Pertumbuhan larva chironomida m 5 m
80 di lokasi KJA, serta lebih besar di kedalaman 1 m dibandingkan di kedalaman 2
m. Kandungan klorofil-a di lokasi Non-KJA jauh lebih tinggi dari kandungan klorofil-a di lokasi KJA. Hal ini diduga karena di lokasi Non-KJA lebih banyak
organisme autotrof yang terakumulasi di substrat buatan dibandingkan dengan di lokasi KJA. Kondisi ini didukung dengan informasi bahwa kecerahan perairan di
daerah Non-KJA adalah sekitar 60 kedalaman rata-rata 247 cm sementara di daerah KJA hanya 30 kedalaman rata-rata 830 cm. Dengan demikian, lokasi
Non-KJA lebih mendukung berkembangnya organisme aoutotrof karena ketersediaan cahaya matahari yang mencukupi.
Perbandingan antara nilai AFDM dan kandungan klorofil-a menghasikan sebuah nilai yang disebut indeks autotrof. Nilai indeks autotrof di lokasi KJA
jauh lebih besar dibandingkan dengan lokasi Non-KJA. Peningkatan nilai indeks autotrof terjadi sejalan dengan waktu peletakan substrat buatan. Hal ini berarti
bahwa bahan organik yang terdapat di substrat buatan di lokasi KJA cenderung lebih didominasi organisme heterotrof dibandingkan di lokasi Non-KJA.
Banyaknya organisme heterotrof di substrat buatan dapat dilihat juga dari kepadatan larva chironomida yang meningkat di substrat buatan seiring dengan
berjalannya waktu. Perkembangan dan pertumbuhan memberi arti yang berbeda pada serangga
umumnya. Perkembangan lebih mengarah pada perubahan bentuk morfologi, sementara pertumbuhan lebih berupa pertambahan ukuran tubuh. Kedua hal ini
saling berkaitan. Saat terjadi pertumbuhan terdapat bagian tubuh serangga yang tidak dapat bertambah ukuran karena adanya bagian yang berkitin. Akibatnya,
perlu proses penggantian kulit berkitin tadi dalam bentuk molting untuk memberi kesempatan suatu serangga bertambah ukuran. Pertambahan ukuran tubuh
merupakan pengaruh dari asupan energi dalam bentuk makanan serta kenyamanan kondisi lingkungan hidup. Dengan demikian, suatu perairan yang memberi
kenyamanan serta makanan yang cukup bagi larva chironomida akan memicu percepatan proses molting.
Sampel larva chironomida yang diperoleh dari pengamatan pada substrat buatan didominasi oleh larva Polypedilum. Berdasarkan data yang terkumpul dari
larva Polypedilum dibuat pengelompokan terhadap instar, dan diperoleh empat
81 instar selama pengamatan. Kapsul kepala sebagai bagian tubuh yang terbuat dari
kitin memiliki ukuran yang tetap selama instar tertentu. Fenomena ini digunakan sebagai landasan untuk mencari persamaan yang dapat digunakan sebagai
penentuan instar berdasarkan ukuran panjang dan lebar kapsul kepala. Persamaan diskriminan yang dihasilkan memperlihatkan ukuran kapsul
kepala tiap instar. Ada hal yang unik berkaitan dengan ukuran kapsul kepala setiap instar bila dibandingkan dengan hasil penelitian Dettinger-Klemm 2003.
Secara umum kapsul kepala larva Polypedilum yang ditemukan di substrat buatan di Danau Lido memiliki ukuran lebih kecil untuk instar I, baik untuk panjang
maupun lebar. Akan tetapi, ukuran kapsul kepala pada instar IV lebih besar dari hasil penelitian Dettinger-Klemm 2003. Kondisi lingkungan dan ketersediaan
bahan organik di lokasi percobaan mendukung munculnya rentang ukuran kapsul kepala yang lebih besar dibandingkan yang ditemukan Dettinger-Klemm 2003.
Pertumbuhan suatu organisme diekspresikan dalam bentuk penambahan biomassa. Hal ini dapat dilihat juga dari penambahan ukuran panjang tubuh.
