41
-2+ Kerjasama MUI dan POLISI dalam mencegah Kejahatan [29 Juni
2010] -3+
Jangan Tergesa Dalam Berproses Sunnatullah [14 Juli 2010] .4+
Mustahilnya T E I T T [16 Juli 2010] .+
Manfaatkan Ramadhan Secara Maksimal [2 August 2010] .,+
Jangan Sombong Karena Sombong Dilaknat Allah [13 Augustus 2010]
.-+ Jangan Berdusta[14 Augustus 2010]
..+ Tunaikanlah Amanat, Jangan Berkhianat [22 Augustus 2010]
.+ Sekolah Jujur 30 Hari [30Augustus 2010]
.0+ Ketika Ketupat Telah Habis [21September 2010]
.1+ Menyantuni Perjuangan Dakwah Islam [28 September 2010]
B. Aspek Teknis Penulisan
Teknis penulisan adalah suatu kerangka teknis yang digunakan penulis dalam menampilkan sebuah teks. Aspek teknis penulisan ini lebih terkait pada
penulisan yang bersifat teknis, bukan pada proses yang bersifat metodologis. Aspek teknis penulisan ini sebagaimana yang telah dipetakan oleh Islah
Gusmian dalam bukunya Khazanah Tafsir Indonesia; dari Hermeneutika hingga Ideologi terbagi menjadi delapan bagian; [1] sistematika penyajian;
[2] bentuk penyajian; [3] gaya bahasa penulisan; [4] bentuk penulisan; [5]
42
sifat penulis; [6] asal-usul dan keilmuan penulis; [7] asal-usul teks; [8] sumber-sumber rujukan.
57
Pada aspek ini, penelitian ini mereduksi satu elemen yang terdapat di dalamnya, yakni keilmuan penulis. Keilmuan dihilangkan karena ia lebih
masuk ke dalam kategori psikologi teks. Ia tidak berbicara pada masalah teknik penulisan tetapi lebih banyak mengupas spesifikasi keilmuan seorang
penulis teks yang mempengaruhi teks yang ia tulis. Dengan mereduksi hal di atas, kajian ini membidik aspek penulisan dari; [1] sistematika penyajian, [2]
bentuk penyajian, [3] gaya bahasa penulisan, [4] bentuk penulisan, [5] sifat penulis, [6] asal-usul teks, [7] sumber rujukan.
1. Sistematika Penyajian.
Sistematika penyajian merupakan rangkaian yang dipakai dalam penyajian teks. Sistematika ini dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
pokok. Pertama, sistematika penyajian runtut. Sistematika penyajian runtut adalah sebuah model sistematika penyajian penulisan yang
rangkaian penyajiannya mengacu pada urutan yang ada dalam
model standard dan atau mengacu pada urutan turunnya wahyu.
Kedua, sistematika penyajian tematik. Sistematika penyajian ini adalah suatu bentuk rangkaian penulisan yang struktur paparannya diacukan pada
tema tertentu atau pada ayat, , dan juz tertentu atas pilihan penulis
dengan maksud menggali visi al-Qur’an tentang tema tersebut.
58
57
Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia…, hlm. 122
58
Ibid. hlm.128
43
Penyajian tematik ini lebih dikenal dengan istilah ’i. Penyajian
tematik ini terbagi juga menjadi dua bagian; tematik klasik dan tematik modern. Tematik klasik adalah model sistematika penyajian teks yang
mengambil satu tertentu dengan topik sebagaimana tercantum
dalam yang dikaji itu. Sedangkan tematik modern adalah model
sistematika penyajian yang mengacu pada tema tertentu yang ditentukan sendiri oleh penafsir.
Berkaitan dengan ’i ini, al-
dalam buku al- fi
at- al-
’i; Manhajiyyah
’iyyah memberikan pengertian tafsir
’i adalah upaya menghimpun seluruh ayat al- Qur’an yang memiliki tujuan dan tema yang sama. Setelah itu, apabila
memungkinkan, disusun berdasarkan kronologis berdasar an-
. Langkah selanjutnya adalah menguraikannya dengan menjelajahi seluruh
aspek yang dapat digali serta mengemukakan tujuan yang menyeluruh dengan ungkapan yang mudah dipahami. Ayat yang dikaji bersifat
spesifik dan mengerucut. Hasilnya diukur dengan teori-teori akurat sehingga tersaji secara komprehensif.
