demokrasi, patriotisme, sosialisme, kapitalisme, dan lain-lain. izb al-Ta
ḥrīr menentang paham-paham demikian tanpa adanya kompromi ataupun penyesuaian
diri. Dalam perjuangannya, izb al-Ta
ḥrīr sebisa mungkin menjauhi aktifitas kekerasan, seperti bentrokan, mengadu kekuatan fisik, dan lainnya.
10
Dalam mengemban dakwah, izb al-Ta
ḥrīr tidak hanya menyerukan ideologinya kepada masyarakat umum, tetapi juga kepada orang-orang yang
mempunyai peran politik yang berpengaruh hebat. Bagi izb al-Ta
ḥrīr, orang yang mempunyai peran politik harus melawan segala bentuk penjajahan, baik
berupa pemikiran atau yang lainnya, dan memberikan dukungan kepada izb al- Ta
ḥrīr untuk menegakkan kekuasaan Islam. Dengan demikian, keberadaan izb al-Ta
ḥrīr bisa menjadi representasi bagi umat Islam dalam memperjuangkan kehidupan Islam yang sesungguhnya.
11
Karena perjuangan yang gigih ini, tidak sedikit negara-negara kafir yang menentang izb al-Ta
ḥrīr, bahkan terus meminta para penguasa tiran di negeri- negeri Muslim untuk menghentikan dan memberantas segala aktivitas perjuangan
yang dilakukan izb al-Ta
ḥrīr. Penguasa-penguasa tiran tersebut kemudian mengabulkan permintaan negara-negara kafir yang mempunyai tujuan buruk,
dengan menyebarkan fitnah, penganiayaan, penangkapan, dan pemboikotan. Hal ini terjadi di berbagai negara, seperti Irak, Suriah, Libya, dan negara-negara lain.
Bahkan di negara seperti Rusia dan Uzbekistan, sejumlah anggota izb al-Ta ḥrīr
dibunuh.
12
Di tengah berbagai persoalan yang dihadapi dalam perjuangan, izb al- Ta
ḥrīr tetap konsisten, sabar, dan ikhlas. Terbukti dengan melihat perkembangan
10
izb al-Ta ḥrīr Indonesia, Manifesto izb al-Ta rīr Untuk Indonesia, h. 68-69.
11
izb al-Ta ḥrīr Indonesia, Manifesto izb al-Ta rīr Untuk Indonesia, h. 69-70.
12
izb al-Ta ḥrīr Indonesia, Manifesto izb al-Ta rīr Untuk Indonesia, h. 70.
pesat yang dialami oleh izb al-Ta
ḥrīr, terutama ketika berada dalam kepemimpinan Abdul Qadim Zallum. Di tangan beliau,
izb al-Ta ḥrīr
mempunyai ribuan anggota pengemban pemikirannya, sedangkan jutaan orang lainnya menjadi pendukungnya. Di bawah pimpinan
amīr kedua ini, izb al- Ta
ḥrīr telah berkembang di lebih dari 40 negara, dan menjadi partai terbesar di dunia yang memperjuangkan tegaknya k
hilāfah. Akhir-akhir ini izb al-Taḥrīr semakin mendapat tempat di hati umat, terutama setelah mengadakan konferensi
terbesar sepanjang sejarah tentang penegakan k hilāfah di Indonesia pada 2007 M.
Terdapat sekitar 100.000 orang yang hadir dan jutaan lainnya mengarahkan fokusnya pada konferensi yang diselenggarakan tersebut
13
Ada beberapa faktor yang menyebabkan pesatnya perkembangan izb al- Ta
ḥrīr, di antaranya: Pertama, izb al-Taḥrīr berdiri di atas fikrah pemikiran yang mempunyai batasan yang jelas, sehingga tidak ada kekaburan atau
pembiasan di dalamnya. Bahkan lebih dari itu, izb al-Ta ḥrīr mempunyai fikrah
yang cemerlang, jernih, dan murni. Hal ini sekaligus membedakan izb al-Ta ḥrīr
dari gerakan-gerakan lain yang memiliki berbagai promlematika di dalamnya. Bahkan bagi izb al-Ta
ḥrīr, gerakan-gerakan lain itu berdiri di atas fikrah yang masih umum tanpa batasan yang jelas, tidak cemerlang, tidak jernih, dan tidak
murni. Kedua, izb al-Ta
ḥrīr memiliki tharīqah metode yang khas untuk penerapan fikrahnya. Dalam menerapkan fikrah-nya, izb al-Ta
ḥrīr menunjukkan kesiapan yang maksimal, sehingga tidak ada kontradiksi di dalam gerakan.
