Dakwah : Tanpa Batas Ruang dan Waktu.

159

B. Teks dan Kepentingan Berdakwah

1. Dakwah : Tanpa Batas Ruang dan Waktu.

Terlepas dari persoalan keharusan berdakwah bagi siapapun atas dasar Q.S. ‘ [3]: 104, 147 lembaga Majlis Tafsir Al-Qur’an, sebagaimana telah diketahui dari profil tentang MTA, adalah lembaga yang memang memiliki tujuan berdakwah, mengajak umat Islam kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah. Dakwah dalam definisi yang lazim adalah setiap usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah sesuai dengan garis-garis aqidah, syari’ah serta akhlak. 148 Fakta yang dirasa dewasa ini bahwa berdakwah secara kelembagaan memang lebih efektif. Dakwah lebih bermakna apabila misi yang disampaikan dapat diterima, dipahami dan dilaksanakan oleh sasaran [mad’u]. 149 Dalam ilmu komunikasi, karena pada dasarnya dakwah tidak terlepas dari dinamika proses komunikasi, efek dari kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat adalah terjadinya perubahan sikap, 147 Ayat ini dijadikan dasar oleh para ulama sebagai kewajiban berdakwah dengan adanya perbedaan jenis kewajibannya. Sebagian memahami sebagai wajib ‘ain karena memahami min dalam ayat tersebut sebagai min yang menunjukkan penjelasan bukan pembatasan. Sedangkan yang lain berpendapat min sebagai tab’idh dengan melihat adanya kalangan yang tidak mampu menegakkan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar. Sebagian memahami dakwah sebagai . Lihat, Cahyadi Takariawan, Prinsip-prinsip Dakwah [Yogyakarta: ‘Izzan Pustaka, 2005], hlm. 4-5. 148 Rafi’uddin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah [Bandung: CV Pustaka Setia, 1997], hlm.24. 149 Abu Laka, “Upaya Penguatan Dakwah Melalui Peningkatan Manajemen: Kajian Terhadap Strategis Dalam Manajemen Kelembagaan Dakwah”, dalam Reformulasi Komunikasi [ed.], [Yogyakarta: CV Arta Wahyu Sejahtera, 2008], hlm.134. 160 pendapat dan tingkah laku publik sesuai dengan yang diharapkan oleh komunikator dalam hal ini adalah da’i. 150 Pada teks-teks dalam rubrik , misi dakwah kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah dengan mengajak masyarakat agar mengamalkan apa yang sudah didapatkan dari kajian-kajian yang diikuti dari MTA, khususnya, menjadi sangat kentara. Ini dapat dilihat dalam cuplikan paragraf sebagai berikut; “Lihatlah perilaku keluarga itu..setiap hari cekcok melulu..padahal kalo ahad pagi ya ngajinya disitu” Kalimat di atas memberikan motivasi tambahan kepada kita semua agar selalu dan selalu berusaha mengamalkan apa yang sudah kita kaji. Karena ketika kita tidak mau berusaha mengamalkan apa yang sudah dipelajari, selain berdosa juga akan memberikan stigma negatif kepada tempat kajian atau bahkan agama Islam secara keseluruhan. Masyarakat akan selalu menilai, sudah diamalkan belum? Sudah berganti akhlaknya menjadi baik belum? Dan yang terjadi sekarang adalah hal-hal yang negatif lebih menjadi sorotan daripada hal-hal yang baik yang telah dilakukan. Apalagi sorotan tersebut didasari dengan motivasi-motivasi lain selain dari kebaikan. Paragraf di atas adalah bagian dari judul Menjadi Saksi Mengamalkan Islam Sebenarnya. Dari situ dapat terlihat bagaimana teks ini berbicara kepada pembaca dengan terlebih dahulu menampilkan dialog keseharian yang sangat terkait dengan aktivitas pengajian di MTA [pengajian Ahad pagi]. Penekanannya terletak pada ajakan pengamalan ajaran dalam perilaku keseharian, selain sebagai perintah agama juga terdapat tendensi agar lembaga yang menjadi tempat kajian tidak dicitrakan negatif oleh publik. 150 A.W. Widjaja , Komunikasi dan Hubungan Masyarakat [Jakarta: Bumi Aksara, 1993], hlm.87. 161 Dakwah untuk mengamalkan apa yang telah didapat, dalam teks tersebut, dibarengi dengan nasehat untuk tetap menghadiri kajian yang telah diikuti. Hal ini bisa dikatakan sebagai pemberian motivasi bagi warga MTA jika dikaitkan dengan fakta yang disoroti oleh MTA terhadap mereka-mereka yang mendapat banyak tantangan ketika harus menghadiri kajian di MTA. 151 Dengan motivasi tersebut, komunikator [yang diperankan oleh teks tersebut] adalah mengajak untuk mengubah sikap. Sikap yang dikehendaki adalah keberanian dalam mengatakan bahwa sesuatu itu benar atau salah. Tidak ada istilah grey area, demikian dikatakan. 152 Satu ayat yang dijadikan dasar ajakan keberanian ini adalah Q.S.al-‘ [29]:2-3. َن َُXْQُ5َm ُْهَو َ اَء ا ُ ُ4َ5 نَأ ا ُآَْXُ5 نَأ ُس ا َcَِ َأ } 2 { ُWا َ َْ.َََ1 ِْ َِْ ِ َ 5ِ_ ا َXَ1 ْ َ4ََو َْ.َََو ا َُ َ+ َ 5ِ_ ا َ ِِذ َْا َ } 3 { Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan [saja] mengatakan:”Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?[2]. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelumnya, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang berdusta.[3] Pada point selanjutnya, teks ini dengan jelas mengarahkan pembaca untuk berdakwah. Dakwah yang dimaksudkan tidak harus dengan menjadi 151 Dapat dilihat dalam postingan MTA dengan judul “Mengulik Beragam Kisah Dibalik Pengajian Ahad Pagi”, pada tanggal 8 Januari 2010 di www.MTA-online.com. Dikisahkan di dalamnya bahwa tidak sedikit orang yang mendapat perlakuan sinis dari keluarga dan masyarakat sekitarnya ketika harus menghadiri agenda rutin MTA. 152 Berdasarkan wawancara penulis dengan seorang warga MTA sebagai informan, salah satu ketertarikannya mengikuti kajian di MTA adalah ketegasan MTA untuk mengatakan yang sesuai ajaran Islam atau tidak yang ditunjukkan oleh figur penceramah yang bertugas mengisi kajian di cabang MTA. 162 penceramah, tetapi mengamalkan Islam sebaik-baiknya sehingga membuat orang lain tersentuh. Di sini menjadi semakin jelas bahwa teks ini menghendaki adanya efek komunikasi, 153 tidak hanya berupa respon dari pembaca, tetapi juga tindakan praktis terhadap pesan yang disampaikan. Satu judul tentang dakwah yang dikaitkan dengan wanita adalah Muslimah-muslimah Pendakwah Agama Allah. Di era sekarang, muslimah tersebut adalah langka. Demikian statemen awal yang dapat ditangkap dari teks tersebut. Dakwah menjadi kewajiban termasuk bagi muslimah, dengan mendasarkan pada Q.S. an-6 [16]: 125. Kata hikmah dalam ayat tersebut diartikan dengan perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang dengan yang . Hanya saja, tidak didapati dasar pemaknaan kata hikmah ini dalam penjelasan berikutnya. Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah memberi penjelasan tentang kata hikmah dalam ayat ini antara lain berarti yang paling utama dari segala sesuatu baik pengetahuan maupun perbuatan. Ia adalah pengetahuan atau tindakan yang bebas dari segala kesalahan atau kekeliruan. Hikmah juga diartikan sebagai sesuatu bila digunakan akan mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang besar atau lebih besar serta menghalangi terjadinya kesulitan yang besar atau lebih besar. Makna ini ditarik dari kata 153 Efek adalah kegiatan komunikasi diharapkan mempunyai hasil. Suatu kegiatan komunikasi akan mencapai hasil apabila komunikasi itu memberikan efek berupa tanggapan [respon] dari komunikan terhadap messages [pesan-pesan] yang dilancarkan oleh komunikator. Efek dalam suatu kegiatan komunikasi biasanya dapat diketahui dari reaksi arus balik, umpan balik [feedback] dari komunikan. Hasil tahap pertama sebagai tolok ukur [kriteria] adalah jumlah komunikan yang terjangkau yang berarti message sudah sampai pada sasaran namun komunikasi belum accepted sehingga belum melakukan action sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh komunikator.Lihat, A.W. Widjaja , Komunikasi…., hlm.92. 163 yang berarti kendali karena menghalangi hewan kendaraan mengarah ke arah yang tidak diinginkan. Hikmah terwujud dalam pemilihan perbuatan yang terbaik dan sesuai, termasuk dalam memilih dua hal yang buruk pun dinamai hikmah. 154 Masih terkait dakwah, teks berjudul Kerjasama MUI dan Polisi Dalam Mencegah Kejahatan dilatarbelakangi oleh fenomena adanya lembaga dakwah yang berani bertindak tegas dalam memberantas kemungkaran dengan resiko yang diterima. Lembaga yang mendakwahkan secara langsung pada sasaran dakwah dengan mengajak langsung untuk mengamalkan al-Qur’an dan Sunnah serta memberikan kepedulian dan perhatian kepada masyarakat sekitar. Tampaknya melalui teks ini, MTA mengandaikan metode tersebut dalam pengembangannya dengan harapan adanya kerjasama dengan lembaga formal dakwah semisal MUI serta polisi yang berkompeten membendung tumbuhnya kejahatan di masyarakat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagai lembaga dakwah, MTA menggunakan rubrik ini untuk mewacanakan pentingnya berdakwah. Dakwah yang didakwahkan kepada masyarakat adalah agar masyarakat mengamalkan apa yang didapatkan dari kajian- kajian yang dihadiri di majlis ini. 154 menyatakan secara singkat bahwa hikmah adalah sesuatu yang mengenai kebenaran berdasar ilmu dan akal. Dengan demikian hikmah adalah argumen yang yang menghasilkan kebenaran yang tidak diragukan, tidak mengandung kelemahan juga kekaburan. Lihat, Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, juz.7 [Jakarta: Lentera Hati, 2004], hlm. 386. 164

2. Dana Dakwah : Sebuah Keniscayaan.