Data primer Analyze of Environmental Sensitivity Indeks Method for Mangrove Ecosystem Againt Oil Spills. Case Study at Subang District Coastal Zone

Tabel 8 Parameter dan ranking indeks ekologi No. Parameter Satuan Ranking Kepekaan Acuan 1 2 3 4 5 1. Zonasi jenis mangrove Nypa Bruguiera Rhizophora Sonneratia Avicennia Bengen, 2001 2. Kerapatan mangrove Indha 600 600-900 900-1200 1200-1500 1500 KepMen LH No. 201 tahun 2004 3. Keragaman mangrove 1 2 3 4 ≥5 Suharnoto, 2000 4. Umur mangrove - - Pohon Pancang Semai Proffitt, 1996 5. Satwa dilindungi Tidak ada ada Modifikasi NOAA, 2002 6. Status perlindungan mangrove Tidak ada Lokal Nasional Internasional IPIECA, 2012 Keterangan: 1 = tidak peka 2 = kurang peka 3 = cukup peka 4 = peka 5 = sangat peka Sama seperti IK, parameter penyusun IE juga diasumsikan memiliki bobot yang sama. Nilai IE masing-masing lokasi pengamatan dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: i ∑ j r ij n j 1 Keterangan : IK i = indeks kerentanan lokasi-i w j = bobot parameter ke-j r ij = ranking parameter j dilokasi i

c. Parameter Pembentuk Indeks Sosial Ekonomi IS.

Parameter dalam membentuk IS terbagi menjadi dua komponen, yaitu komponen sosial dan komponen ekonomi. Komponen sosial terdiri dari 3 parameter yaitu potensi mangrove sebagai potensi perikanan, potensi pemanfaatan kayu mangrove, dan potensi mangrove sebagai daerah wisata. Sedangkan nilai komponen ekonomi didapat secara kuantitatif dengan cara mengalikan biomassa mangrove dengan nilai ekonomi sumberdaya mangrove itu sendiri Tabel 9. Seperti IK dan IE, setiap parameter pada IS juga diklasifikasikan menjadi beberapa kriteria Tabel 9. Penentuan parameter dan pemberian rangking pada IS mengacu pada PKSPL 2009. Rumus dalam menentukan Indeks Sosial Ekonomi IS mangrove yaitu PKSPL, 2009:   2 NE NS IS  Keterangan: IS = Indeks sosial ekonomi NS = Nilai sosial NE = Nilai ekonomi Tabel 9 Parameter dan ranking indeks sosial ekonomi lingkungan ekosistem mangrove Komponen Satuan Rangking Kepekaan Acuan 1 2 3 4 5 Sosial  Potensi perikanan - Tidak ada Jarang Sedang Intensif Sangat intensif PKSPL 2009  Potensi pemanfaa- tan kayu - Tidak potensial Kurang Sedang Potensial Sangat potensial  Potensi wisata - Tidak ada Kurang Sedang Tinggi Sangat tinggi Ekonomi - 5 max NE NE i  5 2 5 max max NE NE NE i   5 3 5 2 max max NE NE NE i   5 4 5 3 max max NEcV NE NE i   5 4 max NE NE i  Keterangan: 1 = tidak peka 2 = kurang peka 3 = cukup peka 4 = peka 5 = sangat peka

d. Indeks Kepekaan Lingkungan IKL Total.

Nilai IKL total diperoleh dengan cara menjumlahkan IK, IE, dan IS yang telah dikalikan dengan masing-masing bobotnya. Bobot dari masing-masing parameter untuk menentukan nilai IKL total berbeda-beda. Pembobotan tersebut mengacu pada Damar et al. 2013. IK dan IE memiliki bobot yang sama, sedangkan IS memiliki bobot yang lebih besar dari IK dan IE. Adapun bobot masing-masing indeks tersebut adalah IK dan IE memiliki nilai bobot 0.3, dan IS memiliki bobot 0.4. Sehingga diperoleh rumus IKL secara keseluruhan sebagai berikut Damar et al. 2013: , , , Keterangan: IKL = Indeks Kerentanan Lingkungan IK = Indeks Kerentanan IE = Indeks Ekologi IS = Indeks Sosial Ekonomi Setelah diperoleh nilai IKL total, selanjutnya tingkat kepekaan lingkungan masing-masing lokasi pengamatan dapat ditentukan berdasarkan kelas kepekaan. Tingkat kepekaan tersebut dibagi menjadi 5 kelas Tabel 10. Tabel 10 Tingkat kepekaan lingkungan berdasarkan nilai IKL Kelas IKL SkorNilai Tingkat Kepekaan 1 ≤ 1 Tidak Peka 2 1 ≤ Kurang Peka 3 ≤ Cukup Peka 4 ≤ Peka 5 ≤ Sangat Peka

4.1.2. Indeks Kepekaan Lingkungan Pesisir Subang

Parameter-parameter dan metode IKL yang telah didapat, selanjutnya diaplikasikan pada daerah terpilih. Daerah-daerah tersebut disajikan pada tabel berikut Tabel 11: Tabel 11 Lokasi pengamatan IKL pesisir Subang No. Lokasi 1. Muara Cilamaya 2. Muara Gangga 3. Muara Blanakan 4. Langen Sari 5. Muara Ciasem 6. Sekunder 7. Tegal Tike 8. Anggaranu 9. Pejodangan 10. Muara Mayangan 11. Tanjung 12. Patimban 13. Tanjung Genteng

a. Indeks Kerentanan IK Ekosistem Mangrove

Berdasarkan parameter fisik pantai yang digunakan dalam menentukan IK, wilayah pesisir Kabupaten Subang memiliki karakteristik fisik pantai yang relatif sama. Kemiringan pantai dilokasi penelitian didapat dari pengamatan langsung di lapang, studi literatur dan dari pengolahan peta SRTM Shuttle Radar Topography Mission. Berdasarkan pengamatan langsung di lapang, pantai di daerah pesisir Kabupaten Subang memiliki kemiringan yang landai. Hal tersebut didukung dari hasil studi literatur yang menyatakan bahwa kemiringan pantai di daerah pesisir Kabupaten Subang adalah sebesar 0.06 atau 6 ° BAPPEDA 2010; Saskiartono, 2008. Data kemiringan pantai yang diperoleh dari data SRTM tidak bisa digunakan karena tidak tersedianya data terbaru. Data kemiringan yang diperoleh merupakan data tahun 1994, sehingga hasil yang diperoleh kurang signifikan dengan kondisi sebenarnya di lokasi penelitian. Seperti terlihat pada gambar penampang melintang kemiringan di Muara Blanakan dan Muara Mayangan Gambar 9. a b Gambar 9 Penampang melintang kemiringan lahan pada tahun 1994. a Muara Blanakan; b Muara Mayangan