izb al-Ta rīr Indonesia dan Upaya Menegakkan Kembali Khilāfah

secara militer. Metode seperti ini dianggap keliru, sebab tidak sejalan dengan metode Nabi ketika mengganti sistem kufur dengan sistem Islam. 53 Ketiga, fatalisme, yakni pemahaman yang berangkat dari pemaknaan hadis-hadis yang menceritakan bahwa umat Islam di akhir zaman akan berjaya. Pemaknaan seperti ini justru akan menimbulkan pola pikir bahwa k hilāfah tidak perlu kita perjuangkan karena Allah sendiri yang akan mewujudkannya. Sedangkan di sisi lain, al- Qur’an dan al-Sunnah justru memerintahkan umat Islam untuk melakukan perubahan. Oleh karenanya, berdiam diri atau bersikap pasif merupakan kekeliruan yang besar. 54 Keempat, individualisme, yaitu pemahahaman yang menekankan kepada manusia untuk mengubah dan memerbaiki diri secara pribadi adalah hal yang lebih utama. Pemahaman ini pada akhirnya akan menyebabkan perubahan sistem politik yang radikal. Bahaya lain dari pemikiran ini adalah bahwa orang akan merasa cukup dengan menjalankan beberapa saja dari aturan Islam. Sementara Islam sendiri memerintahkan manusia untuk melakukan amr maʻrūf nahī munkar. Bahkan lebih dari itu, dalam upaya memperjuangkan sebuah perubahan, sikap individualisme harus dikesampingkan. 55 Terjadinya kesalahan-kesalahan dalam upaya menegakkan kembali k hilāfah juga disebabkan oleh lemahnya pemahaman Muslim terhadap Islam dan buruknya penerapan Islam dalam kehidupan. Khilāfah harus berdiri di atas pemahaman Islam yang benar. Salah satu hal yang dapat menjaga kelangsungan 53 Ainur Rafiq al-Amin, Membongkar Proyek Khilāfah, h. 40-42 54 Ainur Rafiq al-Amin, Membongkar Proyek Khilāfah, h. 42 55 Ainur Rafiq al-Amin, Membongkar Proyek Khilāfah, h. 42. negara adalah konsistensi untuk memahami Islam dan menerapkannya di dalam negeri dengan benar. 56 Rintangan dan permasalahan yang muncul dalam upaya menegakkan kembali Khilāfah Islāmiyyah, tidak berhenti sampai di situ saja, tetapi terus berlanjut hingga saat ini. Ketika penjajah kafir menduduki wilayah kekuasaan Muslim, mereka menetapkan sistem kekuasaannya dengan menggunakan rumusan sistem hukum mereka sendiri sebagai landasan. Penjajahan negeri-negeri Muslim oleh kolonial kafir, menjadi benih-benih awal lenyapnya sistem k hilāfah dalam Islam. Bahkan sekitar tahun 1918 M, mereka berhasil menduduki negeri-negeri Muslim dan mulai melancarkan makar mereka dengan tujuan melenyapkan Khilāfah Islāmiyyah terakhir, yakni Turki Utsmani yang masih berkuasa pada saat itu. Terbukti pada tahun 1924 M, Musthafa Kemal berhasil menggulingkan sistem k hilāfah dan menggantinya dengan sistem Republik Demokrasi Turki. Ia menggusur habis sistem Khilāfah Islāmiyyah bahkan menumpas angan-angan untuk mendirikannya kembali. 57 Dampak dari ide yang yang disusupi oleh penjajah kolonial kafir serta tindakan yang dilakukan Musthafa Kemal, masih membekas hingga saat ini. Hal itu semakin kuat dengan diiringi munculnya ide nasionalisme dan kebangsaan yang kian melekat di dalam benak umat Islam. Tak hanya semangat nasionalisme yang ditanamkan di dalam benak umat, paham sekularisme juga demikian merebak. Di tahun yang sama, ketika Mustafa Kemal menggulingkan k hilāfah, Mesir disusupi oleh ide-ide untuk memisahkan negara dengan agama, sehingga 56 Taqī al-Dīn al-Nabhānī, Daulah Islam, h. 239. 57 Taqī al-Dīn al-Nabhānī, Daulah Islam, h. 301-302. banyak ulama-ulamanya terserang virus yang disebarkan kolonial kafir, menulis karangan-karangan yang berisi seruan untuk memisahkan negara dengan agama. 58 Pada tahun itu dan seterusnya hingga saat ini, pen. terjadi perdebatan di kalangan Islam tentang apakah Pan-Arabisme atau Pan-Islamisme yang lebih layak dan banyak memberi kemungkinan? Perdebatan semacam ini terus bergulir dalam Islam. Sementara bagi kaum penjajah kafir, ini memberi keuntungan bagi mereka agar umat Islam semakin jauh dari opini penegakan Khilāfah Islāmiyyah. Atas dasar ini, kaum penjajah terus mengalihkan isu sehingga angan-angan mendirikan k hilāfah terkubur oleh perdebatan yang tiada ujung pangkalnya. Ini adalah awal dari perang pemikiran yang hebat, umat Islam dipecah belah oleh ideologi kafir kolonial. Ide nasionalisme terus berkembang dan menyebabkan negeri-negeri Islam satu per satu melepaskan diri dari sentral pemerintahan yang dipegang oleh Daulah Utsmani pada saat itu. 59 Tak cukup sampai di situ, para penjajah juga menyebarkan isu dan paham yang sesat tentang pemerintahan dalam Islam, tentang Islam sendiri, dan sistem k hilāfah yang dinyatakan sebagai sistem kepausan dan manifestasi dari pemerintahan kependetaan. Dengan penyebaran paham ini, umat Islam kemudian merasa malu untuk menyebut bahkan mengenang k hilāfah, serta menganggap jumud orang-orang yang berusaha menegakkannya kembali. Bahkan di kalangan umat Islam sering dijumpai paham umum yang menyatakan bahwa persoalan k hilāfah adalah persoalan terbelakang dan kuno yang tidak mungkin keluar dari pemikiran orang yang berbudaya. 60 58 Taqī al-Dīn al-Nabhānī, Daulah Islam, h. 302 59 Taqī al-Dīn al-Nabhānī, Daulah Islam, h. 302-302. 60 Taqī al-Dīn al-Nabhānī, Daulah Islam, h. 303.