59
Al- juga memperkenalkan metode tafsir
’i ini dengan membaginya menjadi dua; pertama, mengkaji sebuah
dengan kajian universal yang di dalamnya dikemukakan misi awalnya lalu misi
utamanya serta kaitan antara satu bagian dan bagian lain sehingga
59
‘Abd al- al-
, Metode Tafsir ’i dan Cara Penerapannya, terj.
Rosihan Anwar [Bandung: Pustaka Setia, 2002], hlm. 42
44
saling melengkapi, kedua, menghimpun seluruh ayat al-Qur’an yang berbicara tentang tema yang sama. Semua ayat tersebut diletakkan
dibawah satu judul lalu ditafsirkan dengan metode ’i.
Berdasarkan penjelasan di atas, keseluruhan teks yang disajikan dalam rubrik
menganut model sistematika penyajian tematik dimana penulisnya memilih tema-tema tertentu terutama tema yang sedang marak
diperbincangkan atau tema yang up to date.
60
Seperti judul teks dalam rubrik
pada tanggal 26 Januari 2010 Bonek: Sebuah Potensi Salah Ekspresi. Tulisan ini dimunculkan berkaitan dengan tindakan
anarkhi yang dilakukan para supporter sepakbola yang terjadi beberapa hari sebelum kemunculan tulisan ini.
61
Judul lain semisal Sejarah Panjang Perjuangan Palestina
62
juga tidak terlepas dari peristiwa sebelumnya yang hangat diperbincangkan dimana-
mana. Pada saat bulan Ramadhan datang, rubrik
MTA mengeluarkan judul Manfaatkan Ramadhan Secara Maksimal
63
untuk memotivasi umat Islam memasuki bulan 5
dengan memberikan strategi dalam memasuki bulan 5
agar memperoleh nilai ibadah
04
Pernyataan ini juga berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pengelola rubrik , Abdurrahman Suparno, pada tanggal 2 November 2010 di MTA cabang Kasihan Bantul
Yogyakarta. Mengenai pemilihan tema, berdasarkan informasi yang didapatkan penulis dari Tri Harmoyo, salah satu penulis teks
, menyebutkan bahwa pemilihan tema dapat diambil dari inisiatif pengirim naskah [teks
] sendiri, dapat pula dari tema yang telah ditentukan pengurus atau penanggungjawab
.
61
Aksi kebrutalan para suporter sepakbola tersebut terjadi pada tanggal 23 januari 2010, seperti yang diberitakan oleh surat kabar Solopos dengan judul “Antisipasi Bonek Ngamuk, Polwil
kerahkan Seluruh Personil”. Http:www.solopos.com2010.
62
Dipublikasikan pada tanggal 3 juni 2010.
63
Dipublikasikan pada tanggal 2 Agustus 2010
45
dan nilai ilmu. Pada saat bulan 5 akan berakhir, rubrik
menyajikan teks dengan judul Sekolah Jujur 30 Hari
64
dengan pembahasan seputar latihan kejujuran yang dewasa ini dianggap sebagai
utopia belaka ketika melihat ketidakjujuran yang seolah mengakar di masyarakat dan bangsa.
2. Bentuk Penyajian.
Teks kajian terhadap al-Qur’an yang ditulis oleh penulisnya dan disajikan kepada pembaca memiliki karakteristik bentuk dalam
penguraiannya. Bentuk uraian dalam penyajian inilah yang dimaksud dengan bentuk penyajian.
Terdapat dua bagian dalam bentuk penyajian ini. Bentuk pertama adalah bentuk penyajian global dengan penjelasan yang singkat dan
global serta menitikberatkan pada inti dan maksud dari ayat-ayat al- Qur’an yang dikaji. Bentuk ini dapat diidentifikasi melalui model analisis
yang hanya menampilkan bagian terjemah, sesekali an-
dan perumusan pokok-pokok kandungan dari ayat-ayat yang dikaji.
