Latar Belakang Analisis Tanggung Jawab Induk Perusahaan Sebagai Penjamin Dalam Kepailitan Anak Perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara historis, istilah hukum perusahaan berasal dari hukum dagang dan merupakan hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan perusahaan. hukum dagang merupakan hukum perdata khusus yang dirancang atau diciptakan bagi kaum pedagang. Artinya, pemberlakuan hanya diperuntukkan bagi kaum pedagang saja, tidak untuk digunakan di luar pedagang. 1 Ruang lingkup hukum perusahaan ada pada hukum perdata khususnya hukum dagang dan sebagian ada pada hukum administrasi negara yang tercermin pada peraturan perundang-undangan di luar Kitab Undang-Undang Hukum Perdata selanjutnya disebut KUHPerdata dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang selanjutnya disebut KUHD. Namun, apabila dilihat dari objek usaha dan tata perniagaannya, hukum perusahaan termasuk didalam lapangan hukum perdata, khususnya bidang hukum harta kekayaan yang didalamnya terletak Hukum Dagang. Sedangkan apabila dilihat dari segi kegiatan usahanya yang bergerak di dalam kegiatan ekonomi pada umumnya, maka Hukum Perusahaan ini termasuk di dalam cakupan hukum ekonomi. 2 Perusahaan grup memiliki peran yang semakin penting dalam kegiatan usaha di Indonesia. Dalam perkembangan terkini, perusahaan grup menjadi bentuk usaha yang banyak dipilih oleh pelaku usaha di Indonesia dipengaruhi oleh 1 Mulhadi, Hukum Perusahaan Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, hlm. 1. 2 Ibid, hlm. 21. berbagai motif, antara lain melalui penciptaan nilai tambah melalui sinergi dari beberapa perusahaan, upaya perusahaan mencapai keunggulan kompetitif yang melebihi perusahaan lain, motif jangka panjang untuk mendayagunakan dana- dana yang telah dikumpulkan atau pun perintah peraturan perundang-undangan yang mendorong terbentuknya perusahaan grup. 3 Perkembangan di dunia bisnis dimana perusahaan grup menjadi salah satu pilihan bentuk usaha yang banyak dipilih oleh para pelaku usaha di Indonesia. Pada prakteknya dapat ditemui perusahaan-perusahaan berskala besar tidak lagi dijalankan melalui bentuk perusahaan tunggal tetapi dalam bentuk perusahaan grup. Berbagai bentuk perusahaan grup di Indonesia dapat dapat kita temui seperti perusahaan grup Semen Gresik, Grup Astra, Grup Bakrie, Grup Bhaktie. Namun keberadaan perusahaan grup di Indonesia ternyata belum menjadi justifikasi bagi perlunya pengakuan yuridis terhadap status perusahaan grup dengan badan hukum lainnya. Peraturan perundang-undangan hanya mengatur keterkaitan antara induk perusahan dan tidak mengatur mengenai perusahaan grup. Perusahaan grup mengacu pada realitas bisnis tergabungnya perusahaan-perusahaan untuk membentuk perusahaan grup sebagai kesatuan ekonomi. 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas selanjutnya disebut UUPT tidak lagi membuat terminologi grup yang mengacu pada perusahaan grup sebagaimana terdapat dalam Pasal 56 huruf b Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang menyatakan bahwa neraca gabungan dari perseroan yang terg abung dalam “satu grup”. UUPT 3 Sulistiowati, Perusahaan Grup di Indonesia Jakarta: Erlangga, 2010, hlm. 1. 4 Sulistiowati, Aspek Hukum dan Realitas Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia Jakarta: Erlangga, 2010, hlm. 3. lebih dititikberatkan sebagai dasar hukum perseroan, kerangka pengaturan keterkaitan induk perusahaan dan anak perusahaan yang tergabung dalam perusahaan kelompok yang masih menggunakan pendekatan perseroan tunggal. UUPT ini masih mempertahankan pengakuan yuridis terhadap status badan hukum perusahaan induk dan anak perusahaan sebagai subjek hukum mandiri sehingga secara yuridis badan hukum perusahaan induk dan anak perusahaan tetap diakui dan berhak melakukan perbuatan hukum sendiri. 5 Berbagai perbuatan hukum dalam pembentukan dan pengembangan perusahaan grup berimplikasi kepada kepemilikan induk atas saham anak perusahaan atau perseroan lain. Kepemilikan induk atas saham anak perusahaan menyebabkan induk perusahaan memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham selanjutnya disebut RUPS anak perusahaan. Selain itu induk perusahaan dapat mengangkat anggota direksi danatau dewan komisaris induk perusahaan untuk merangkap menjadi anggota direksi danatau dewan komisaris anak perusahaan sehingga menciptakan keterkaitan kepemimpinan ataupun mengalihkan kewenangan pengendalian anak perusahaan kepada perusahaan lain melalui suatu kontrak pengendalian yang mengatur tentang kepemilikan atas saham perusahaan, keterkaitan kepemimpinan pada anak perusahaan, atau kontrak pengendalian melahirkan keterkaitan antara induk dan anak-anak perusahaan. 6 5 Nita Ariyani, “Tanggung Jawab Dalam Konstruksi Perusahaan Induk Induk perusahaan dan Anak Perusahaan Dalam Perusahaan Grup ”, http:lawandbeauty.blogspot.com201307tanggung-jawab-hukum-dalam-konstruksi.html?m=1 diakses terakhir tanggal 22 Oktober 2014. 6 Emmy Pangaribuan, Perusahaan Kelompok Yogyakarta: Seri Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 1994. Tergabungnya anak perusahaan dalam konstruksi perusahaan grup tidaklah menghapuskan pengakuan yuridis terhadap status badan hukum anak perusahaan sebagai subjek hukum yang mandiri. Oleh karena itu, anak perusahaan dapat melakukan perbuatan hukum untuk anak perusahaan itu sendiri. Perbuatan hukum yang dilakukan dapat berupa perjanjian maupun pengikatan dengan pihak ketiga. 7 Kegiatan operasional dan perbuatan hukum yang dilakukan oleh anak perusahaan dapat mengalami kepailitan. Hal ini dikarenakan syarat untuk mengajukan kepailitan sangat sederhana yang tertuang dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran utang selanjutnya disebut UUK dan PKPU, yaitu: 1. Debitur mempunyai dua atau lebih kreditur 2. Tidak membayar sedikitnya satu utang jatuh waktu dan dapat ditagih. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, perlu kiranya diadakan suatu penelitian mengenai “Analisis Tanggung Jawab Induk perusahaan sebagai Penjamin dalam Kepailitan Anak Perusahaannya ”.

B. Perumusan Masalah