30 ketidakadilan yang terjadi. Seluruh pembagian kerja antara perempuan dan laki-
laki sudah dilakukan sebaik mungkin. Hampir seluruh responden menyatakan bahwa pola PHBM sangat berguna
bagi kelangsungan hidup masyarakat Desa Bareng, tetapi beberapa responden juga mengatakan bahwa kegiatan PHBM belum cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka, karena itu kegiatan PHBM hanya mereka anggap sebagai pekerjaan sampingan.
5.3 Peran Perempuan dalam PHBM
5.3.1 Tingkat Kehadiran Perempuan dalam PHBM
A. Tingkat Kehadiran Tahap Perencanaan PHBM
Langkah awal perencanaan PHBM dimulai dari sosialisasi sampai penandatanganan kontrak kerja. Tahap perencanaan PHBM yang dilaksanakan
LMDH Jati Agung III meliputi kegiatan penandatanganan kontrak kerja, penentuan jenis tanaman, pembagian lahan andil, pemasangan patok batas,
pembentukan KTH dan penentuan bagi hasil. Kegiatan penandatanganan kontrak kerja antara Perhutani dalam hal ini
adalah KPH Bojonegoro hanya dilakukan oleh kaum laki-laki. Walaupun kaum perempuan di LMDH Jati Agung III sering hadir dalam pertemuan
penandatanganan kontrak tetapi keikutsertaan mereka masih pasif. Kegiatan penentuan jenis tanaman dilaksanakan oleh pihak Perhutani dan
anggota LMDH Jati Agung III. Kegiatan penentuan jenis tanaman ini sudah melibatkan keikutsertaan perempuan, hanya saja kaum perempuan masih pasif.
Jenis tanaman yang ditentukan adalah jati sebagai tanaman pokok dan Tanaman porang Amarphopallus oncophilus, tanaman empon-empon seperti jahe, kencur
dan kunir, lalu tanaman kacang Koro Benguk Mucuna pruriens sebagai tanaman PHBM.
Pembagian lahan andil dilaksanakan antara ketua LMDH Jati Agung III dengan anggota-anggotanya. Luasan yang dikelola masing-masing rumah tangga
berbeda-beda yakni berdasarkan kemempuan rumah tangga tersebut untuk mengelola lahan PHBM nya. Setelah lahan PHBM dibagi pengelolaannya untuk
masing-masing rumah tangga anggota LMDH Jati Agung III kemudian
31 dilaksanakan kegiatan pemasangan patok batas. Kegiatan patok batas hanya
dilaksanakan oleh kaum laki-laki saja, sedangkan kaum perempuan menyediakan konsumsi.
Pembentukan Kelompok Tani Hutan KTH merupakan salah satu strategi agar dapat berinteraksi langsung dengan hutan dan desa tertinggal. Pelaksanaan
kegiatan KTH biasa dilaksanakan sebulan sekali di rumah ketua LMDH. Pertemuan LMDH biasanya dilakukan pada sore hari sehabis semua anggota telah
selesai melakukan pekerjaan mereka. Kaum perempuan hanya sebagian yang ikut serta dalam pertemuan KTH karena mereka harus memberekan rumah dan
menyiapkan makanan untuk keluarga. Dalam kegiatan penentuan bagi hasil, perempuan tidak ikut campur terlalu
aktif. Kaum perempuan hanya ikut serta tanpa terlibat secara aktif dalam kesepakatan pembagian hasil antara Perhutani dan suami-suami mereka. Berikut
distribusi tingkat kehadiran perempuan dalam kegiatan perencanaan dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20 Distribusi responden berdasarkan tingkat kehadiran dalam kegiatan
perencanaan No Tingkat kehadiran
Kelas Nilai n jumlah
1 Rendah 0-1
4 13,34
2 Sedang 2-3
23 76,66
3 Tinggi 4-5
3 10,00
Total 30
100,00 Dari tabel 20 dapat dilihat bahwa ada 23 orang atau 76,66 perempuan
memilikki tingkat kehadiran sedang dalam kegiatan perencanaan. Banyak responden merasa kehadiran mereka dalam pertemuan-pertemuan KTH penting
untuk mengetahui perkembangan, walaupun mereka tidak turut aktif dalam proses pembuatan keputusan. Alasan yang diutarakan responden bahwa mereka hadir
dalam pertemuan hanya untuk mendukung suaminya. B.
Tingkat Kehadiran Tahap Pelaksanaan PHBM Tahap pelaksanaan PHBM meliputi kegiatan penyuluhan dan pembinaan,
pertemuan KTH, persiapan, penanaman dan pemeliharaan. Berikut disajikan distribusi tingkat kehadiran perempuan dalam kegiatan pelaksanaan pada tabel 21.
32 Tabel 21
Distribusi responden berdasarkan tingkat kehadiran perempuan dalam kegiatan pelaksanaan.
