Parameter Pembentuk Indeks Sosial Ekonomi IS.

3. Rentang Pasang Surut

Penyebaran minyak bisa lebih besar apabila diikuti dengan rentang pasut yang tinggi. Rata-rata rentang pasut di perairan Indonesia berkisar antara 1 hingga 7 atau 8 meter Nontji 2007. Menurut Hayes et al. 1992 perbedaan tinggi muka air akibat pasang surut harus menjadi perhatian dalam proses pembersihan minyak. Rentang pasut memiliki peranan penting dalam tumpahan minyak karena membangkitkan arus yang dapat menyebarkan minyak Hayes at al. 1992. Semakin tinggi rentang pasut maka semakin luas area yang dapat terpapar oleh pasut dan akan semakin luas juga area yang dapat terkena tumpahan minyak. Lapisan minyak yang masuk ke hutan mangrove ketika pasang tinggi dapat mengendap di akar mangrove ketika surut IPIECA, 1993. Walaupun demikian, pasang tinggi juga dapat mencuci dan mengeluarkan minyak dari daerah intertidal Proffitt, 1996. Hal ini tergantung dari kemiringan pantai tempat tumpahan minyak terjadi serta jenis substrat pantai.

4. Tinggi Gelombang

Sama halnya dengan kemiringan dan pasang surut, tinggi gelombang juga mempengaruhi penyebaran minyak. Hal tersebut terjadi karena tinggi gelombang berpengaruh terhadap paparan ombak. Makin tinggi gelombang, semakin tinggi ombak yang terbentuk di pantai. Selain dapat menyebarkan tumpahan minyak, ombak juga dapat membersihkan minyak secara alami Huynh and Bui, 2003. Hayes et al. 1992 juga menyatakan hal yang sama bahwa gelombang dapat membersihkan pantai dari minyak, namun gelombang juga menyebabkan terjadinya pencampuran minyak kedalam kolom air. Sloan 1993 menyatakan bahwa daerah yang memiliki ombak yang kuat daerah terbuka paparan minyak berlangsung tidak terlalu lama dibandingkan daerah yang terlindung. Pembersihan minyak di daerah yang memiliki paparan ombak yang tinggi serta memiliki gelombang yang tinggi juga dipengaruhi oleh karakteristik fisik pantai lainnya seperti kemiringan dan jenis substrat. Sehingga setiap parameter yang dipilih dalam membentuk IK tidak dapat dipisahkan.

5. Tipe Substrat

Kriteria yang digunakan adalah tingkat penetrasi minyak ke dalam tipe substrat dan lamanya proses pembersihan. Tingkat kerentanannya disusun berdasarkan sifat substrat yang impermeable tidak dapat ditembus lapisan minyak dan permeable dapat ditembus minyak. Substrat pantai dapat diklasifikasi kedalam 3 kelas berdasarkan ukuran dominannya yaitu kerikil dengan ukuran lebih besar dari 2 mm; pasir dengan ukuran 0,0625 sampai 2 mm; dan lumpur dengan ukuran kurang dari 0,0625 mm Hayes et al, 1992. Ketika terjadi ombak, partikel-partikel substrat pasir dan kerikil akan lebih mudah terangkut, teraduk, dan terdeposit kembali sehingga minyak tidak sempat menempel dan mudah dibersihkan. Hal ini berbeda dengan substrat lumpur yang lengket dan susah teraduk. Pantai dengan substrat berlumpur sangat rentan terhadap minyak karena minyak dapat terperangkap dalam waktu yang sangat lama Sloan, 1993. Umumnya mangrove hidup di daerah bersubstrat lumpur Bengen, 2004. Hal ini menjadikan mangrove sangat rentan terhadap tumpahan minyak karena dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan mangrove serta organisme yang hidup didalamnya.

6. Jarak Mangrove dari Bibir Pantai

Jarak mangrove dari bibir pantai dihitung dengan mengukur jarak keberadaan mangrove yang ditelusuri dari bibir pantai saat surut terendah hingga surut tertinggi. Pada pantai yang landai, pasang tertinggi bisa merendam mangrove lebih jauh kearah daratan. Hal ini berkaitan dengan lamanya perendaman mangrove akibat adanya pasang surut. Pada pantai yang tercemar minyak, air pasang yang bercampur minyak dapat merendam mangrove dalam waktu yang relatif lama tergantung dari tipe pasut yang ada. Hal ini akan menjadikan mangrove lebih rentan. Semakin dekat mangrove ke pantai maka akan semakin rentan mangrove tersebut terhadap tumpahan minyak begitu juga sebaliknya. Ketika tumpahan minyak masuk ke ekosistem mangrove, mangrove yang berada di bibir pantai akan lebih dahulu terkena tumpahan minyak. Hal ini menjadikan mangrove yang berada di bibir pantai lebih rentan dibandingkan mangrove yang berada jauh dari bibir pantai.

b. Parameter Indeks Ekologi

Pemilihan parameter indeks ekologi didasarkan pada sensitifitas mangrove dan satwa yang hidup di vegetasi tersebut terhadap tumpahan minyak. Menurut Sloan 1993 ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang paling rentan terdahap tumpahan minyak. Tumpahan minyak yang menutupi sistem perakaran mangrove dapat menghalangi suplai oksigen dan mengakibatkan kematian mangrove ITOPF, 2011. Parameter jarak mangrove dari sungai dan jarak mangrove dari muara tidak digunakan dalam membentuk IK. IK ekosistem mangrove lebih dipengaruhi oleh air laut yang masuk membawa minyak ke dalam ekosistem mangrove ketika terjadi pasang. Parameter yang digunakan dalam membentuk IK adalah:

1. Zonasi Jenis Mangrove

Zonasi tempat tumbuh mempengaruhi sensitifitas mangrove terhadap tumpahan minyak. Mangrove yang tumbuh di pantai terbuka akan lebih dulu terkena dampak tumpahan minyak dibandingkan dengan mangrove yang tumbuh di daerah yang agak terlindung. Zonasi tumbuh mangrove dari pantai ke darat adalah Avicennia sp., Sonneratia sp., Rhizophora sp., Bruguiera sp., dan Nypa Bengen 2001. Avicennia sp., Sonneratia sp., dan Rhizophora sp. merupakan jenis mangrove yang rentan terhadap minyak dibandingkan dengan jenis mangrove lainnya. Hal tersebut karena jenis mangrove tersebut tumbuh dekat dengan pantai yang apabila terjadi tumpahan minyak maka akan menerima dampak lebih dahulu dibanding jenis mangrove lain. Ketiga jenis mangrove tersebut juga memiliki sistem perakaran yang sangat rentan terhadap minyak karena minyak dapat menutupi akar nafas sehingga menghambat proses transportasi oksigen dari lingkungan ke mangrove dan dapat menyebabkan kematian mangrove.