38 Tabel 28
Kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga melalui kegiatan PHBM dan non PHBM.
Pendapatan perempuan Rpth Pendapatan
rumah tangga
PHBM Kontribusi PHBM
Non PHBM
Kontribusi Non
PHBM Total Total
kontribusi
508.000 4,85 506.000 4,83 1.014.000
9,68 10.480.000 Dari Tabel 28 dapat dilihat bahwa perempuan sudah memiliki konstribusi
yang cukup dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Total kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga sebesar 9,68 atau Rp 10.480.000,00
per tahun, sehingga dapat dilihat bahwa kontribusi perempuan sudah dapat diperhitungkan dalam rumah tangga responden.
5.3.4 Pengambilan Keputusan
A. Pengambilan Keputusan dalam Kelembagaan PHBM Adapun masalah yang terjadi di Desa Bareng selalu dibicarakan dalam
pertemuan PHBM. Pertemuan PHBM ini biasanya dilaksanakan pada sore hari di rumah ketua LMDH Jati Agung III. Pertemuan biasanya dilaksanakan rutin satu
kali dalam sebulan namun jika ada permasalahan yang mendesak untuk dibicarakan dapat dilaksanakan dua kali dalam sebulan. Dalam pertemuan PHBM
biasanya dihadiri oleh masyarakat desa hutan sebagai orang-orang yang langsung berinteraksi dengan hutan, pihak Perhutani atau Dinas Kehutanan atau juga LSM
sebagai penyuluh. Materi yang pernah dibicarakan adalah tentang kegiatan pengamanan
hutan dari penjarah dan kebakaran hutan juga pemasaran hasil tanaman PHBM. Segala sesuatu permasalahan dalam pelaksanaan PHBM di Desa Bareng
dibicarakan dalam pertemuan ini. Apabila pertemuan dilaksanakan pada malam hari dan siang hari sehabis dari kebun atau sawah hanya beberapa perempuan
yang datang. Kebanyakan perempuan tidak datang dengan alasan mereka mau mengerjakan pekerjaan rumah dan sudah sangat lelah bekerja, sehingga mereka
selalu menerima dan mendukung apa yang suami mereka putuskan.
39 B. Pengambilan Keputusan dalam Keluarga
Hukum keluarga dalam suatu masyarakat merupakan patokan dan pedoman awal dari perilaku manusia perseorangan dalam masyarakat. Berbagai
kegiatan yang ada dalam keluarga dijalankan melalui berbagai pilihan. Pilihan- pilihan tersebut yang akan menentukan bagaimana kelangsungan hidup keluarga.
Kegiatan pengambilan keputusan harus memilih pilihan yang tepat sehingga ketentraman keluarga dapat tercapai. Dilihat dari aspek gender, perbedaan
perempuan dan laki-laki akan mempengaruhi pemikiran dalam pengambilan keputusan.
a Pengambilan Keputusan dalam Keluarga tentang PHBM
PHBM merupakan perwujudan dedikasi Perum Perhutani kepada masyarakat sekitar hutan sebagai wujud peningkatan sosial, perekonomian,
pendidikan dan kesehatan. PHBM yang hadir ditengah masyarakat membuat masyarakat mendapatkan lahan baru untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga
mereka. Pengambilan keputusan dalam keluarga tentang sektor PHBM yakni pada kegiatan produksi seperti penentuan pengambilan keputusan dalam pertemuan
KTH dan stakeholder yang terkait, kegiatan penentuan jenis tanaman selain tanaman pokok, penentuan penggunaan sarana produksi dan kegiatan pasca
produksi seperti penentuan pemanfaatan hasil produksi dan penentuan penjualan hasil produksi. Berikut dapat dilihat persentase pengambilan keputusan dalam
keluarga tentang kegiatan PHBM pada Tabel 29.
Tabel 29 Persentase pengambilan keputusan dalam keluarga tentang kegiatan
PHBM
Pengambil Keputusan
Penentuan jenis
tanaman Pengambilan
keputusan dalam pertemuan KTH
Penggunaan sarana
produksi Pemanfaatan
hasil produksi
Penjualan hasil
produksi n
n n
N n
SS 14 47,00
26 87,00
20 67,00
26 87,00
29 97,00
SI 15 50,00
3 10,00
9 30,00
3 10,00
0,00 IS
1 3,00 1 3,00 1 3,00
1 3,00
1 3,00
Total 30
100,00 30 100,00 30 100,00 30
100,0 30 100,00
Keterangan : Keterangan: n=jumlah, SS=Suami Sendiri, SI=Suami dan Istri, IS=Istri Sendiri
40 Dari Tabel 29 dapat dilihat bahwa mayoritas pengambil keputusan adalah
laki-laki. Hanya sebagian kecil rumah tangga responden yang proses pengambilan keputusan dilakukan secara bersama antara istri dan suami. Hanya pada kegiatan
penentuan jenis tanaman, 50 atau 15 responden menyatakan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara bersama antara laki-laki dan perempuan.
Sebagian besar pengambilan keputusan dalam seluruh kegiatan PHBM masih dilakukan oleh laki-laki.
Tabel 30 Distribusi responden berdasarkan pengambilan keputusan dalam
PHBM No Tingkat
Pengambilan Keputusan
Kelas Nilai n jumlah
1 Rendah 5-10
28 93,34
2 Sedang 10,1-15
1 3,33
3 Tinggi 15,1-20
0,00 4 Sangat
Tinggi 20,1-25
1 3,33
Total 30
100,00 Dari Tabel 30 dapat dilihat bahwa tingkat pengambilan keputusan dalam
PHBM oleh perempuan hampir keseluruhan berada di tingkat rendah yaitu 93,34. Hal ini dikarenakan perempuan selalu mengikuti keputusan yang dibuat
suami dan para suamipun menganggap para istri belum memiliki pengetahuan yang baik untuk membuat keputusan dalam kegiatan PHBM. Adapun satu rumah
tangga responden yang berada pada tingkat sangat tinggi dikarenakan suami responden telah meninggal dunia, sehingga semua keputusan dalam rumah tangga
diputuskan oleh responden sendiri. b
Pengambilan Keputusan dalam Keluarga tentang Kegiatan Domestik Dalam setiap rumah tangga pasti akan mengalami banyak permasalahan
domestik seperti, menentukan jumlah keturunan, pendidikan anak, dan penentuan menu makanan sehari-hari, serta kesehatan keluarga dan kegiatan sosial di
lingkungan. Karena itu peran gender sangat diperlukan dan penting dalam rumah tangga, sehingga setiap anggota keluarga memiliki tanggung jawab dalam
memenuhi kebutuhan dan kepentingan bersama. Perempuan seringkali dikaitkan dengan kegiatan rumah tangga atau kegiatan domestik. Berikut ini dapat dilihat
distribusi pengambilan keputusan perempuan dalam kegiatan domestik.
41 Tabel 31
Persentase pengambilan keputusan responden dalam kegiatan domestik. Pengambil Keputusan
n jumlah Suami sendiri
0,00 Suami bersama istri
27 90,00
Istri sendiri 3
10,00 Total 30
100,00 Dari Tabel 31 dapat dilihat bahwa pengambilan keputusan dilakukan
suami istri secara bersama-sama yakni 27 keluarga perempuan 90. Hanya ada 3 orang responden perempuan yang melakukan pengambilan keputusan dalam
kegiatan domestik seorang diri. Hal tersebut dikarenakan suami dari 2 responden sama sekali tidak mau tau tentang kegiatan domestik dan menyerahkan seluruhnya
kepada istri, sedang satu responden lain mengambil keputusan sendiri dikarenakan suami dari responden telah meninggal, sehingga semuanya harus diputuskan oleh
responden sendiri. Pengambilan keputusan dalam kegiatan domestik ini tidak ada satu pun rumah tangga dimana suami sendiri yang mengambil keputusan. Hal ini
menunjukan bahwa istri sangat mengerti tentang segala kegiatan domestik dalam rumah tangga mereka.
Mayoritas perempuan yang berada di desa Bareng mengartikan emansipasi wanita sebagai kesederajatan perempuan dan laki-laki dimana perempuan tidak
hanya diam di rumah tetapi dapat juga bekerja mencari nafkah. Adapun media penyebaran emansipasi wanita di desa Bareng adalah televisi, radio dan buku.
Perempuan memegang pearan yang sangat besar di bidang kesehatan dan gizi. Mayoritas perempuan di desa Bareng menggunakan spiral, suntik dan pil
serta kondom sebagai langkah nyata dalam mengikuti program Keluarga Berencana KB. Beban untuk melaksanakan program Keluarga Berencana KB
masih lebih banyak dipikul perempuan dibandingkan oleh laki-laki. Oleh karena itu, kesehatan perempuan sebagai aseptor harus senantiasa diperhatikan.
Perempuan sebagai ibu rumah tangga juga sangat memperhatikan gizi keluarga. Gizi keluarga seperti konsumsi makanan dan minuman. Keluarga responden
mengkonsumsi 4 sehat dan 5 sempurna berdasarkan tingkat penghasilanyang diperoleh. Apabila penghasilan yang diperoleh mencukupi maka keluarga dapat
menikmati makanan dan minuman yang bergizi dan sebaliknya.
42 Pendidikan juga turut serta sebagai kegiatan domestik dalam keluarga
yakni penentuan pendidikan bagi anak-anak. Pendidikan disini tidak hanya dipandang bertujuan untuk menambah pengetahuan tetapi juga bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan keahlian sehingga dapat juga meningkatkan prokdutivitas anak-anak responden. Oleh karena itu, keputusan orang tua
mengenai pendidikan anak-anaknya mempunyai dampak penting kesejahteraan keluarga. Faktor yang mempengaruhi pendidikan anak seperti harapan manfaat
dan biaya sekolah. Dari sudut pandang orangtua, menyekolahkan anak merupakan investasi sehingga harus mempertimbangkan biaya yang harus dikeluarkan dan
manfaat yang diterima. Manfaat yang diharapkan seperti materi yang bisa didapatkan dari anaknya pada hari tua mereka dan juga kepuasan orangtua
mempunyai anak yang berpendidikan.
5.3.5 Korelasi antara Penilaian Perempuan dengan Peran Perempuan