Pembentukkan Indeks Kepekaan Lingkungan IKL Ekosistem

Gambar 11 Peta indeks kepekaan lingkungan ekosistem mangrove di wilayah pesisir Kabupaten Subang

4.2. Pembahasan

4.2.1. Parameter Indeks Kerentanan Lingkungan IKL Mangrove

a. Parameter Indeks Kepekaan

Parameter yang digunakan untuk membentuk IK adalah kemiringan pantai, pasang surut, rentang pasang surut, tinggi gelombang, jenis substrat pantai, dan jarak mangrove dari bibir pantai. Pemilihan parameter didasarkan pada pengaruh dari masing-masing parameter dalam mempercepat atau memperlambat penyebaran minyak, lamanya waktu minyak terendap, serta tingkat kemudahan dalam pembersihan minyak yang tumpah NOAA, 2002. Dari proses penapisan, angin dan badai laut tidak digunakan dalam membentuk IK karena kurang memiliki pengaruh dalam penyebaran tumpahan minyak. Menurut IMO 1988 penyebaran minyak di laut dipengaruhi oleh arus sebesar 100 sedangkan angin hanya 3, sedangkan badai laut jarang terjadi di kawasan pesisir Indonesia.

1. Kemiringan Pantai

Kemiringan pantai merupakan sudut antara kedalaman air terendah dengan ketinggian tertentu sepanjang jarak tertentu. Kemiringan pantai berhubungan erat dengan tipe pantai, daerah pasang surut dan pembentukan zona gelombang pecah. Semakin landai pantai, semakin luas daerah pasang surutnya. Hal ini berarti semakin rendah kemiringan pantai landai semakin tinggi resiko mangrove terkena tumpahan minyak, karena pantai yang memiliki kemiringan yang rendah lebih beresiko tinggi mengalami penggenangan Gibb et al, 1992. Daerah pasang surut yang luas dengan kemiringan yang landai mempunyai tingkat kerentanan yang tinggi karena tingkat kesulitan untuk membersihkan minyak semakin sulit. Sedangkan pantai yang curam mempunyai energi gelombang yang besar yang berpotensi memindahkan minyak dengan cepat karena zona gelombang pecah lebih dekat dengan garis pantai NOAA, 2012.

2. Tipe Pasang Surut

Tipe pasang surut mempengaruhi penyebaran tumpahan minyak karena pasut merupakan salah satu faktor yang dapat membawa minyak ke daerah pantai Huynh and Bui, 2003. Tipe pasut dilihat dari pola gerakan muka laut. Tipe pasut di Indonesia dibagi menjadi empat jenis yakni pasang surut harian tunggal, pasang surut harian ganda dan dua jenis campuran. Pasut tipe ganda lebih memiliki pengaruh yang besar terhadap penyebaran minyak di daerah pesisir dibandingkan dengan pasut tipe campuran dan pasut tipe tunggal. Hal tersebut karena tumpahan minyak dapat masuk ke daerah mangrove lebih sering dibanding tipe tunggal atau campuran. Hal ini juga didukung oleh Sullivan dan Jacques 2001 yang menyatakan bahwa pada saat pasang purnama, minyak dapat terbawa ke tempat yang lebih tinggi, kemudian tertinggal dan terperangkap dalam waktu yang cukup lama. Hal ini dapat berdampak buruk bagi flora dan fauna yang ada disekitar wilayah tersebut. Begitu juga ketika surut, flora dan fauna yang terdapat di daerah yang lebih rendah juga dapat terkena minyak yang tertinggal.