65
Sedangkan bentuk yang kedua adalah bentuk penyajian rinci. Bentuk ini menitikberatkan pada uraian-uraian secara detail, mendalam dan
komprehensif. Untuk menemukan makna yang tepat dan sesuai konteks ayat biasanya dilakukan dengan analisa term-term kunci, sedangkan untuk
menarik suatu kesimpulan dilakukan dengan menelisik al-
64
Dipublikasikan pada tanggal 30 Agustus 2010
65
Islah Gusmian, Khazanah…hlm.148.
46
menggunakan kerangka analisis yang beragam seperti analisis sosiologis, antropologis dan sebagainya.
66
Berdasarkan definisi dan pembagian dari bentuk penyajian di atas, keseluruhan teks dalam rubrik
termasuk bagian bentuk penyajian yang pertama yakni penyajian teks dengan uraian yang global,
tidak mendetail juga tidak mendalam.
67
Uraian teks-teks dalam rubrik lebih banyak menampilkan ayat beserta terjemahannya
kemudian penjelasan singkat dari ayat tersebut atau pembahasan secara umum tanpa analisis term kunci dan tanpa menelisik
an- .
Contoh penjelasan secara umum dari sebuah ayat yang dikutip dapat dilihat pada judul Jika Hati Menjadi Keras”
68
. Setelah mengutip sebuah ayat dalam Q.S. az-Zumar [39] : 22;
ٌ ْ5َ َ1 ِ َِّر ْ ِ ٍر ُ, ََ َ ُ َ1 ِمEْ Fِ َُرْ َ+ ُ ا َحََH ْ َ َ1َأ َIِJَوُأ ِ ا ِْآِذ ْ ِ ُْ ُ ُُ َِِ َ4ِْ
ِ1 ٍ ُِ ٍلEَ
“
Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk menerima agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya
sama dengan orang yang membatu hatinya? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat
Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.”
terdapat uraian tentang ayat ini secara umum yakni tentang keberuntungan bagi orang-orang yang menerima ajaran Islam dengan
sepenuh hati karena segala permasalahan hidupnya akan dibimbing oleh
66
Ibid., hlm.152.
67
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari pengirim naskah pada rubrik bentuk penyajian yang dipilih adalah ringkas, mudah dipahami dan diamalkan.
68
Dipublikasikan pada tanggal 11 Januari 2010.Lihat pada lampiran 2.
47
Allah. Tidak ada kekhawatiran baginya. Demikian awal penjelasan terhadap ayat tersebut. Tidak didapati penjelasan terhadap kata
sebagai kata kunci sekaligus judul teks, seperti arti qalb dilihat dari sisi kebahasaan dengan analisis semantik misalnya. Uraian berkisar tentang
hati yang mendapat petunjuk dengan segenap kebaikan karenanya kemudian berpindah pada penjelasan tentang bujukan setan dan
kegelapan hati yang disebabkan oleh hawa nafsu. Contoh kedua adalah judul Ketika Jilbab Hanya Sebagai Asesoris.
69
Sebagai pengantar uraian, dimunculkan fenomena pemakaian jilbab masa kini kemudian dihadirkan sebuah ayat berkaitan dengan jilbab dalam
Q.S. an-6 [24]: 31. Uraian terhadap ayat tersebut sangat sedikit dan hanya sebagai penegas dari terjemah ayat lantas dihadirkan ayat lain
dalam surat lain baru kemudian disinggung definisi jilbab sebagaimana terjemahan ayat yakni sejenis baju kurung yang lapang yang dapat
menutup kepala hingga dada. Teks ini tidak menjelaskan bagaimana an-
ayat juga konteks sosio historis ayat yang diketengahkan. 3.
Gaya Bahasa Penulisan Orientasi dari analisa gaya bahasa penulisan di sini adalah melihat
bentuk-bentuk bahasa yang dipakai seorang penulis, apakah memakai gaya bahasa kolom, gaya bahasa reportase, gaya bahasa ilmiah, atau gaya
bahasa populer.
