37
4.5.3 Bobot Seribu Butir
Bobot seribu butir beras dapat menunjukkan bobot beras per butirnya. Bobot seribu butir dilakukan untuk mengetahui keseragaman ukuran beras. Hasil analisis bobot seribu butir dapat
dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil Analisis Bobot 1000 butir
Beras Bobot 1000 Butir g Bobot per butir g
Beras B 18.84
0.01884 Beras F
15.94 0.01594
Beras IR-64 19.00 0.01900
sumber: Setianingsih 2008 Hasil analisis bobot seribu butir pada Tabel 14 dapat diketahui bahwa bobot seribu butir
beras analog formula B dan F lebih rendah dibandingkan dengan beras sosoh Setianingsih 2008. Hal ini dapat disebabkan ukuran beras analog yang lebih kecil dibandingkan beras sosoh. Bobot
per butir beras analog dapat dipengaruhi oleh proses pencetakkan beras analog menggunakan ekstruder. Parameter proses yang paling berpengaruh adalah kecepatan screw dan kecepatan
cutter. Kombinasi kedua parameter tersebut dapat menentukan bentuk beras analog. Jika kecepatan dikurangi maka ukuran beras analog menjadi besar dan begitu pula sebaliknya. Analisis
bobot per butir beras analog berkaitan dengan analisis densitas kamba untuk mengetahui volume dan porositas beras.
4.6.3 Densitas Kamba
Densitas kamba adalah berat jenis produk kering yang dihitung berdasarkan bobotnya dalam suatu wadah. Densitas kamba beras analog diketahui untuk mengetahui volume dan porositas
beras. Hasil analisis densitas kamba beras dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Hasil Analisis Densitas Kamba Beras Analog Beras
Densitas Kamba g ml Beras B
0.649 Beras F
0.699 Beras IR-64 sosoh 0.790
Sumber : Hawa et. al 2010 Berdasarkan hasil analisis densitas kamba beras B memiliki densitas 0.63gml sedangkan
beras F memiliki densitas 0.58 gml. Dibandingkan dengan densitas kamba beras serang 0.79 gml beras analog memiliki densitas yang lebih rendah. Sehingga dapat disimpulkan beras analog
memiliki berat yang lebih kecil dibandingkan beras padi yang disosoh pada volume yang sama. Densitas kamba beras analog yang rendah juga menunjukkan beras analog memiliki porositas yang
tinggi. porositas yang tinggi dapat dipengaruhi oleh kandungan gizi beras analog maupun proses pembuatan yang meliputi pengeringan. Pengeringan dapat membuat beras analog kehilangan air
dan matriks beras analog menjadi lebih poros. Hasil analisis densitas kamba dapat juga mengetahui volume beras untuk mendapatkan 1 kg
beras. Jika densitas kamba beras B adalah 0.65gml maka untuk mendapatkan 1 kg beras B adalah dengan mengukur 1538.46 ml atau sekitar 1.5 liter. Sedangkan beras F memiliki densitas kamba
0.69 gml sehingga untuk mendapatkan 1 kg beras F adalah dengan mengukur 1449.27 ml atau sekita 1.5 liter.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uji rating hedonik, sampel yang memiliki tingkat kesukaan paling tinggi adalah beras formula B dan formula F. Formula B terdiri dari tepung jagung 40, tepung sorgum 30,
maizena 15, pati sagu aren 15 dan GMS 2. Formula F terdiri dari tepung jagung 40, mocaf 30, maizena 30 dan GMS 2. Formula terbaik dianalisis lebih lanjut sifat kimia dan sifat
fisiknya. Sifat kimia meliputi kandungan gizi analisis proksimat dan serat pangan, kadar pati dan amilosa. Sifat fisik meliputi warna, bobot 1000 butir dan densitas kamba.
Hasil uji proksimat menunjukkan bahwa beras formula B mengandung 10.58 kadar air bk, 0.52 kadar abu bk, 6.95 kadar protein bk, 1.12 kadar lemakbk, 91.60 kadar
karbohidrat by difference dan kandungan serat pangan beras B adalah 4.00. Kadar pati beras formula B adalah 64.48 dan kadar amilosanya adalah 21.72. Hasil uji proksimat menunjukkan
bahwa beras formula F mengandung 11.37 kadar air bk, 0.52 kadar abu bk, 3.96 kadar protein bk, 0.86 kadar lemakbk, 94.70 kadar karbohidrat by difference dan kandungan serat
pangan beras F adalah 4.21. Kadar pati beras formula F adalah 65.10 dan kadar amilosanya adalah 14.49.
Hasil analisis warna beras analog mengugunakan alat Chromameter menunjukkan bahwa beras formula B memiliki warna dengan nilai L 60.08, a + 3.88 dan b +23.67 sehingga warna beras
B berada pada kisaran warna kuning-merah. Beras formula F memiliki warna dengan nilai L 60.82, a + 5.05 dan b +25.93 sehingga warna beras F juga berada pada kisaran warna kuning-
merah. Hasil analisis bobot 1000 butir beras formula adalah 18.84 g sedangkan beras F adalah 15.94 g. Hasil analisis densitas kamba beras B adalah 0.63 gml sedangkan beras F 0.58gml.
Beras B dan F berada dalam kisaran warna yang sama dengan beras sosoh namun densitas dan bobot 1000 butir beras analog tersebut lebih kecil dari beras sosoh.
5.2 SARAN
Bahan-bahan yang digunakan sebagai bahan baku yang dapat diolah menjadi beras analog yang digunakan pada penelitian ini masih terbatas pada sumber karbohidrat, sehingga pada
penelitian selanjutnya dapat ditambahkan bahan-bahan lain yang dapat meningkatkan nilai gizi dan sifat fungsional beras analog.