Wilayah Pesisir Kabupaten Subang

memiliki nilai ekonomi yang lebih dibanding dengan bagian lain mangrove seperti daun, akar, dan ranting. Perhitungan biomassa mangrove mengacu pada Sutaryo 2009. , 11 , Keterangan : Y = Biomassa DBH = Diameter mangrove Kualitas mangrove dihitung dengan menggunakan rumus : ioma i ioma ma Keterangan : KM = Kualitas Mangrove Nilai ekonomi mangrove dihitung dengan menggunakan rumus: 1 1 ha tahun Keterangan: NE = Nilai Ekonomi NS = Nilai Sosial KM = Kualitas mangrove Nilai ini kemudian digunakan untuk menentukan skor nilai ekonomi dengan menggunakan rumus: Skor 1 = 5 max NE NE i  Skor 2 = 5 2 5 max max NE NE NE i   Skor 3 = 5 3 5 2 max max NE NE NE i   Skor 4 = 5 4 5 3 max max NEcV NE NE i   Skor 5 = 5 4 max NE NE i  Keterangan : NE = Nilai ekonomi mangrove lokasi –i NE max = Nilai ekonomi maksimum mangrove yang terobservasi

d. Indeks Kepekaan Lingkungan IKL

Nilai IKL total diperoleh dengan cara menjumlahkan 3 indeks yang digunakan. Ketiga indeks tersebut sebelumnya telah dikalikan dengan masing- masing bobotnya DNV, 2011; Damar et al. 2013. Penentuan bobot berdasarkan pada besarnya dampak tumpahan minyak terhadap masing-masing indeks. Keterangan : IKL = Indeks Kerentanan Lingkungan IK = Indeks Kerentanan IE = Indeks Ekologi IS = Indeks Sosial Ekonomi w = bobot masing-masing parameter Nilai IKL total kemudian diberi rangking dan dibagi kedalam 5 kelas tingkat kepekaan yang akan mewakili tingkat sensitivitas lingkungan terhadap tumpahan minyak. Tingkat kepekaan tersebut dimulai dari tidak peka sampai sangat peka. Metode IKL yang telah diperoleh selanjutnya di aplikasikan pada daerah terpilih. e. Pembuatan Peta Digital IKL disajikan dalam bentuk peta. Pembuatan peta IKL dilakukan melalui tiga tahap. Tahap tersebut terdiri dari: tahap digitasi, tahap editing, dan tahap pemasukan data atribut kedalam basis data. Tahap digitasi bertujuan untuk membuat peta tematik. Peta tematik dibuat berdasarkan peta rupa bumi dan citra satelit. Selanjutnya dilakukan editing yang bertujuan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan pada waktu digitasi peta tematik, sedangkan pemasukan data atribut bertujuan untuk memasukkan data-data yang ada sehingga menjadi geodatabase dimana data tersebut disimpan dan ber-georeferenced memiliki informasi geografi. Digitasi, editing dan pemasukan data atribut dilakukan dengan menggunakan software ArcGIS versi 10.1. Hasil akhir yang diperoleh berupa peta yang menunjukkan daerah-daerah yang sensitif jika terjadi tumpahan minyak. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Pembentukkan Indeks Kepekaan Lingkungan IKL Ekosistem

