO-meter sedangkan pH diukur dengan pH-meter. Pengukuran parameter in situ langsung dilakukan di ruang pemeliharaan, sementara untuk parameter ex situ COD dilakukan di Laboratorium Fisika-Kimia Perairan, Bagian Produktivitas dan Lingkungan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

3.4.3. Perkembangan bahan organik pada substrat buatan

Tahap penelitian ini ditujukan untuk memperoleh gambaran ketersediaan bahan organik pada subtrat buatan yang diletakkan pada perairan yang banyak mengandung bahan organik di kedalaman 1 m dan 2 m. Substrat buatan yang digunakan memiliki bahan yang sama dengan substrat yang akan digunakan sebagai substrat larva chironomida, yaitu terbuat dari bahan kasa nyamuk yang berbahan nilon dengan mata jaring 2 mm, dibentuk persegi dengan ukuran 15x15 cm 2 menggunakan bingkai kawat. Substrat buatan ini kemudian diberi bingkai dari bambu dengan ukuran 45x30 cm 2 untuk menjadi rangkaian substrat buatan. Kemudian kasa nyamuk yang telah terpasang dirangkai pada sebuah bingkai yang disusun berselang-seling Gambar 7 antara kedalaman 1 m dan 2 m untuk memberi peluang yang sama terhadap terakumulasinya bahan organik baik dalam 27 bentuk detritus maupun bahan organik hidup seperti alga atau hewan air termasuk larva chironomida. Nilai COD digunakan untuk mendapatkan gambaran kandungan bahan organik yang dapat didegradasi oleh oksidator kuat. Dalam hal ini diharapkan seluruh bahan organik di substrat dapat terukur dengan menggunakan analisis COD. Nilai AFDM digunakan untuk mendapatkan gambaran seluruh bahan organik yang berasal dari organisme hidup. Sedangkan nilai klorofil- diharapkan memberi gambaran mengenai komposisi bahan organik yang berasal dari organisme autotrof. Pengambilan sampel dilakukan dengan selang waktu 6 hari selama 30 hari. Sampel diambil dengan cara mengerik lapisan yang terkumpul di atas substrat buatan untuk dianalisis kandungan klorofil, COD, serta berat kering bebas abu ash free dry massAFDM. Analisis kandungan klorofil dilakukan di Laboratorium Fisika-Kimia Perairan Bagian Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis AFDM dilakukan di Laboratorium Terpadu Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor. Selain kandungan klorofil dan berat kering bebas abu, juga dilakukan pengukuran perkembangan koloni bakteri dan COD yang ada pada substrat buatan. Pengukuran kondisi kualitas air di dekat posisi substrat, seperti suhu, TSS, pH, dan DO, juga diukur yang dilakukan berturut-turut pada hari ke-1, 8, 15, 22, dan 29 setelah substrat diletakkan di air.

3.4.4. Perkembangan dan pertumbuhan larva chironomida

Pada tahap ini dilakukan serangkaian kegiatan yang dapat memberi gambaran perkembangan dan pertumbuhan dari larva chironomida. Kegiatan dilakukan menggunakan substrat buatan di Danau Lido Gambar 7. Peletakan substrat buatan dilakukan dengan mempertimbangkan aspek aksesibilitas, keamanan, dan keda-laman yang ditentukan 1 m dan 2 m. Penentuan perbedaan kedalaman substrat buatan diharapkan mampu memberikan respon yang berbeda berkenaan dengan kondisi kualitas perairan pada dua kedalaman tersebut terhadap pola perkembangan dan pertumbuhan larva chironomida pada kedua lokasi pengamatan.