Pada percobaan di laboratorium dapat dilihat penambahan ukuran panjang total tubuh dari waktu ke waktu. Pada plot grafik yang dibuat Gambar 23 terlihat
adanya pola yang khas terhadap penambahan ukuran panjang total tubuh. Pada perlakuan yang tidak diberi tambahan bahan organik, pola panjang total tubuh
tidak terlihat bertambah. Dalam hal ini ada jeda waktu untuk dapat bertahan hidup terhadap kondisi yang tidak nyaman. Pada penambahan bahan organik 0,5
mgL dan 1,0 mgL peningkatan panjang total tubuh memperlihatkan pola pertumbuhan yang umum ditemukan pada pola pertumbuhan makhluk hidup,
yaitu berbentuk sigmoid sejalan dengan waktu. Berdasarkan hasil pengamatan di Danau Lido, grafik yang dibuat tidak
seperti pada percobaan di laboratorium. Hal ini disebabkan substrat buatan diletakkan di perairan terbuka, sehingga ada peluang penambahan larva dari
waktu ke waktu. Dengan demikian larva chironomida yang diperoleh tidak berasal dari kohort satu kohort. Berdasarkan kondisi ini, kajian mengenai
pertumbuhan larva Polypedilum dilakukan dengan cara menghubungkan ukuran panjang total tubuh dengan biomassa. Grafik dibuat berdasarkan instar yang
ukurannya sudah ditentukan pada kajian mengenai perkembangan larva.
82 Laju pertumbuhan terlihat dari nilai pangkat pada ukuran panjang total
tubuh dari persamaan yang terbentuk. Secara umum laju pertumbuhan larva Polypedilum
di lokasi KJA lebih cepat dibandingkan di lokasi Non-KJA. Laju pertumbuhan juga meningkat dari instar I sampai ke instar III, tetapi pada instar
IV laju pertumbuhannya lebih rendah. Fenomena ini terjadi pada lokasi KJA maupun Non-KJA. Nilai laju pertumbuhan ini tidak jauh berbeda dengan nilai
rata-rata konstanta b untuk regresi panjang-berat larva Diptera yang dinyatakan oleh Benke Huryn 2007, yaitu sebesar 2,692.
Kondisi letak substrat di Danau Lido relatif terbuka dari peluang penambahan larva chironomida maupun masuknya predator. Oleh karena itu
dibuat juga rangkaian substrat buatan yang dilindungi jaring untuk mendapatkan gambaran mengenai keberadaan larva tanpa hadirnya kedua hal tersebut. Pola
pertumbuhan larva Polypedilum di percobaan ini secara umum serupa dengan yang terdapat pada substrat yang tidak dilindungi jaring. Akan tetapi, laju
pertumbuhan larva chironomida di substrat yang dilindungi lebih kecil daripada di substrat yang tidak dilindungi. Hal ini terjadi karena substrat yang tidak
dilindungi jaring memberikan peluang lebih besar bagi menempelnya larva chironomida dibandingkan substrat yang dilindungi jaring.
Produktivitas menggambarkan nilai pertambahan biomassa suatu individu atau populasi di suatu lokasi pada waktu tertentu. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam penentuan produktivitas adalah biomassa, waktu, dan luasan area. Informasi mengenai produktivitas suatu biota dapat digunakan untuk
memperkirakan ketersediaan suatu tingkat trofik tertentu dalam suatu jaring makanan di perairan. Produktivitas Chironomus dari kajian penambahan bahan
organik 0,5 mgL lebih rendah dibandingkan pada penambahan bahan organik 1,0 mgL 1,86 gm
2
tahun dengan 3,08 gm
2
tahun. Rasio PB kohort untuk perlakuan 0,5 mgL dan 1,0 mgL secara berturut-turut adalah 2,4 dan 2,9. Pada
penelitian Yan et al. 1999 di Danau Houhu, Wuhan, China; produksi larva Chironomus plumosus
yang dihitung menggunakan metode frekuensi ukuran adalah sebesar 2,170 gm
2
tahun dengan rasio PB sebesar 3,9. Akan tetapi pada penelitian Yan et al. 1999 Chironomus plumosus yang dikaji bersifat univoltine.
83 Pada kegiatan di laboratorium sebagian larva dari perlakuan 1,0 mgL telah
menjadi kepompong, bahkan beberapa menjadi dewasa. Diduga bahwa jenis Chironomus
yang digunakan pada penelitian ini memili siklus hidup berkisar antara 21 hari sampai 30 hari. Perbedaan terjadi terkait dengan ketersediaan
bahan organik yang digunakan sebagai sumber energi untuk membentuk biomassa tubuhnya.
Pada substrat buatan di Danau Lido, produktivitas larva Polypedilum di lokasi KJA lebih tinggi dibandingkan lokasi Non-KJA. Berdasarkan kedalaman,
produktivitas di kedalaman 1 m lebih besar dibandingkan 2 m, baik untuk lokasi KJA maupun lokasi Non-KJA.
