Akibat Hukum Kepailitan Analisis Tanggung Jawab Induk Perusahaan Sebagai Penjamin Dalam Kepailitan Anak Perusahaannya

paling sedikit 2 dua surat kabar harian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat 4 UUK dan PKPU; 2. Majelis hakim yang membatalkan putusan pernyataan pailit juga menetapkan biaya kepailitan dan imbalan jasa kurator; 3. Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dibebankan kepada pemohon pernyataan pailit atau kepada pemohon dan debitur dalam perbandingan yang ditetapkan oleh majelis hakim tersebut; 4. Untuk pelaksanaan pembayaran biaya kepailitan dan imbalan jasa kurator sebagaimana dimaksud pada ayat 2, ketua pengadilan mengeluarkan penetapan eksekusi atas permohonan Kurator; 5. Dalam hal putusan pernyataan pailit dibatalkan, perdamaian yang mungkin terjadi gugur demi hukum. Penetapan biaya Kepailitan dilakukan oleh majelis hakim pengadilan yang memutus perkara Kepailitan berdasarkan rincian yang diajukan oleh kurator setelah mendengar pertimbangan hakim pengawas.

E. Akibat Hukum Kepailitan

Akibat yang terpenting dari pernyataan pailit adalah bahwa organ perusahaan demi hukum kehilangan haknya untuk berbuat bebas terhadap harta kekayaannya, begitu pula hak untuk mengurusnya. Ia tidak boleh lagi melakukan kepengurusan perusahaan dengan sekehendaknya sendiri dan perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan itikad buruk untuk merugikan para kreditur, ia dapat dituntut pidana. Perusahaan hanya kehilangan haknya untuk berbuat bebas terhadap kekayaannya dan haknya untuk mengurusnya, tidak kehilangan hak-hak dan kecakapannya untuk mengadakan persetujuan-persetujuan, namun demikian perbuatan-perbuatannya tidak mempunyai akibat hukum atas kekayaannya yang tercakup dalam kepailitan. 1. Akibat hukum terhadap harta kekayaan perusahaan Suatu perusahaan sebagai kreditur mempailitkan perusahaan atau ikut sebagai kreditur dalam suatu kepailitan debiturnya, maka oleh hukum hal ini dianggap hanya sebagai salah satu cara menagih hutang dari debiturnya. Sehingga tidak banyak berpengaruh dari segi hukum kepada kreditur yang notabene suatu perusahaan terbuka. 66 Akan tetapi jika yang dipailitkan suatu perusahaan terbuka, maka beberapa akibat hukum yang akan terjadi adalah sebagai berikut: 67 a. Terkena kewajiban pelaporan kepada bapepam dan mengumumkan kepada publik tentang adanya permohonan pailit tersebut. b. Sebelum pelaporan dilakukan, pihak yang mengetahui adanya informasi tentang kepailitan terkena peraturan-peraturan ketentuan tentang insider trading. c. Terkena ketentuan tentang suspensi dan delisting dari bursa efek dimana saham diperjualbelikan sesuai dengan ketentuan bursa yang bersangkutan. 66 Munir Fuady, Hukum Kepailitan 1998 Dalam Teori dan Praktek Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999, hlm. 90. 67 Ahmad Yani Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas Jakarta: Rajawali Pers, 1999, hlm. 7. Kepailitan mengakibatkan seluruh benda berada dalam sitaan umum sejak saat putusan pernyataan pailit diucapkan kecuali: a. Benda yang sehubungan dengan pekerjaan, perlengkapan di dalam perseroan terbatas yang digunakan b. Segala sesuatu yang diperoleh debitur dari pekerjaannya sendiri sebagai penggajian dari sesuatu jasa, gaji ataupun dana pensiun,sejauh yang ditentukan oleh hakim pengawas. c. Uang yang diberikan kepada debitur untuk memenuhi suatu kewajiban memberi nafkah menurut undang-undang. Pasal 1 ayat 1 UUPT menegaskan bahwa perseroan terbatas adalah badan hukum. Dengan statusnya sebagai badan hukum maka berarti perseroan terbatas berkedudukan sebagai subjek hukum yang mampu