Dana Dakwah : Sebuah Keniscayaan.

164

2. Dana Dakwah : Sebuah Keniscayaan.

Satu judul yang menyinggung tentang dana dakwah dan urgensinya adalah Menyantuni Perjuangan Dakwah Islam. Satu hadis yang ditampilkan sebagai pengantar pembahasan adalah hadis berikut; 155 ِ َََْM َ َْ ً ََR ص ِ ا َلَ]َ ًEُMَر نَا ٍtَ,َا ْ َ . ُ َ ْ َ َ0ََ1 ُ 5ِا ُ َaْ ََ1 َل َ4َ1 : ،اْ ُ ِْ َا ِمْ َ ْيَا َْ4َQ ْا ُف َ=َ5 َ ًء َaَ ِaْ.ُُ اً َ3ُ نِا ِWا َ َ1 . ٌtَ,َا َل َ : َ َ1 ، َْ,6 ا mِا ُ ْ5ُِ5 َ َُُِْ ُ ُM ا َن َآ ْنِا ْ,6 ا َ ِ ِ َِْا cَ َا ُمَEْ ِmْا َنْ َُ5 Xَ اْ ُ ُِْ5 َ ََْ َ َو َ . Dari Anas bahwasanya ada seseorang meminta kambing kepada Nabi s.a.w. yang berada di antara dua bukit. Maka beliau memberikannya kepada orang itu. Setelah orang itu kembali kepada kaumnya ia mengajak kaumnya dan berkata, “Hai kaumku, masuk Islamlah kalian. Demi Allah, sesungguhnya Muhammad memberi sebagai pemberian orang yang sama sekali tidak takut menjadi fakir”. Anas berkata, “Sungguh dahulunya seseorang masuk Islam tidak lain karena ingin dunia, tetapi tidak lama kemudian ia cinta pada Islam melebihi daripada dunia dan apa yang ada padanya”. [H.R. Muslim juz 4, hal. 1806]. Dari hadis ini kemudian diambil pelajaran tentang metode dan strategi dakwah Nabi, yakni memenuhi hajat umat melalui ketersediaan dana dakwah bagi banyak kepentingan atau hajat syar’iyyah. 156 Selain hadis, ayat yang dikaitkan dengan dana dakwah adalah ayat tentang infaq.[Q.S.al-Baqarah[2]: 265]. Juga pendapat Imam Nawawi yang dikutip dalam teks ini sebagai penegasan pentingnya dana dakwah bagi aktivitas 155 Berdasarkan penelitian penulis terhadap hadis ini, didapati bahwa hadis ini berkualitas dengan sanad yang . Lihat, Hadis Sahih Muslim, no.4276 dalam CD Mausu’ah al- K+ 156 Dana tersebut awalnya diambil dari harta Nabi s.a.w. sendiri, menyusul dari dapur ummat al- , dari orang-orang dekat Nabi selain dari baitul al- wa az- = atau terkadang melalui sistem penawaran. Lihat, Redaksi, “Menyantuni Perjuangan Dakwah Islam”, hlm.1 165 berdakwah. Dana da’wah dikatakan untuk menjadi daya dorong pelaksanaan program, daya panggil bagi muslim yang mulai belajar, pengikat bagi para mu’allaf yang baru masuk Islam, juga tenaga dalam melaksanakan program dan perencanaan dakwah, seperti program tarbiyah, program kesehatan dan lain sebagainya. 157 Selain berpesan untuk menggemari infaq dan sadaqah sebagai bentuk “jihad ekonomi”, di bagian penutup teks ini memberikan klarifikasi ketidakbenaran tentang isu dana yang dihembuskan pada lembaga Majlis Tafsir al-Qur’an. Dalam hal ini, teks dalam rubrik juga memainkan peran sebagai counter isu. Terkait dengan “jihad ekonomi”, dapat diketahui prinsip yang dikehendaki dalam judul Mustahilnya TEITT. Prinsip ekonominya dibangun di atas landasan iman dan taqwa. Ini tercermin dalam kutipan berikut; Maka Bank-Bank modern dijaman ini insyaAllah bisa menjalankan operasionalnya tanpa bunga. Bila seluruh nasabahnya memiliki persyaratan beriman, bertaqwa, berilmu, trampil, jujur dan produktif. Keseimbangan antara ketekunan dalam pendidikan rohani dan jasmani akan dapat membangun bank-bank modern tanpa bunga sepeserpun. Biaya operasional bank didapatkan dari proses bagi hasil dari keuntungan riil yang telah diperoleh para nasabahnya. Apalagi bila para pegawai bank adalah orang-orang yang sudah kaya dan dermawan, maka mungkin saja mereka akan menginfakkan gaji-gaji mereka kepada bank-bank yang mereka urusi, sehingga mereka memang orang-orang yang ingin beramal sebanyak-banyaknya kepada umat manusia. 157 Ibid. hlm.2 166 Satu sisi teks ini menjadi sarana mengkritisi keberadaan bank-bank yang ada yang dianggap memakai cara-cara “ribawi” – demikian diistilahkan dalam teks ini- . Sisi lain adalah mengajak untuk mewujudkan tata ekonomi dengan prinsip taqwa. Sayangnya, tata perekonomian seperti yang dikehendaki tampaknya belum terealisasi oleh karena dalam persoalan pendanaan, lembaga ini pun memanfaatkan bank yang ada dalam rangka penggalangan dana dakwah. 158

C. Teks dan Peneguhan Akidah