Nilai rasio PB larva Polypedilum di kedua lokasi cukup tinggi 46,2-61,1. Nilai ini jauh melebihi nilai rasio PB tahunan pada macroavertebrata umumnya,
yaitu sebesar 5. Tingginya rasio PB ini diduga terkait dengan suhu rata-rata perairan. Dengan demikian suhu rata-rata perairan yang tinggi akan membuat
nilai PB tinggi, akan tetapi Huryn Wallace 1986 menemukan nilai rasio PB yang tinggi 42 untuk larva chironomida pada sungai di pegunungan tinggi. Pada
Tabel 13 disajikan perbandingan nilai produktivitas, biomassa, dan rasio PB dari beberapa jenis chironomida di berbagai lokasi.
Berdasarkan informasi yang tertera di Tabel 13 dapat dilihat bahwa pada penambahan bahan organik 1,0 mgL produktivitas lebih tinggi dibandingkan
dengan hasil percobaan Wilda in Benke 1998 yang hanya 2,2 grm
2
tahun. Akan tetapi nilai produktivitas yang diperoleh pada penelitian ini lebih besar bila
dibandingkan data lain dari kegiatan di lapangan. Untuk Genus Polypedilum, nilai produktivitas bervariasi. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan bahan organic di
perairan. Melalui hubungan antara jumlah larva chironomida Polypedilum pada
instar III dengan bahan organik dapat dilihat tipe bahan organik yang dibutuhkan. Berdasarkan persamaan regresi berganda dapat dilihat bahwa COD memiliki
kontribusi positif bagi larva Polypedilum di lokasi KJA. Nilai COD digunakan untuk mewakili berbagai tipe bahan organik di substrat buatan. Dengan demikian
di lokasi KJA autotrof, detritus, dan bahan organik dari sumber lain berperan bagi larva. Tetapi karena seluruh tipe bahan organik terukur oleh analisis COD, yang
84 terlihat adalah bahwa nilai COD lebih berperan bagi larva chironomida di substrat
buatan. Pada lokasi Non-KJA tidak terlihat adanya peran yang jelas dari bahan
organik bagi larva Polypedilum Setelah dilakukan pengujian terhadap masing- masing tipe bahan organik, diperoleh bahwa klorofil-a memiliki peran terhadap
larva di lokasi Non-KJA. Dengan demikian, autotrof lebih berperan bagi larva. Hal ini terjadi karena pada lokasi Non-KJA merupakan perairan lebih terbuka
yang memberi peluang organisme autotrof untuk berkembang lebih baik. Bahan organik akan mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan larva
chironomida. Pengaruh terhadap perkembangan larva dapat dilihat dari periode suatu instar yang lebih pendek pada asupan bahan organik tinggi. Selanjutnya,
terhadap pertumbuhan, bahan organik akan meningkatkan laju pertumbuhan lebih besar secara nyata pada lokasi KJA dibandingkan lokasi Non-KJA P0,05.
Pengaruh ini terlihat pada seluruh instar, dari instar I sampai dengan instar IV.
85 Tabel 13. Perbandingan Nilai Produktivitas, Biomassa, dan rasio PB beberapa jenis chironomida di berbagai ekosistem sungai dan danau
GenusSpesies P
B PB
Lokasi Kegiatan
Pustaka gm-2tahun-1
gm-2 tahun-1
Polypedilum 11,3
0,044 258
Sungai Ogeechee, selatan USA 1
Benke 1998 Polypedilum
2,4-4,8 -
147-166 Sungai Satilla, USA
2 Benke in Benke 1998
Polypedilum 1,2
0,039 32
Sungai Widawka, Polandia 1
Grzybkowska 1989 Polypedilum
1,4 0,042
34 Sungai Grabia, Polandia
1 Grzybkowska 1990
Chironomus 2,2
- 66
Danau Norman, USA 2
Wilda in Benke 1998 Chironomus
1,7 0,335
14,5 Sungai Widawka, Polandia
1 Grzybkowska 1989
Chironomus 1,3
0,077 16,6
Sungai Grabia, Polandia 1
Grzybkowska 1990
Chironomus 1,13
- -
kanal dekat Desa Kalampangan 02
o
20’31.4”S, 114
o
02’12.0”E, 25 km dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah
1 Yulintine et al. 2007
Tanypus punctipennis 5,79
1,13 5,13
Neusiedler See, Austria 47
o
82 N, 16
o
77 E, alt 115 m 1
Wolfram 1996
Apedilum elachistum 9,9
- 79
kolam di University of North Texas Water Research Field Station
1
Balci Kennedy 2002
Ablabesmyia reissi 0,24
- 14
Lake Escondido, Patagonia, Argentina
1 Suarez 2002
: 1, lapangan; 2, laboratorium : dihitung dari data produksi 5 bulan
85