mendukung hak dan kewajibannya sebagaimana halnya dengan orang dan mempunyai harta kekayaan tersendiri terpisah dari harta kekayaan para pendirinya, pemegang saham, dan para pengurusnya. Sebagaimana ditetapkan Pasal 21 UUK dan PKPU, kepailitan meliputi seluruh kekayaan perseroan terbatas pada saat putusan pailit ditetapkan dan juga mencakup semua kekayaan yang diperoleh perseroan terbatas selama berlangsungnya kepailitan. Dari konsekuensi pasal tersebut maka setiap dan seluruh peserikatan antara debitur yang dinyatakan pailit oleh pihak ketiga yang dilakukan sesudah pernyataan pailit tidak akan dan tidak dapat dibayar dari harta pailit kecuali bila perikatan-perikatan tersebut mendatangkan keuntungan bagi harta kekayaan itu. Oleh karena itu maka gugatan-gugatan yang diajukan dengan tujuan untuk memperoleh pemenuhan perikatan dari harta pailit. Dalam hal debitur pailit hanya dapat diajukan dalam bentuk laporan untuk pencocokan. Apabila pencocokan tidak disetujui, maka pihak yang tidak setuju pencocokan tersebut dapat mengambil alih kedudukan debitur pailit dalam gugatan yang sedang berlangsung tersebut. Meskipun gugatan tersebut hanya memberikan akibat hukum dari pencocokan tersebut, namun hal itu sudah cukup dapat dijadikan sebagai salah satu bukti yang dapat mecegah berlakunya daluwarsa atas hak dalam gugatan tersebut. Pernyataan pailit tidak dapat dibayar dari harta pailit, kecuali perikatan tersebut menguntungkan harta perseroan terbatas yang sudah pailit Pasal 25 UUK dan PKPU. Tuntutan mengenai hak atau kewajiban yang menyangkut harta pailit harus diajukan kepada kurator. Maka apabila tuntutan tersebut diajukan atau diteruskan oleh atau terhadap perseroan terbartas pailit, penghukuman tersebut tidak mempunyai akibat hukum terhadap harta pailit Pasal 26 UUK dan PKPU perseroan terbatas yang dinyatakan pailit kehilangan segala hak perdata untuk menguasai dan mengurus harta kekayaan yang telah dimasukan ke dalam harta pailit. Hal ini menunjukan bahwa debitur tidaklah dibawah pengampuan dan tidak kehilangan kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum menyangkut dirinya, kecuali apabila perbuatan hukum itu menyangkut perusahaan dan pengalihan harta benda yang telah ada. 2. Akibat hukum terhadap kepengurusan perusahaan Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi. 68 Ada beberapa perbedaan perusahaan yang sudah pailit dalam melaksanakan kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan perusahaaan yang tidak berada dalam keadaan pailit, yakni organ-organ pengurus dalam melakukan kegiatan untuk dan atas nama perusahaan adalah kurator. 69 Kurator inilah yang menjalankan tindakan pengurusan perusahaan tersebut. Namun demikian tidak menutup kemungkinan kurator masih tetap memanfaatkan organ direksi dalam pengurusan perusahaan selama masih dalam kepailitan. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa dengan pailitnya perusahaan, maka kewenangan direksi saja yang beralih kepada kurator. Proposisi ini misalnya kewenangan kurator untuk melakukan RUPS dan tanpa persetujuan komisaris. Hal ini berarti didalam kewenangan kurator tercakup semua kewenangan organ perusahaan. Dengan beralihnya kewenangan dari direksi kepada kurator untuk mengelola perusahaan maka konsekuensi dari hal itu adalah bahwa kurator adalah juga bertindak sebagai direksi sehingga tugas dan kewajiban sertatanggung jawab direksi perusahaan menjadi tugas dan tanggung jawab kurator. Setelah kurator menentukan pilihannya di dalam memaksimalkan nilai harta pailit, baik dengan cara menjualnya maupun dengan cara melanjutkan usaha debitur pailit, maka hal yang selanjutnya dilakukan adalah pembagian aset. 68 Pasal 1 Ayat 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. 