23
3.4.1. Penentuan letak substrat berdasarkan kedalaman dari permukaan air
Tahap ini bertujuan untuk menentukan kedalaman posisi substrat buatan yang dapat mendukung komunitas larva chironomidae. Hal ini perlu dilakukan
karena kedalaman perairan akan mempengaruhi kolonisasi chironomida berdasarkan ketersediaan oksigen.
Kedalaman yang dicobakan, berturut-turut dari permukaan air, adalah 2 m; 3,5 m; dan 5 m. Pemilihan posisi ini didasarkan pada penelitian pendahuluan
mengenai gradien oksigen di Danau Lido. Kedalaman yang dipilih adalah posisi yang memberikan kelimpahan dan produktivitas chironomida tertinggi.
Dalam rangka mencapai tujuan tahap ini dibuat rangkaian substrat buatan yang diletakkan di lokasi yang telah ditentukan di Danau Lido. Rangkaian
substrat buatan ini dibuat dari bahan kawat nyamuk berbahan nilon, kawat besi, kayu, botol plastik dengan ukuran 1,5 liter sebagai pelampung, dan batu sebagai
pemberat. Kawat besi digunakan sebagai bingkai dibentuk persegi dengan ukuran 30x30 cm
2
. Bingkai ditutupi kawat nyamuk yang berbahan nilon dengan ukuran mata jaring 2 mm dan dijahit pada setiap sisinya sehingga berbentuk seperti
saringan persegi. Langkah selanjutnya adalah membuat rangkaian substrat buatan untuk proses kolonisasi chironomida dengan menggunakan bambu dan tali
tambang. Kayu bambu dibuat persegi panjang dengan ukuran panjang 1,3 m dan lebar 30 cm mengikuti panjang sisi kawat besi yang telah dirangkai. Kemudian
kawat besi yang sudah dirangkai dengan kawat nyamuk diletakkan pada bambu persegi panjang seperti yang terlihat pada Gambar 6. Pada bagian paling bawah
tiap sudut alat diikatkan pemberat dari batu, sedangkan pada bagian atas diikatkan pelampung yang terbuat dari botol plastik minuman mineral ukuran 1,5 liter.
Pengambilan sampel larva chironomida dilakukan dalam selang waktu satu minggu, dua minggu, empat minggu, dan delapan minggu setelah peletakan
substrat buatan. Setiap pengambilan sampel chironomida diikuti dengan pengambilan sampel kualitas perairan, baik parameter fisika dan kimia, in situ dan
ex-situ Tabel 1.
24
Gambar 6. Posisi substrat buatan di dalam air untuk penentuan letak substrat sebagai habitat larva chironomida.
Analisis laboratorium untuk sampel air secara ex situ dilakukan di Laboratorium Fisika-Kimia Perairan, Bagian Produktivitas dan Lingkungan
Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis sampel chironomida dilakukan
di Laboratorium Biomikro I Bagian Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Tabel 1. Metode dan alat yang digunakan pada pengukuran parameter fisika- kimia perairan
Parameter Unit
Analisis Pustaka Acuan
FISlKA 1. Suhu
°c In situ
Eaton et al. 1995 2. Kedalaman
m In situ
Eaton et al. 1995 3. Kecerahaan
m In situ
Eaton et al. 1995 4. TSS
mgL Ex situ
Eaton et al. 1995 KIMIA
1. pH -
In situ Eaton et al. 1995
2. DO mgL
In situ Eaton et al. 1995
3. BOD
5
mgL Ex situ
Eaton et al. 1995 4. COD
mgL Ex situ
Eaton et al. 1995
25
3.4.2. Penelusuran capaian instar larva chironomida
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Mikro I, Bagian Produktivitas Lingkungan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Institut
Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan pada skala laboratorium dengan lingkungan yang terkontrol. Pada tahap ini digunakan wadah plastik berukuran
34x26x7 cm
3
sebagai tempat hidup larva chironomida yang menjadi objek penelitian. Pertimbangan penggunaan wadah plastik ini adalah untuk
mempermudah pemeliharaan, kuantifikasi, maupun pengamatan larva chironomida.
Larva chironomida yang ditumbuhkan di laboratorium diambil dalam bentuk massa telur yang berasal dari Danau Lido. Pengambilan massa telur
dilakukan pada pagi hari. Massa telur yang diambil diusahakan dalam kuantitas yang sama untuk masing-masing wadah agar jumlah larva yang nantinya
dipelihara untuk masing-masing wadah pemeliharaan berjumlah seragam. Pengambilan massa telur dilakukan di sekitar karamba jaring apung dengan
menggunakan bantuan kuas. Di laboratorium, massa telur ditetaskan pada cawan petri yang terpisah
untuk masing-masing wadah. Pengamatan selama lebih kurang 24 jam pertama sejak telur yang diambil dari alam diletakkan dalam wadah dilakukan setiap 4 jam
dengan kamera yang dihubungkan dengan mikroskop. Larva yang telah menetas dipindahkan ke wadah plastik pemeliharaan berukuran 34x26x7 cm
3
yang diisi air Danau Lido setinggi 4 cm. Wadah pemeliharan dilengkapi dengan penutup yang
dibuat dari kain kasa nyamuk untuk menghindari serangga lain yang berkemungkinan menjadi predator bagi larva chironomida.
Massa telur yang dipelihara di dalam wadah pemeliharaan diberi tambahan bahan organik berupa kotoran kuda sebagai perlakuan penambahan bahan
organik. Pemilihan kotoran kuda sebagai sumber bahan organik yang digunakan dalam penelitian ini merupakan adaptasi dari penelitian McLarney et al. 1974.
Adaptasi dilakukan semata-mata untuk mengurangi penelitian tambahan dalam penentuan jenis bahan organik yang digunakan, mengingat fokus kajian adalah
perkembangan dan pertumbuhan larva chironomida. Kotoran kuda yang akan digunakan sudah dikeringkan dan diayak hingga diperoleh bagian yang halus