Gejolak Politik pada Masa Bani Umayyah

Baghdad, lalu kemudian diadili dan dijatuhi hukuman mati. Dalam upaya mempertahankan kekuasaan, Bani Abbas menggunakan kekerasan. 34 Dalam soal pemerintahan, al-Mansur mengusung tradisi baru dengan mengangkat wazir yang membawahi kepala departemen. Ia menunjuk Khalid Ibn Barmak yang berasal dari Balkh Persia, untuk menjadi wazir. 35 Pada perkembangan selanjutnya, para pengganti al-Mansur mulai mengembangkan kekuasaanya bukan hanya terbatas dalam satu bidang, tapi dalam berbagai bidang. Al-Mahdi misalnya telah meningkatkan kejayaan negara melalui bidang ekonomi, pertanian, pertambangan, dan transit perdagangan antara timur dan Barat. Di zaman al-Rasyid, hidup dalam kemwahan menjadi lambang dari kehidupan Dinasti Bani Abbasiyyah. Namun demikian ia tetap peduli dengan keadaan sosial, seperti membangun lembaga pendidikan dan kesehatan. Demikian juga di masa-masa selanjutnya, mulai dari al-M a’mun, al-Mu’tasim, dan lain- lain. 36 Hal terpenting yang terlihat dari masa ini adalah bahwa Islam memasuki babak ketiga dalam drama politik yang sangat besar, dan Irak menjadi panggung drama tersebut. Bahkan dalam khotbah penobatan pemimpin pertama Bani Abbasiyyah, ia menyebut dirinya sebagai al-saffi, yang berarti penumpah darah. Ini menunjukkan keadaan yang sangat buruk pada masa itu sebab mereka menunjukkan betapa pentingnya kekuatan dalam mempertahankan pemerintahan 34 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, h. 62. 35 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, h. 63. 36 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, h. 63-64. dibanding apapun. Bahkan untuk pertama kalinya dalam sejarah Islam, di sisi singgasana khalīfah digelar karpet untuk kepentingan eksekusi. 37 Demikian gambaran betapa mencekamnya keadaan politik pada masa itu, di mulai dari paruh akhir pemerintahan „Utsmān, sampai pada Bani Abbasyah, dan bahkan demikian seterusnya sampai ke masa Daulah Usmani di Turki, yang kemudian digulingkan oleh Mustafa Kemal menjadi sistem republik.

D. Sebab-sebab Kehancuran Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyyah

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kehancuran Bani Umayyah, sebagai berikut: 1. Sistem pergantian khalīfah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di antara anggota keluarga istana. 2. Latar belakang berdirinya Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik- konflik politik yang terjadi di masa ʻAlī. Sisa-sisa pendukung ʻAlī dan Khawarij terus menjadi oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara sembunyi seperti di masa pertengahan Bani Umayyah. Penumpasan gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah. 3. Di masa Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabiah Utara Bani Qays dan Arabia Selatan Bani Kalb yang telah ada dari awal, semakin mencapai puncak klimaks. Pertentangan ini mengakibatkan para penguasa 37 Dedi Supriadi, Sejarah Peradaban Islam, h. 128. Bani Umayyah kesulitan dalam menggalang persatuan dan kesatuan. Di samping itu, sebagian besar golongan Mawali non-Arab, seperti di Irak dan wilayah bagian Timur lainnya, merasa tidak puas karena menganggap diri dianaktirikan oleh Bani Umayyah. 4. Sikap hidup mewah di lingkungan istana yang menyebabkan anak-anak khalīfah tidak sanggup memikul beban berat tatkala dilimpahkan kekuasaan. Di samping itu, golongan agama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat minim. 5. Penyebab langsung tergulingnya Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh al- Abbas Ibn „Abd al-Muṭālib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan gol ongan Syiʻah, serta kaum Mawali yang merasa dikelasduakan oleh pemerintahan Bani Umayyah. 38 Berikut beberapa faktor yang menyebabkan hancurnya kekuasaan Bani Abbasiyyah: 1. Kemewahan hidup dikalangan penguasa bahkan cenderung mencolok. Setiap khalīfah yang berkuasa cenderung ingin hidup lebih mewah dari pendahulunya. Kondisi ini memberi peluang bagi tentara profesional Turki untuk mengambil alih pemerintahan. 2. Perebutan kekuasaan di antara keluarga Banni Abbasiyyah. Perebutan kekuasaan ini berlangsung sejak al- Ma’mun dan al-Amin. Setelah al- Matawakkil wafat, pergantian khalīfah terjadi secara tidak wajar. Dari dua belas khalīfah yang memimpin pada priode kedua Bani Abbasiyyah, hanya 38 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, h 48-49.