69 Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi Atas Kepailitan Perseroan Jakarta: Rajawali Pers,2001, hlm. 65. Pada prinsipnya, aset baru akan dibagi-bagi kepada kreditur setelah seluruh aset debitur terjual dan menjadi cash, yaitu apabila cash uang tunai sudah cukup tersedia untuk membayar utang-utangnya.UUK dan PKPU menetukan bahwa setelah melakukan pencocokan utang, maka dibayarkan jumlah utang mereka atau segera setelah daftar pembagian penutup memperoleh hukum tetap, maka berakhirlah kepailitan. Badan hukum itu bukan makhluk hidup sebagaimana halnya manusia. Badan hukum tidak mempunyai daya pikir dan kehendak. Oleh karena itu perusahaan tidak dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum sendiri. perusahaan harus bertindak dengan perantaraan orang-orang biasa, akan tetapi orang yang bertindak itu tidak bertindak untuk dirinya melainkan untuk dan atas pertanggungan gugat badan hukum. 70 Pertanggung jawaban perusahaan merupakan pertanggung jawaban secara timbal balik, maka yang dijatuhi putusan kepailitan adalah perusahaannya, bukan pengurusnya, sepanjang direksi atau pegawai lainnya bertindak atas pertanggungan secara badan hukum. Apabila kepailitan perusahaan terjadi karena kesalahan atau kelalaian direksi,dan kekayaan perusahaan tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitan tersebut, maka setiap anggota direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian itu. 71 Kepailitan terhadap perusahaan yang menjadi permasalahan yang esensial adalah apakah perusahaan tersebut tetap dapat beroperasi atau demi hukum akan bubar. Dalam kepailitan badan hukum perusahaan, beroperasi atau tidaknya perusahaan setelah putusan pailit dibacakan tergantung pada cara pandang kurator 70 Ali Rido, Badan Hukum Dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan Koperasi, Yayasan Wakap Bandung: Alumni, 1986, hlm. 17. 71 Ibid. terhadap prospek usaha perusahaan pada waktu yang akan datang. Hal ini dimungkinkan karena berdasar ketentuan di dalam Pasal 104 UUK dan PKPU. 72 Kepailitan terhadap perusahaan yang menjadi permasalahan yang esensial adalah apakah perusahaan tersebut tetap dapat beroperasi atau demi hukum akan bubar. Dalam kepailitan badan hukum perusahaan, beroperasi atau tidaknya perseroan setelah putusan pailit dibacakan tergantung pada cara pandang kurator terhadap prospek usaha perseroan pada waktu yang akan datang. Hal ini dimungkinkan karena berdasar ketentuan di dalam Pasal 104 UUK dan PKPU. Berdasarkan pasal tersebut di atas, kepailitan badan hukum perusahaan di Indonesia tidak secara otomatis membuat perusahaan kehilangan haknya untuk mengurus dan menguasai harta kekayaan perusahaan tersebut karena kepailitan perusahaan menurut hukum Indonesia tidak menyebabkan terhentinya operasional perusahaan. Akan tetapi dalam hal perusahaan yang dilanjutkan ternyata tidak berprospek dengan baik, maka hakim pengawas akan memutuskan untuk menghentikan beroperasinya perusahaan dalam permohonan seorang kreditur. Setelah perusahaan tersebut dihentikan, maka kurator mulai menjual aktiva boedel pailit tanpa memerlukan bantuanpersetujuan perusahaan yang pailit. Akan tetapi pasal tersebut di atas tidak berlaku apabila di dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan perdamaian atau jika rencana perdamaian yang ditawarkan tidak diterima atau pengesahan perdamaian ditolak sehingga demi hukum harga pailit berada dalam keadaan insolvensi. Di dalam UUK dan PKPU hal ini diatur dalam Pasal 178 ayat 1 yang menyatakan: “jika dalam rapat pencocokan piutang tidak 72 Pasal 104 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ditawarkan rencana perdamaian, rencana perdamaian yang ditawarkan tidak diterima, atau pengesahan perdamaian ditolak berdasarkan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, demi hukum harta pailit berada alam keadaan insolvensi. Dengan demikian eksistensi perusahaan yang dipailitkan segera berakhir dengan percepatan pemberesan proses likuidasi tersebut harta pailit berada dalam keadaan insolvensi. Dengan demikian eksistensi perusahaan yang dipailitkan segera berakhir dengan percepatan pemberesan proses likuidasi tersebut. Eksistensi yuridis dari perusahaan yang telah dipailitkan adalah masih tetap ada eksistensi badan hukummnya. Dengan dinyatakan pailit tidak mutatis mutandis badan hukum perusahaan menjadi tidak ada. Suatu argumentasi yuridis mengenai reposisi ini setidaknya ada dua landasan, yang pertama kepailitan terhadap perusahaan tidak mesti berakhir dengan likuidasi dan pembubaran badan perusahaan. kedua adalah proses kepailitan perusahaan, maka perusahaan tersebut masih dapat melakukan transaksi hukum terhadap pihak kedua, di mana tentunya yang melakukan perbuatan hukum perusahaan tersebut adalah kurator sehingga tidak mungkin jika badan hukum perusahaan telah tiap harga pailit berada dalam keadaan insolvensi. Dengan demikian eksistensi perusahaan yang dipailitkan segera berakhir dengan percepatan pemberesan proses likuidasi tersebut. Eksistensi yuridis dari perusahaan yang telah dipailitkan adalah masih tetap ada eksistensi badan hukummnya. Dengan dinyatakan pailit tidak mutatis mutandis badan hukum perusahaan menjadi tidak ada. Suatu argumentasi yuridis mengenai reposisi ini setidaknya ada dua landasan, yang pertama kepailitan terhadap perusahaan tidak mesti berakhir dengan likuidasi dan pembubaran badan perusahaan, yang kedua adalah proses kepailitan perusahaan, maka perusahaan tersebut masih dapat melakukan transaksi hukum terhadap pihak kedua, di mana tentunya yang melakukan perbuatan hukum perusahaan tersebut adalah kurator sehingga tidak mungkin jika badan hukum perusahaan telah tiada. Perusahaan yang berada dalam keadaan likuidasi tidak boleh menjalankan bisnis baru melainkan hanya menjalankan dalam penyelesaian tugas-tugasnya dalam rangka proses pemberesan dan likuidasi tersebut dan tidak bisa melakukan kegiatan diluar tugasnya. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 119 ayat 1 UUPT yang menyatakan bahwa dalam hal perusahaan bubar, maka perusahaan tidak dapat melakukan melakukan perbuatan hukum kecuali diperlukan dalam proses insolven. 73 3. Akibat hukum pihak ketiga atas perusahaan Kepailitan mempunyai peranan untuk menyelesaikan bermacam-macam tagihan yang diajukan oleh kreditur yang masing-masing mempunyai kepentingan yang berbeda. Proses kepailitan mempunyai sasaran utama untuk mengatur pertentangan-pertentangan yang saling berkaitan diantara kelompok yang berbeda yang masing-masing mempunyai klaim atas aset-aset dan penghasilan debitur pailit. Sehingga upaya penyelesaian kewajiban pembayaran utang, hukum kepailitan dianggap sebagai ketentuan yang lebih mengutamakan kepentingan kreditur. 