Sebab-sebab Kehancuran Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyyah
pada kekuatan sendiri, fanatik mazhab, kemorosotan ekonomi, dan lain-lain, menjadi sebab runtuhnya kekuasaan tersebut.
41
Gambaran singkat di atas hanya sebagai pengantar kepada ide khilāfah
yang didambakan izb al-Ta
ḥrīr Indonesia. Uraian tersebut di atas juga menunjukkan betapa mencekamnya perebutan kekuasaan dalam Islam setelah
Nabi Muhammad meninggal dunia.
E. Periode Khilāfah Manakah yang Ingin Dicontoh izb al-Ta rīr Indonesia?
Perlu diketahui bahwa khilāfah pemerintahan yang muncul setelah
wafatnya Nabi, tidak mengambil bentuk kerajaan, tetapi lebih dekat menyerupai sistem republik, dalam arti kepala negara dipilih dan tidak mempunyai sifat turun-
temurun. Sebagaimana diketahui bahwa khalīfah pertama, Abū Bakr, tidak
mempunyai hubungan darah dengan Nabi, demikian juga „Umar tidak mempunyai hubungan darah dengan Abū Bakr, „Utsmān tidak mempunyai hubungan darah
dengan„Umar, dan „Alī tidak mempunyai hubungan darah dengan „Utsmān ketika menerima kekuasaan.
42
Namun demikian, bagi izb al-Ta
ḥrīr, sejak masa Nabi sampai Turki Usmani, merupakan periode
khilāfah, sementara khilāfah sendiri adalah teori negara yang sesuai dengan Islam, dan penerapan Islam yang sempurna telah
dimulai sejak masa Nabi hingga tahun 1918 M, sebelum penjajah menguasai negeri-negeri Muslim.
43
41
Dedi Supriadi, Sejarah Peradaban Islam, h. 139-140.
42
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, h. 91.
43
Ainur Rafiq al-Amin, Membongkar Proyek Khilāfah Ala izb al-Ta rīr di Indonesia,
Yogyakarta: LKiS, 2012, h. 138.
Menurut Ainur Rafiq al-Amin, klaim seperti ini sebenarnya tidak mempunyai dasar yang kuat sebab yang masih menjadi pertanyaan besar adalah
apakah khilāfah dalam perjalanan sejarah Islam selalu satu arah? Apakah khilāfah
berkelanjutan selama berabad-abad lamanya? Apakah setiap pemimpin pasca Nabi hingga tahun 1924 M selalu menyebut dirinya sebagai
khalīfah?
44
Secara historis, dapat dibenarkan bahwa Islam pada masa Khulafā al-
Rāsyidīn hingga masa awal Bani Abbasiyyah masih berada dalam kesatuan. Artinya hanya ada satu kesatuan
khilāfah yang berkuasa. Namun sejak munculnya kekuasaan Bani Umayyah di Spanyol,
khilāfah tidak lagi mempunyai satu kesatuan, tetapi menunjukkan banyak wajah, bahkan itu merupakan bentuk
penentangan terhadap Bani Abbasiyyah yang pada saat itu berkuasa. Bahkan di Spanyol terdapat banyak dinasti yang biasa disebut
mulūk atau ṭawāif. Dinasti semacam ini, selain mempunyai kekuasan kecil, juga masa kekuasaannya tidak
lama.
45
Demikian juga keberlanjutan khilāfah dalam Islam masih menjadi
perdebatan. Memang benar dalam dunia Islam, dinasti selalu ada. Namun jika berpijak pada konsep
khilāfah izb al-Taḥrīr, maka konsekuensi logisnya adalah model pemerintahan seperti itu sudah tidak ada lagi dalam dunia Islam semenjak
masa Bani Abbasiyyah. Dalam sejarah, tidak terhitung banyaknya negara Islam yang muncul, baik yang benar-benar baru maupun negara hasil penaklukan, atau
hasil pembaiatan yang tidak sah karena sebelumnya telah ada khilāfah. Realitas
44
Ainur Rafiq al-Amin, Membongkar Proyek Khilāfah, h. 138-139.
45
Ainur Rafiq al-Amin, Membongkar Proyek Khilāfah, h. 139-140.
ini bisa kita lihat pada penegakan Bani Abbasiyyah yang merupakan hasil penakluknnya terhadap Bani Umayyah.
46
Sisi lain yang juga tidak dapat dipungkiri dari realitas perjalanan khilāfah
dalam Islam adalah pertumpahan darah, kelicikan, pembunuhan dan sebagainya, yang terjadi sejak paruh akhir pemerintahan
„Utsmān dan seterusnya.
47
Di samping itu, dalam perkembangan pemerintahan Islam selanjutnya, beberapa pemimpin yang berkuasa mengaggap diri mereka sebagai
khalīfah. Namun apakah penggunaan gelar itu konsisten, atau adakah yang tidak
menggunakan gelar khalīfah? Dalam kenyataannya tidak semua pemimpin dinasti
dalam sejarah Islam menggunakan gelar khalīfah atau memakai nama khilāfah
dalam sistem pemerintahannya. Misalnya dinasti Rasulids di Yaman yang berkuasa sekitar 625-858 H 1229-1454 M, pemimpinnya menggunakan gelar al-
Malik. Gelar demikian juga digunakan oleh para khan keturunan Jochi yang memimpin di Rusia Selatan dan Siberia Barat sekitar 623-907 H 1226-1502 M.
Jadi dalam sejarah, panggung politik Islam tidak hanya dikuasai oleh negara yang menyebut dirinya
khilāfah.
48
Melihat gambaran singkat di atas, bisa dipertanyakan bahwa konsep khilāfah yang mengambil bentuk mana dan periode siapa yang ingin diusung izb
al-Ta ḥrīr? Sementara kita melihat panggung politik Islam setelah Nabi, penuh
dengan promlematika yang berbau pemberontakan, perselisihan, perebutan kekuasaan, tipu muslihat, pembunuhan, peperangan, pertumpahan darah, dan
lainnya. Apakah tujuan izb al-Ta ḥrīr mendirikan kembali khilāfah tidak melalui
pertimbangan yang matang? Namun demikian mereka tetap ngotot menegakkan
46
Ainur Rafiq al-Amin, Membongkar Proyek Khilāfah, h. 141.
47
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, h. 92.
48
Ainur Rafiq al-Amin, Membongkar Proyek Khilāfah, h. 142-143.
kembali khilāfah dan menjadikan Indonesia sebagai titik sentral penegakannya.
Bisa saja mereka mengacu pada masa kejayaan Islam awal, namun masalah- masalah yang muncul selanjutnya dalam
khilāfah tidak dapat dibaikan begitu saja dan kerap menjadi pertanyaan besar, bahkan menjadi hambatan terberat bagi
mereka untuk mewujudkan cita-citanya itu. Bagaimana konsep
khilāfah yang didambakan izb al-Taḥrīr? Hal ini termuat dalam manifesto dan buku-buku acuan mereka. Sebagaimana akan
dijelaskan pada bab selanjutnya.