Tanggung Jawab Induk Perusahaan sebagai Penjamin dalam Kepailitan

C. Tanggung Jawab Induk Perusahaan sebagai Penjamin dalam Kepailitan

Anak Perusahaannya Apabila seseorang dirugikan karena perbuatan seseorang lain, sedang diantara mereka tidak terdapat suatu perjanjian hubungan hukum perjanjian, maka berdasarkan undang-undang juga timbul atau terjadi hubungan hukum antara orang tersebut yang menimbulkan kerugian itu. Hal tersebut diatur dalam Pasal 1365 KUHP bahwa tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti kerugian tersebut. Pasal 1365 KUHPerdata, maka yang dimaksud dengan perbuatan melanggar hukum adalah perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh seseorang yang karena salahnya telah menimbulkan kerugian bagi orang lain. Dalam ilmu hukum dikenal 3 kategori dari perbuatan melawan hukum, yaitu: 88 1. Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan 2. Perbuatan melawan hukum karena kesalahan 3. Perbuatan melawan hukum dengan kelalaian Metode tanggung jawab hukum adalah sebagai berikut: 89 1. Tanggung jawab dengan unsur kesalahan sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata; 2. Tanggung jawab dengan unsur khusus kelalaian sebagimana terdapat dalam Pasal 1366 KUHPerdata; 88 A. Z. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen, cetakan kedua Jakarta: Diapit Media, 2002, hlm. 77. 89 Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum, cetakan kedua Jakarta: Pradnya Paramita, 1982, hlm. 25-26. 3. Tanggung jawab mutlak sebagaimana diatur dalam Pasal 1367 KUHPerdata. Istilah perusahaan untuk pertama kalinya terdapat dalam Pasal 6 KUHD yang mengatur mengeai penyelenggaraan catatan yang wajib dilakukan oleh setiap orang yang menjalankan perusahaan. Meskipun demikian, KUHD tidak memuat penafsiran otentik mengenai arti perusahaan. Mengenai defenisi perusahaan dapat kia temukan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan. Menurut Pasal 1 huruf B, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan atau laba. Kepailitan anak perusahaan dimana induk perusahaan tidak ikut mengikatkan diri sebagai penjamin, maka akibat kepailitan itu sendiri hanya berdampak kepada anak perusahaan. Seperti yang kita ketahui, anak perusahaan juga merupakan perusahaan yang mandiri dan memiliki status hukum tersendiri dan dalam melakukan perbuatan hukum sebagai subjek hukum. Pasal 1820 KUHPerdata menentukan bahwa: “Penjaminan adalah suatu perjanjianpersetujuan dengan mana seorang pihak ketiga guna kepentingan si perberpiutang mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si berutang manakala orang itu sendiri tidak memenuhinya. Perjanjian pemberian jaminan ini adalah bersifat sukarela dan asesor accesoir. Dikatakan bersifat sukarela karena dalam hal ini pihak ketiga secara sukarela bersedia mengikatkan dirinya untuk memberikan jaminan bahwa ia akan membayar utangnya kepada kreditur, bahkan dapat dilakukan tanpa sepengetahuan debitur Pasal 1832 KUHPerdata. Bersifat asesor artinya bahwa perjanjian penjaminan utang tidak akan ada tanpa adanya suatu perjanjian pokok Pasal 1821 KUHPerdata. Penjaminan juga tidak dapat dilakukan melebihi kewajiban debitur sebagaimana yang tercantum dalam perjanjian pokok Pasal 1822 KUHPerdata. Seorang penjamin memiliki hak-hak istimewa antara lain: 90 1. Hak agar kreditur menuntut lebih dahulu, sebagaimana dimuat dalam Pasal 1831 KUHperdata. Hak istimewa ini memungkinkan bahwa kekeayaan penjamin hanya merupakan cadangan untuk menutup sisa utang yang tidak dapat ditutup dengan kekayaan debitur. Kewajiban penjamin hanya sebatas kekurangan yang tidak dapat dilunasi debitur. Dalam Pasal 1831 KUHPerdata menentukan bahwa: “penjamin tidak diwajibkan membayar kepada kreditur kecuali jika debitur lalai, sedangkan benda-benda debitur ini harus terlebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya. Namun dalam hal ini penjamin tidak dapat menggunakan hak istimewanya bila ia telah melepaskan hak istimewanya. 2. Hak untuk meminta pemecahan utang, sebagaimana dimuat dalam Pasal 1837 KUHPerdata. Hak istimewa ini hanya penting apabila terdapat lebih dari satu penjamin, makalazimnya para penjamin diminta untuk melepaskan hak istimewanya tersebut sehingga dalam hal ini berlakulah ketentuan Pasal 1836 KUHPerdata yang mengatur bahwa masing-masing Penjaminan terikat untuk seluruh utang yang mereka jamin. 90 Sunarmi, Op.Cit., hlm. 198. 