73 Pasal 119 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Bagi para kreditur yang tidak memegang jaminan, adanya kepailitan dapat memberikan manfaat berupa pengurangan biaya bagi para kreditur pada umumnya dalam mengajukan tagihan kepada debitur. Penagihan secara kolektif diharapkan dapat mengurangi biaya yang mungkin timbul seandainya penagihan diadakan secara individu oleh masing-masing kreditur. Kreditur preferen juga dapat merasakan manfaat yang timbul dari kepailitan. Bagi kreditur preferen, kepailitan dapat meningkatkan pengumpulan aset debitur pailit. Disamping itu kepailitan juga mempunyai dampak menguntungkan bagi kreditur terutama bagi kreditur lain yang mempunyai tagihan besar khususnya kreditur konkuren, mempunyai kekhawatiran bahwa dengan adanya kepailitan maka utang debitur pada mereka tidak dapat ditagih karena aset debitur tidak seimbang dengan jumlahnya. Berbeda dengan perbuatan hukum yang dilakukan debitur dengan pihak ketiga dalam jangka waktu lebih dari 1 tahun sebelum putusan pailit , dimana kurator pailit, maka yang wajib membuktikannya adalah kurator. Adapun akibat-akibat yuridis dari putusan pailit terhadap harta kekayaan debitur maupun harta kekayaan debitur maupun terhadap kreditur adalah sebagai berikut anatara lain: 74 a. Putusan pailit dapat dijalankan terlebih dahulu. Putusan pengadilan merupakan serta merta dan dapat dijalankan terlebih dahulu, meskipun terhadap putusan pailit dan dilakukan suatu upaya hukum lanjut. Apabila putusan pailit dibatalkan sebagai akibat adanya upaya hukum tersebut, segala perbuatan yang telah dilakukan oleh kurator 74 Pasal 25 – 31 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang sebelum atau pada tanggal kurator menerima pemberitahuan tentang putusan pembatalan tetap mengikat bagi debitur. b. Sita umum Harta kekayaan debitur yang masuk harta pailit merupakan sitaan umum public attachement, gerechtelijk beslag beserta apa yang diperoleh selama kepailitan. Dalam Pasal 21 UUK dan PKPU dijelaskan bahwa kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitur pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan. Sita umum terhadap harta kepailitan tidak memerlukan suatu tindakan khusus untuk melakukan sitaan tersebut. Dengan adanya sitaan umum tersebut, maka harta pailit dalam status dihentikan dari segala transaksi dan perbuatan hukum lainnya sampai harta pailit tersebut diurus oleh kurator. Dalam sitaan hukum perdata yang secara khusus dilakukan dengan suatu tindakan hukum tertentu. c. Kehilangan wewenang dalam harta pailit Debitur pailit demi hukum kehilangan haknya untuk mengurus dan melakukan perbuatan kepemiikan terhadap harta kekayaan yang termasuk dalam pailit. Kehilangan hak bebasnya tersebut hanya terbatas pada harta kekayaan dan tidak terhadap status pribadinya. Debitur yang dalam status pailit, tidak hilang ak-hak keperdataannya serta hak-hak selaku warga negara seperti hak politik dan hak privat lainnya. d. Perikatan setelah pailit Segala perikatan debitur yang telah mendapatkan putusan pailit tidak dapat dibayar dari harta pailit. Apabila dilanggar oleh yang pailit, maka perbuatan tidak mengikat kekayaannya tersebut, kecuali perikatan tersebut mendatangkan keuntungan terhadap harta pailit. Ketentuan ini sering sekali diselundupi dengan membuat perikatan yang di-antedateer ditanggali mundur ke belakang dan bahkan sering terjadi adanya kreditur fiktif untuk kepentingan si debitur pailit. e. Penetapan putusan pengadilan sebelumnya Pernyataan pailit juga berakibat bahwa segala penetapan pelaksanaan pengadilan terhadap setiap bagian dari kekayaan debitur yang telah dimulai sebelum kepailitan, harus diberhentikan seketika dan sejak itu tidak ada suatu putusan yang dapat dilaksanakan termasuk juga dengan menyandera debitur. Semua penyitaan yang telah dilakukan menjadi hapus dan jika diperlukan hakim pengawas harus memerintahkan pencoretannya. BAB IV TANGGUNG JAWAB INDUK PERUSAHAAN SEBAGAI PENJAMIN DALAM KEPAILITAN ANAK PERUSAHAANYA

A. Kedudukan Penjamin dalam Kepailitan