69
Dipublikasikan pada tanggal 14 Januari 2010.
48
Gaya bahasa tulisan kolom adalah gaya penulisan dengan memakai kalimat yang pendek, lugas dan tegas. Diksi-diksi yang dipakai dalam
bentuk ini dipilih melalui proses yang serius dan akurat sehingga mampu menghentakkan imajinasi pembaca.
70
Gaya bahasa penulisan reportase dapat diketahui dari penggunaan kalimat yang sederhana, elegan, komunikatif dan bersifat pelaporan
seperti yang sering digunakan dalam majalah atau koran. Model seperti ini biasanya memikat emosi pembaca dan mengajak pembaca masuk
dalam tema yang ditulis.
71
Pelibatan pembaca misalnya dilakukan dengan memakai kata”kita”.
Gaya bahasa penulisan ilmiah adalah gaya bahasa penulisan yang dalam proses komunikasinya terasa formal dan kering. Gaya bahasa
semacam ini lebih melibatkan otak ketimbang emosi pembaca sehingga pembaca kurang dilibatkan dalam wacana peristiwa yang dipaparkan.
72
Adapun gaya bahasa penulisan populer adalah model gaya bahasa yang menempatkan bahasa sebagai medium komunikasi dengan karakter
pilihan kata maupun kalimat yang mudah dan sederhana. Teks yang ditulis dengan gaya bahasa populer terasa ringan dan mudah dipahami.
Istilah yang rumit dan sulit dipahami pembaca [awam] dicarikan padanannya yang lebih mudah sehingga makna sosial maupun moral
yang terkandung dalam al-Qur’an mudah ditangkap dan tidak
70
Ibid., hlm.165
71
Ibid., hlm 167
72
Ibid., hlm.169
49
disalahpami oleh pembaca.
73
Dari keempat gaya bahasa yang telah disebutkan, teks-teks
masuk dalam kategori yang terakhir ini yakni gaya bahasa penulisan populer.
74
4. Bentuk Penulisan
Bentuk penulisan di sini adalah mekanisme penulisan yang menyangkut aturan teknis dalam penyusunan keredaksian sebuah
literatur. Aturan yang dimaksud adalah tata cara mengutip sumber, penulisan catatan kaki, penyebutan buku-buku yang dijadikan rujukan
serta hal-hal lain yang menyangkut konstruksi keredaksionalan. Ada dua hal pokok dalam bentuk penulisan, ilmiah dan non ilmiah.
Bentuk penulisan ilmiah sangat ketat dalam memperlakukan mekanisme redaksionalnya. Kalimat ataupun pengertian yang didapat dari beberapa
literatur lain diberi catatan kaki ataupun catatan perut untuk menunjukkan sumber asli yang dirujuk. Selain itu, judul buku, tempat,
tahun, penerbit serta nomor halaman buku menjadi penting untuk dituturkan dalam bentuk penulisan ilmiah ini. Tidak demikian dengan
penulisan non ilmiah, Penulisan ini tidak menggunakan kaidah penulisan ilmiah yang mensyaratkan adanya footnote, endnote maupun catatan
perut dalam memberikan penjelasan atas literatur yang dirujuk. Tidak
73
Ibid., hlm.170. Lihat, lampiran 3.
74
Pengkategorian ini juga didasarkan pada hasil wawancara penulis dengan penanggungjawab rubrik
7
50
digunakannya kaidah penulisan ilmiah dalam bentuk penulisan ini bukan berarti dari segi isinya pun tidak ilmiah.
75
Dua bentuk penulisan di atas sangat jelas perbedaannya dan dapat diidentifikasi dengan mudah. Tidak sulit untuk menentukan teks-teks
dalam rubrik termasuk kategori yang mana karena hal tersebut
jelas bahwa teks-teks dalam tidak menggunakan kaidah
penulisan yang ketat seperti penulisan ilmiah sehingga termasuk dalam kategori bentuk penulisan non ilmiah.
