Indeks Sosial IS Ekonomi Mangrove

Muara Mayangan memiliki karakteristik yang berbeda sehingga memiliki ideks kerentanan yang rendah dibandingkan dengan lokasi lainnya. Muara Mayangan memiliki substrat pasir dan mangrove ditemukan jauh dari bibir pantai.

b. Indeks Ekologi

Hutan mangrove yang tersebar di pesisir Subang secara keseluruhan didominasi oleh Avicennia sp. Dilihat dari segi zonasi dan jenis mangrove maka genus Avicennia sp. lebih rentan terhadap tumpahan minyak dibandingkan dengan genus lainnya Nontji 2007. Menurut Nontji 2007 Avicennia sp. merupakan pohon perintis pionir yang tumbuh di pantai terbuka sehingga paling rentan terhadap tumpahan minyak karena akan lebih dahulu terkena dampak tumpahan minyak dibandingkan dengan mangrove yang tumbuh di daerah yang agak terlindung. Selain itu Avicennia sp. memiliki sistem perakaran yang dilengkapi dengan akar nafas pneumatopora Bengen, 2004. Sistem perakaran ini sangat sensitif terhadap minyak karena dapat menutupi akar nafas dan dapat menyebabkan kematian mangrove. Selain genus Avicennia sp. di daerah penelitian juga ditemukan genus Sonneratia sp. dan Rhizophora sp. Dari segi zonasi, ke dua genus tersebut kurang peka terhadap tumpahan minyak dibandingkan Avicennia sp. karena tumbuh di daerah yang lebih tertutup. Mangrove di daerah pesisir Subang memiliki umur yang beragam mulai dari tingkat semaianakan, pancang dan pohon. Mangrove yang ada tidak terlalu rapat dan tidak terlalu beragam akibat tingginya tingkat konversi lahan mangrove menjadi area tambak. Konversi lahan juga mengakibatkan satwa-satwa yang hidup di daerah mangrove menjadi berkurang bahkan hilang karena tidak adanya tempat berlindung dan mencari makan. Tingginya tingkat konversi lahan mangrove menjadi tambak, mendorong pemerintah untuk menjadikan kawasan mangrove di daerah ini menjadi area konservasi yang dilindungi secara nasional hutan lindung sesuai dengan SK Menhut No. 195Kpts-II200.

c. Indeks Sosial Ekonomi

Faktor yang cukup penting diperhatikan dalam penentuan tingkat kepekaan suatu kawasan terhadap tumpahan minyak adalah faktor sosial ekonomi. Faktor tersebut akan mempengaruhi masyarakat sekitar akibat dampak yang ditimbulkan dari tumpahan minyak. Secara umum masyarakat pesisir Subang memanfaatkan ekosistem mangrove dalam kehidupan sehari-harinya. Mangrove dijadikan tempat mencari ikan, kayu bakar bahkan dijadikan tambak untuk budidaya beberapa komoditi perikanan seperti bandeng dan udang. Jika terjadi pencemaran akibat tumpahan minyak maka secara sosial akan memicu konflik dan dapat mengganggu perekonomian masyarakat sekitar. Dilihat dari segi sosial ekonomi, daerah Tegal Tike merupakan daerah yang paling sensitif dibandingkan dengan daerah lain, karena tingginya pemanfaatan mangrove untuk kegiatan perikanan dan pemanfaatan kayu. Selain itu mangrove di daerah ini juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

d. IKL Total

IKL ekosistem mangrove di daerah pengamatan hanya memiliki kelas peka, dan cukup peka. Tidak ditemukan adanya ekosistem mangrove yang memiliki kelas sangat peka. Tegal Tike, Anggaranu, dan Tanjung merupakan daerah yang memiliki kelas IKL peka terhadap tumpahan minyak. Hal ini berarti daerah tersebut berpotensi tinggi terhadap dampak pencemaran minyak dan akan mengalami kerusakan yang tinggi baik secara ekonomi maupun ekologi. Oleh karena itu daerah tersebut harus menjadi prioritas utama untuk pencegahan jika terjadi tumpahan minyak. Sedangkan 10 lokasi lainnya memiliki kelas IKL cukup peka terhadap tumpahan minyak. Hal ini menunjukkan bahwa kerugian ekonomi dan ekologi yang ditanggung apabila terkena tumpahan minyak tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan daerah yang memiliki kelas IKL peka. 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Indeks kepekaan lingkungan dibangun dari indeks kerentanan IK, indeks ekologi IE, dan indeks sosial ekonomi IS. Parameter IK diperoleh dari karakteristik pantai yaitu kemiringan pantai, tipe pasang surut, rentang pasang surut, tinggi gelombang, tipe substrat, dan jarak mangrove dari pantai. Parameter IE diperoleh dari sumberdaya biologi mangrove yang terdiri dari zonasi mangrove, kerapatan mangrove, keragaman mangrove, satwa yang dilindungi,dan status perlindungan mangrove. Parameter IS terdiri dari dua komponen yaitu komponen sosial dan komponen ekonomi. Rumus IKL total yang dipakai adalah , , , , dengan 5 kelas IKL yaitu tidak peka, kurang peka, cukup peka, peka, dan sangat peka. Hasil aplikasi IKL di daerah pesisir Subang menunjukkan bahwa ekosistem mangrove di daerah tersebut memiliki kelas IKL peka dan cukup peka. Secara umum ekosistem mangrove daerah tersebut memiliki kelas IKL cukup peka kecuali Tegal Tike, Anggaranu dan Tanjung yang memiliki nilai peka terhadap tumpahan minyak.

5.2. Saran

Indeks kepekaan lingkungan yang telah diformulasikan perlu diuji kembali pada daerah yang memiliki karakteristik yang berbeda dari daerah yang diteliti, agar didapatkan hasil yang lebih baik. Perlu dilakukan kajian mengenai epibiota yang ada terkait dengan indeks ekologi ekosistem mangrove. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai pembobotan masing-masing parameter dalam membentuk IK, IE dan IS sesuai dengan karakteristik daerah penelitian. Perlu dilakukan penelitian yang menghubungkan analisis IKL dengan trajektori model untuk mengetahui arah sebaran minyak apabila terjadi tumpahan atau pencemaran.