3. Hak untuk dibebaskan dari penjaminan bilamana karena salahnya kreditur, si penjamin tidak dapat menggantikan hak-haknya HipotikHak Tanggungan dan hak-hak istimewanya yang dimiliki kreditur Pasal 1848 dan 1849 KUHPerdata. Penjamin tidak dapat menuntut supaya barang debitur disita terlebih dahulu dan dijual untuk melunasi utangnya jika penanggung telah melepaskan Hak istimewanya yang diatur dalam Pasal 1831 KUHPerdata. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1832 KUHPerdata yang menentukan bahwa penjamin tidak dapat menuntut supaya benda-benda debitur lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya: 1. Apabila penjamin telah melepaskan hak istimewanya untuk menuntut supaya benda-benda debitur lebih dahulu disita dan dijual; 2. Apabila penjamin telah mengikatkan dirinya bersama-sama dengan debitur utama secara tanggung menanggung dalam hal mana akibat-akibat perikatannya diatur menurut asas-asas yang ditetapkan untuk utang-utangnya secara tanggung renteng; 3. Jika debitur dapat memajukan suatu tangkisan yang hanya mengenai dirinya sendiri secara pribadi; 4. Jika debitur berada dalam keadaan pailit 5. Dalam hal penjaminan yang diperintahkan oleh Hakim. Penjamin melepaskan hak istimewa yang dimiliki olehnya berdasarkan Pasal 1831 KUHPerdata dapat aja dimintakan kepailitannya. Sebab, dengan melepaskan hak-hak istimewanya yang dimiliki penjamin itu sebenarnya sama saja kedudukannya dengan seorang debitur, sekalipun secara formal ia tetap dinamakan penjamin. 91 Permohonan pailit terhadap debitur dan terhadap penjamin dapat dilakukan pada waktu yang sama dan masing-masing debitur dan penjamin dapat dituntut untuk membayar 100 utangnya apabila penjamin mengesampingkan Pasal-Pasal 1831, 1833, 1837, 1847 sampai dengan Pasal 1849 KUHPerdata dalam perjanjian pertanggungan. 92 Mengenai tanggung jawab penjamin dapat dilihat dalam Pasal 149 UUK dan PKPU yang menyatakan bahwa walaupun sudah ada perdamaian, para kreditur tetap mempunyai hak terhadap para penanggung. Dalam Pasal ini juga dikatakan hak yang dapat dilakukan terhadap barang-barang pihak ketiga tetap ada pada para kerditur seolah-olah tidak terjadi perdamaian. Dengan kata lain, terjadinya perdamaian antara kreditur dan debitur tidak menghapus tanggung jawab penanggung. 93 Dalam Pasal 141 UUK dan PKPU tanggung jawab penjamin juga terlihat pada ayat 2 yang menyatakan: “Penanggung berhak mengajukan pencocokan sebesar bayaran yang telah dilakukan kepada kreditur”. Perjanjian pemberian jaminan adalah perjanjian accesoir. Hal ini berarti bahwa dalam hal perjanjian pokoknya dinilai batal, maka pemberian jaminan ini akan ikut batal, meskipun memuat klausula bahwa penjamin melepaskan hak istimewanya. Dalam prakteknya, untuk mencegah agar perjanjian pemberian 91 Ibid., hlm. 199. 92 Ibid. 93 Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit, Suatu Tinjauan Yuridis Jakarta:Djambanan ,1995, hlm. 56. jaminan tidak batal disebabkan batalnya perjanjian pokok, maka perjanjian pemberian jaminan itu selalu dikumulasikan dengan pemberian indemnity ex Pasal 1316 KUHPerdata. Pemberian indemnity ex Pasal 1316 KUHPerdata adalah perjanjian pokok yang berdiri sendiri disamping perjanjian utang piutangnya, sehingga bila perjanjian utang piutang itu batal, maka pemberian indemnity ex ini tidak akan ikut menjadi batal, sehingga hal ini berarti posisi kreditur menjadi kuat. 94 Bila kreditur ingin mengajukan kepailitan terhadap seorang penjamin, maka kreditur harus membuktikan: 95 1. Surat perjanjian kredit perjanjian utang antara debitur utama dengan kreditur pemohon pailit; 2. Surat perjanjian penanggungan dalam mana penjamin melepaskan hak-hak istimewanya dan mengikatkan dirimenyatakan diri bertanggungjawab renteng dengan debitur utama; 3. Penjamin termohon pailit mempunyai utang pada kreditur lain, sehingga terbukti ada 2 kreditur; 4. Salah satu dari utang tersebut telah jatuh waktu yaitu utang debitur utama dan telah dapat ditagih tetapi penjamin sebagai pihak yang bertanggungjawab renteng dengan debitur utama terhadap utang tersebut, tetapi tidak membayar. Berdasarkan uraian di atas dapat dimengerti bahwa apabila anak perusahaan pailit dan induk perusahaan sebagai penjamin, maka induk perusahaan bertanggung jawab sesuai dengan perjanjian asesoir yang dibuat sebelumnya dan 94 Sunarmi, Op.Cit., hlm. 96. 95 Ibid., hlm. 201. menggunakan hak istimewanya. Apabila penjamin melepaskan hak istimewanya atau wanprestasi dengan tidak melaksanakan kewajibannya sebagai penjamin, maka penjamin dapat juga diajukan kepailitannya. BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan