menjadi rusak akibat pencemaran minyak. Ekosistem mangrove yang memiliki IKL ini akan rusak apabila tercemar minyak dan menimbulkan kerugian yang
sangat tinggi baik dari sisi ekonomi maupun ekologi serta sosial. Ekosistem mangrove yang memiliki kelas IKL peka berarti berpotensi tinggi terhadap
dampak pencemaran minyak dan akan mengalami kerusakan yang tinggi baik secara ekonomi maupun ekologi. IKL sedangcukup peka menunjukkan bahwa
kerugian ekonomi dan ekologi yang akan ditanggung apabila terkena pencemaran minyak tidak terlalu tinggi. Ekosistem mangrove yang memiliki IKL kurang peka
merupakan daerah yang apabila terkena pencemaran minyak maka kerugian yang dialami sangat kecil. Ekosistem mangrove yang teridentifikasi memiliki IKL
cukup peka hingga sangat peka harus mendapat perhatian yang utama apabila di perairan laut wilayah tersebut terjadi tumpahan minyak. Upaya penanggulangan
pencemaran minyak harus segera dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kerusakan di ekosistem tersebut.
e.
Pembobotan Parameter IKL dan IKL Total
Pembobotan diperlukan untuk melihat tingkat kepentingan setiap parameter terhadap tumpahan minyak. parameter yang memiliki pengaruh yang tinggi akan
memiliki bobot yang tinggi. Semua parameter yang digunakan dalam membentuk IK diasumsikan memiliki bobot yang sama karena masing-masing parameter
saling berkaitan dan memiliki pengaruh yang sama terhadap penyebaran minyak. Bobot dari masing-masing parameter dalam membentuk IE juga diasumsikan
sama. Hal tersebut karena sulitnya menentukan proporsi bobot pada masing- masing parameter dalam menerima dampak tumpahan minyak karena setiap
parameter memiliki nilai penting yang sama. Sama halnya dengan IK dan IE, parameter pembentuk IS juga memiliki nilai yang sama karena memiliki pengaruh
yang sama.
Rumus IKL total yang dipilih mengacu pada Damar et al. 2013, dimana IK dan IE memiliki bobot yang sama, sedangkan IS memiliki bobot yang lebih
besar dari IK dan IE. IS memiliki bobot yang lebih besar karena tingginya potensi konflik sosial yang dapat terjadi akibat pencemaran minyak di daerah studi.
4.2.2.
Indeks Kepekaan Lingkungan Pesisir Subang
Kawasan perairan pesisir Subang memiliki tambang minyak yang dikelola oleh Pertamina. Kegiatan eksploitasi minyak berpotensi menimbulkan terjadinya
tumpahan minyak. Tumpahan minyak di perairan dapat menyebar akibat terbawa oleh arus dan masuk ke daerah pesisir. Daerah pesisir merupakan daerah yang
rentan terhadap tumpahan minyak, begitu juga dengan daerah pesisir Subang.
a. Indeks Kerentanan
Lokasi penelitian secara keseluruhan memiliki karakteristik fisik pantai yang hampir sama. Tipe pantai yang landai dan terbuka menyebabkan kawasan
tersebut secara fisik lebih peka terhadap tumpahan minyak karena minyak dapat menyebar lebih luas. Lokasi penelitian semakin peka karena memiliki substrat
berlumpur dan mangrove secara umum tumbuh disekitar bibir pantai. Kondisi tersebut menyebabkan minyak dapat tinggal dan mengendap lebih lama di darah
mangrove. Gelombang dan rentang pasut yang relative rendah kurang membantu dalam proses pencucian minyak secara alami. Dari 13 lokasi pengamatan, lokasi
Muara Mayangan memiliki karakteristik yang berbeda sehingga memiliki ideks kerentanan yang rendah dibandingkan dengan lokasi lainnya. Muara Mayangan
memiliki substrat pasir dan mangrove ditemukan jauh dari bibir pantai.
b. Indeks Ekologi
Hutan mangrove yang tersebar di pesisir Subang secara keseluruhan didominasi oleh Avicennia sp. Dilihat dari segi zonasi dan jenis mangrove maka
genus Avicennia sp. lebih rentan terhadap tumpahan minyak dibandingkan dengan genus lainnya Nontji 2007. Menurut Nontji 2007 Avicennia sp. merupakan
pohon perintis pionir yang tumbuh di pantai terbuka sehingga paling rentan terhadap tumpahan minyak karena akan lebih dahulu terkena dampak tumpahan
minyak dibandingkan dengan mangrove yang tumbuh di daerah yang agak terlindung. Selain itu Avicennia sp. memiliki sistem perakaran yang dilengkapi
dengan akar nafas pneumatopora Bengen, 2004. Sistem perakaran ini sangat sensitif terhadap minyak karena dapat menutupi akar nafas dan dapat
menyebabkan kematian mangrove. Selain genus Avicennia sp. di daerah penelitian juga ditemukan genus Sonneratia sp. dan Rhizophora sp. Dari segi zonasi, ke dua
genus tersebut kurang peka terhadap tumpahan minyak dibandingkan Avicennia sp. karena tumbuh di daerah yang lebih tertutup.
Mangrove di daerah pesisir Subang memiliki umur yang beragam mulai dari tingkat semaianakan, pancang dan pohon. Mangrove yang ada tidak terlalu rapat
dan tidak terlalu beragam akibat tingginya tingkat konversi lahan mangrove menjadi area tambak. Konversi lahan juga mengakibatkan satwa-satwa yang
hidup di daerah mangrove menjadi berkurang bahkan hilang karena tidak adanya tempat berlindung dan mencari makan. Tingginya tingkat konversi lahan
mangrove menjadi tambak, mendorong pemerintah untuk menjadikan kawasan mangrove di daerah ini menjadi area konservasi yang dilindungi secara nasional
hutan lindung sesuai dengan SK Menhut No. 195Kpts-II200.
c. Indeks Sosial Ekonomi
Faktor yang cukup penting diperhatikan dalam penentuan tingkat kepekaan suatu kawasan terhadap tumpahan minyak adalah faktor sosial ekonomi. Faktor
tersebut akan mempengaruhi masyarakat sekitar akibat dampak yang ditimbulkan dari tumpahan minyak. Secara umum masyarakat pesisir Subang memanfaatkan
ekosistem mangrove dalam kehidupan sehari-harinya. Mangrove dijadikan tempat mencari ikan, kayu bakar bahkan dijadikan tambak untuk budidaya beberapa
komoditi perikanan seperti bandeng dan udang. Jika terjadi pencemaran akibat tumpahan minyak maka secara sosial akan memicu konflik dan dapat
mengganggu perekonomian masyarakat sekitar.
Dilihat dari segi sosial ekonomi, daerah Tegal Tike merupakan daerah yang paling sensitif dibandingkan dengan daerah lain, karena tingginya pemanfaatan
mangrove untuk kegiatan perikanan dan pemanfaatan kayu. Selain itu mangrove di daerah ini juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
d. IKL Total
IKL ekosistem mangrove di daerah pengamatan hanya memiliki kelas peka, dan cukup peka. Tidak ditemukan adanya ekosistem mangrove yang memiliki
kelas sangat peka. Tegal Tike, Anggaranu, dan Tanjung merupakan daerah yang