Mangrove Hasil studi literatur tentang parameter yang digunakan dalam membentuk IK dan IE diperoleh 8 parameter untuk setiap indeks. Parameter tersebut disajikan pada tabel berikut. Tabel 6 Parameter yang digunakan dalam membentuk IK dan IE. No. Parameter IK Parameter IE Parameter Acuan Parameter Acuan 1. Kemiringan pantai Gibb et al. 1992 Zonasi jenis mangrove Bengen, 2001 2. Tipe pasang surut Wyrkti, 1961 Kerapatan mangrove KepMen LH No. 201 tahun 2004 3. Rentang pasang surut Gibb et al. 1992 Keragaman mangrove Suharnoto,2000 4. Tinggi gelombang Gibb et al. 1992 Umur mangrove Proffitt, 1996 5. Tipe substrat Modifikasi Sloan 1993 Satwa dilindungi Modifikasi NOAA, 2002 6. Kecepatan angin Hayes, 1992 Status perlindungan mangrove IPIECA, 2012 7. Badai laut Hayes, 1992 Jarak mangrove dari sungai Wardhani, 2011 8. Jarak mangrove dari bibir pantai Modifikasi Wyrkti, 1961 Jarak mangrove dari muara Wardhani, 2011 Dari semua parameter tersebut selanjutnya dilakukan panapisan. Parameter yang dipilih dalam membentuk IK adalah parameter fisik pantai yang memiliki pengaruh lebih besar dalam mempercepat atau memperlambat penyebaran minyak. Sedangkan parameter yang dipilih untuk membentuk parameter IE berdasarkan sensitifitas ekosistem mangrove dan satwa yang hidup divegetasi tersebut terhadap tumapahan minyak. a. Parameter Pembentuk Indeks Kerentanan IK Indeks kerentanan IK pada penelitian ini diturunkan dari parameter fisik pantai. Dari hasil proses penapisan, parameter yang digunakan dalam membentuk IK adalah kemiringan pantai, tipe pasang surut, rentang pasang surut tidal range, tinggi gelombang, tipe substrat pantai, dan jarak mangrove dari bibir pantai Tabel 7. Setiap perameter selanjutnya diklasifikasikan kedalam beberapa kriteria nilai yang selanjutnya diberi rangking. Ranking tersebut mulai dari 1 tidak peka sampai 5 sangat peka Tabel 7. Penentuan nilai dan ranking pada setiap parameter IK mengacu pada beberapa sumber pustaka Tabel 7. Tabel 7 Parameter dan ranking indeks kerentanan No. Parameter Satuan Ranking Kepekaan Acuan 1 2 3 4 5 1. Kemiringan pantai Derajat 20 20 - 11 10 – 6 5 – 2 2 Gibb et al. 1992 2. Tipe pasang surut - - Tunggal Campuran condong tunggal Campuran condong ganda Ganda Wyrkti, 1961 3. Rentang pasang surut Meter 1 1 - 1,9 2 – 4 4,1 – 6 6 Gibb et al. 1992 4. Tinggi gelombang Meter – 2.9 3 – 4,9 5 – 5,9 6 – 6.9 ≥ Gibb et al. 1992 5. Tipe substrat Berbatu berkerikil Pasir berkerikil Pasir Lumpur berpasir Lumpur Modifikasi Sloan 1993 6. Jarak mangrove dari bibir pantai Meter 20 15-20 12-15 9-12 0-9 Modifikasi Wyrkti, 1961 Keterangan: 1 = tidak peka 2 = kurang peka 3 = cukup peka 4 = peka 5 = sangat peka Setiap parameter selanjutnya diberi bobot sesuai dengan pengaruh dari masing-masing parameter dalam membentuk nilai IK. Semua parameter penyusun IK diasumsikan memiliki bobot yang sama. Nilai IK pada masing-masing lokasi kemudian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: i ∑ j r ij n j 1 Keterangan : IK i = indeks kerentanan lokasi-i w j = bobot parameter ke-j r ij = ranking parameter j dilokasi i

b. Parameter Pembentuk Indeks Ekologi IE.

Pemilihan parameter dalam IE didasarkan pada sensitifitas mangrove dan satwa yang hidup di vegetasi tersebut terhadap tumpahan minyak. Dari hasil penapisan, parameter yang digunakan untuk membentuk IK adalah zonasi mangrove, kerapatan mangrove, keragaman mangrove, umur mangrove, satwa yang dilindungi dan status perlindungan mangrove Tabel 8. Sama halnya dengan IK, setiap perameter pembentuk IE selanjutnya diklasifikasikan kedalam beberapa kriteria nilai yang selanjutnya diberi rangking. Ranking tersebut mulai dari 1 tidak peka sampai 5 sangat peka Tabel 8. Penentuan nilai dan ranking pada setiap parameter IE juga mengacu pada beberapa sumber pustaka Tabel 8. Tabel 8 Parameter dan ranking indeks ekologi No. Parameter Satuan Ranking Kepekaan Acuan 1 2 3 4 5 1. Zonasi jenis mangrove Nypa Bruguiera Rhizophora Sonneratia Avicennia Bengen, 2001 2. Kerapatan mangrove Indha 600 600-900 900-1200 1200-1500 1500 KepMen LH No. 201 tahun 2004 3. Keragaman mangrove 1 2 3 4 ≥5 Suharnoto, 2000 4. Umur mangrove - - Pohon Pancang Semai Proffitt, 1996 5. Satwa dilindungi Tidak ada ada Modifikasi NOAA, 2002 6. Status perlindungan mangrove Tidak ada Lokal Nasional Internasional IPIECA, 2012 Keterangan: 1 = tidak peka 2 = kurang peka 3 = cukup peka 4 = peka 5 = sangat peka Sama seperti IK, parameter penyusun IE juga diasumsikan memiliki bobot yang sama. Nilai IE masing-masing lokasi pengamatan dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: i ∑ j r ij n j 1 Keterangan : IK i = indeks kerentanan lokasi-i w j = bobot parameter ke-j r ij = ranking parameter j dilokasi i

c. Parameter Pembentuk Indeks Sosial Ekonomi IS.

Parameter dalam membentuk IS terbagi menjadi dua komponen, yaitu komponen sosial dan komponen ekonomi. Komponen sosial terdiri dari 3 parameter yaitu potensi mangrove sebagai potensi perikanan, potensi pemanfaatan kayu mangrove, dan potensi mangrove sebagai daerah wisata. Sedangkan nilai komponen ekonomi didapat secara kuantitatif dengan cara mengalikan biomassa mangrove dengan nilai ekonomi sumberdaya mangrove itu sendiri Tabel 9. Seperti IK dan IE, setiap parameter pada IS juga diklasifikasikan menjadi beberapa kriteria Tabel 9. Penentuan parameter dan pemberian rangking pada IS mengacu pada PKSPL 2009. Rumus dalam menentukan Indeks Sosial Ekonomi IS mangrove yaitu PKSPL, 2009:   2 NE NS IS  Keterangan: IS = Indeks sosial ekonomi NS = Nilai sosial NE = Nilai ekonomi