No Tingkat kehadiran
Kelas Nilai n jumlah
1 Rendah 5-10
5 16,67
2 Sedang 10,1-15
12 40,00
3 Tinggi 15,1-20
13 43,33
Total 30
100,00 Setelah memperhatikan Tabel 20 maka dapat dikatakan bahwa nilai
tingkat kehadiran perempuan di LMDH Jati Agung III mayoritas berada pada tingkat sedang dan tinggi, dengan persentase berurutan sebesar 40,00 dan
43,33. Hanya sekitar 16,67 responden yang memiliki tingkat kehadiran rendah. Dalam tahap pelaksanaan PHBM, responden dalam hal ini perempuan
sudah hampir secara rutin mengikuti kegiatan pelaksanaan PHBM. Di LMDH Jati Agung III diadakan penyuluhan dan pembinaan 12 kali
pertemuan dalam setahun. Kegiatan penyuluhan dan pembinaan dilakukan di rumah Ketua LMDH Jati Agung III. Kebanyakan kegiatan penyuluhan dan
pembinaan dilakukan pada siang dan malam hari atau bukan pada jam kerja masyarakat. Dalam kegiatan penyuluhan dan pembinaan ini sudah banyak kaum
perempuan yang hadir, hanya saja kurang dapat berperan aktif karena adanya anggapan bahwa kegiatan tersebut diutamakan untuk laki-laki saja. Perempuan
masih sungkan untuk unjuk bicara dan bertindak di depan umum. Dalam kegiatan persiapan lahan PHBM masyarakat mampu bekerjasama
dengan Perhutani dan melaksanakannya dengan baik. Dalam kegiatan ini mayoritas yang terlibat adalah laki-laki, hal ini dikarenakan para perempuan harus
mengurus pekerjaan rumah tangga. Perempuan yang terlibat dalam kegiatan ini biasanya hanya diperuntukan pekerjaan yang ringan-ringan saja, seperti
menyediakan konsumsi. Kegiatan penanaman dan pemeliharaan adalah kegiatan yang sangat
dikontrol oleh Perhutani. Masyarakat diharapkan menanam tanaman yang tidak mengganggu tegakan jati, yang merupakan tegakan pokok Perhutani. Dalam
kegiatan ini Perhutani dan masyarakat melakukan kerja sama yang cukup baik, masyarakat mematuhi aturan yang dibuat Perhutani dengan menanam tanaman
yang tidak mengganggu tegakan jati.
33 Kegiatan pengamanan adalah kegiatan yang paling sulit dilakukan, karena
luasnya wilayah kurang didukung oleh jumlah petugas pengamanan hutan. Perhutani melalui program PHBM ini mengharapkan tingkat kehadiran
masyarakat dalam proses pengamanan hutan. Laki-laki bertugas melakukan ronda di lahan PHBM dan perempuan mengantarkan makanan serta menjaga rumah.
Ronda rutin dilaksanakan oleh Polisi hutan dari Perhutani dan masyarakat secara bergantian ikut menemani.
Perempuan sudah hampir seluruhnya menjalankan kegiatan pelaksanaan PHBM, baik penyuluhan dan pembinaan, pertemuan KTH, persiapan lahan dan
penanaman dan pemeliharaan. Hal ini menunjukan bahwa tingkat tingkat kehadiran perempuan dalam kegiatan pelaksanaan PHBM sudah cukup tinggi.
C. Tingkat Kehadiran Perempuan dalam PHBM
Setelah menganalisis tingkat kehadiran perempuan dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan PHBM maka sekarang dapat di hitung seberapa
besar sebenarnya tingkat kehadiran perempuan dalam PHBM di LMDH Jati Agung III. Tingkat tingkat kehadiran perempuan dalam PHBM ini di hitung
dengan menjumlahkan nilai tingkat kehadiran mulai dari kegiatan perencanaan hingga kegiatan pelaksanaan. Nilai minimum adalah 6 dan maksimum adalah 30.
Berikut disajikan tingkat kehadiran perempuan dalam PHBM dalam Tabel 22.
Tabel 22 Distribusi responden berdasarkan tingkat kehadiran dalam PHBM
No Tingkat Kehadiran
Kelas Nilai n jumlah
1 Rendah 6-12
3 10,00
2 Sedang 12,1-18
14 46,67
3 Tinggi 18,1-24
13 43,33
4 Sangat Tinggi
24,1-30 0,00
Total 30
100,00 Dari Tabel 22 dapat dilihat bahwa tingkat tingkat kehadiran perempuan
sebagian besar termasuk dalam kategori tingkat kehadiran sedang yakni sekitar 46,67 atau 14 orang perempuan. Sebagian besar lainnya masuk dalam kategori
tingkat kehadiran tinggi 43,33. Perempuan di LMDH Jati Agung III sudah menyadari pentingnya
kehadiran mereka untuk memperoleh informasi tentang PHBM walaupun tidak
34 terlibat secara aktif dalam kegiatan perencanaan. Dalam kegiatan pelaksanaan,
responden sudah dilibatkan secara aktif untuk mendukung suami mereka. Responden menyerahkan segala proses perencanaan pada para suami dalam
pertemuan KTH, sedangkan mereka selalu siap membantu dalam hal teknis.
5.3.2 Curahan Waktu Kerja Responden