76
5. Sifat Penulis
Dalam menyusun sebuah teks, seseorang bisa melakukannya secara individual, kolektif atau bahkan dengan membentuk tim atau panitia
khusus secara resmi. Secara individual berarti suatu karya lahir dan ditulis satu orang. Sedangkan kolektif berarti suatu karya disusun lebih
dari dua orang. Kolektif ini dapat dibagi menjadi kolektif resmi dan kolektif tidak resmi. Kolektif resmi adalah kolektivitas yang dibentuk
secara resmi oleh lembaga tertentu dalam bentuk tim atau panitia khusus dalam rangka menulis tafsir. Sedangkan kolektif tidak resmi terdiri dari
dua orang penyusun yang tidak bersifat formal. Teks-teks dalam rubrik
meski dipublikasikan oleh sebuah yayasan namun tergolong bersifat individual karena ditulis secara
individu.
77
75
Ibid., hlm.172-175
76
Lihat, lampiran 3.
77
Lihat, lampiran 4.
51
6. Asal-usul Literatur
Literatur berasal dari ruang akademik yakni berasal dari tulisan ustaz yang turut mengelola MTA, dari pengirim [pembaca], dari orang-orang
yang dipercaya untuk mengisi tulisan, juga dari artikel pengajian atau brosur,
78
dan artikel dari majalah MTA.
79
7. Sumber-sumber Rujukan
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pengurus MTA, sumber yang dijadikan rujukan tidak berpatok pada satu kitab. Ada berbagai kitab
tafsir yang dijadikan sumber rujukan yakni tafsir al-8 , al-
, ar- 5
, Ibnu , Ibnu Abbas, al-
, tafsir Departemen Agama.
80
Kitab-kitab yang telah disebutkan di atas dapat diketahui dengan jelas pada saat membaca buku berjudul Tafsir al-Qur’an yang diterbitkan oleh
MTA,
81
namun dalam teks-teks rubrik sangat sulit melacak
sumber rujukan yang dipakai karena tidak disebutkan di dalam penjelasan terhadap ayat atau penjelasan secara umum mengenai sumber tersebut dan
karena bentuk penulisannya menganut bentuk non ilmiah yang tidak ketat mencantumkan mekanisme redaksionalnya.
78
Misalnya judul Mengemis Kok Enak diambil dari Brosur MTA Ahad, 20 April 2008 : Rasulullah s.a.w. Suri Tauladan yang Baik, dan brosur Keutamaan Bekerja. Lihat, lampiran 5.
79
Contoh berasal dari artikel di majalah RESPON MTA pada judul Muslimah-muslimah Pendakwah Agama Allah, Adakah Sosok Itu Kini? dipublikasikan pada tanggal 25 Februari 2011+
80
Berdasarkan wawancara dengan Abdurrahman Suparno, pada tanggal 2 November 2010 di MTA cabang Kasihan Bantul Yogyakarta.
81
Contoh sumber rujukan dalam buku Tafsir al-Qur’an karya MTA adalah ketika membahas tentang pokok-pokok isi al-
, pada penjelasan tentang ,
di situ mengutip penjelasan Muhammad ‘Abduh dalam tafsirnya sebagai sumber rujukan. Lihat, Majlis Tafsir Al-Qur’an, Tafsir al-Qur’an : Surat al-
dan al-Baqarah ayat 1-39 [t.tp: Yayasan Majlis Tafsir Al-Qur’an,t.t], hlm.11.
52
Berdasarkan pembahasan tentang aspek teknis penulisan dengan ketujuh elemen di atas, secara keseluruhan dapat tergambar dalam tabel berikut;
Tabel 1 Aspek Teknis Penulisan Teks-teks dalam Rubrik
Sistematika Penyajian
Tematik
Bentuk Penyajian
Global
Gaya Bahasa
Populer
Bentuk Penulisan
Non Ilmiah
Sifat Penulis
Individual Asal-Usul
Majalah Respon Brosur MTA
Sumber Rujukan
Tidak didapati keterangan sumber
C. Aspek Hermeneutik