Mungkin inilah yang menyebabkan izb al-Ta
ḥrīr banyak digandrungi oleh berbagai kalangan masyarakat. Metode yang diterapkan
izb al-Ta ḥrīr sangat
13
izb al-Ta ḥrīr Indonesia, Manifesto izb al-Ta rīr Untuk Indonesia, h. 71-72.
jelas tanpa diliputi kekaburan dan ketidakjelasan. Berbeda dengan gerakan- gerakan lain yang bergerak dengan banyak diliputi kekaburan dan ketidakjelasan,
bahkan mesin penggerak perjuangannya belum sepenuhnya punya kesadaran yang benar, hanya mempunyai keinginan dan semangat belaka.
14
Segala aktivitas izb al-Ta ḥrīr adalah demi mewujudkan ideologi mereka
dalam upaya menegakkan Khilāfah Islamiyyah. Bagi izb al-Taḥrīr, ideologi
merupakan harga mati. Karenanya ideologi itu tidak dapat ditawar-tawar. Atas dasar ini, izb al-Ta
ḥrīr terhitung sebagai partai yang ideologinya berat, bahkan tidak ada bedanya dengan gerakan-gerakan lain.
15
B. izb al-Ta rīr Indonesia dan Kiprah Gerakannya
Mengenai masuknya izb al-Ta
ḥrīr ke Indonesia, tidak diperoleh keterangan yang pasti. Gerakan ini diperkirakan masuk ke Indonesia pada era
1980-an ketika marak-maraknya gerakan Islam.
16
Namun demikian ada pula pendapat yang menyatakan bahwa datangnya izb al-Ta
ḥrīr ke Indonesia terjadi melalui proses transmisi ide. Pada awalnya, transmisi ide ini terjadi melalui
kontak antara salah seorang tokoh aktivis izb al-Ta ḥrīr, yakni ʽAbd al-Raḥmān
al- Baghdādī yang berasal dari Libanon, dengan ʽAbdullah ibn Nūḥ, seorang
peimpinan pesantren al- Ghāzālī, Bogor Jawa Barat. Kontak ini terjadi pada Tahun
80-an ketika Ibnu Nūḥ mengunjungi anaknya yang sedang kuliah di Sydney,
14
Taqī al-Dīn al-Nabhānī, Pembentukan Partai Politik Islam, terj. Zakaria dkk., cet. ke-6 Jakarta: izb al-Ta
ḥrīr Indonesia, 2013, h. 5-6.
15
Jajang Jahroni dan Jamhari, Gerakan Salafi Radikal di Indonesia, h. 180.
16
Jajang Jahroni dan Jamhari, Gerakan Salafi Radikal di Indonesia, h. 169.
Australia. Kedua tokoh ini mempunyai peran besar dalam penyebaran awal ide- ide izb al-Ta
ḥrīr di Indonesia.
17
Dari pertemuan itu, Ibnu Nūḥ terkesan dengan pengetahuan Islam yang
dimiliki oleh al- Baghdādī. Karenanya, ia mengundang al-Baghdādī ke Indonesia,
tepatnya ke Bogor Jawa Barat untuk membantunya mengembangkan pesantrennya. Melalui pesantren inilah kemudian al-
Baghdādī mulai menyebarkan ide-ide
izb al-Ta ḥrīr di Indonesia. Pada tahun 1982, al-Baghdādī tiba di
Indonesia dan menyebarkan ajaran izb al-Ta ḥrīr melalui pesantren Ibnu Nūḥ.
Sasaran pertama dakwahnya adalah para akademisi kampus, utamanya aktivis mahasiswa Muslim di masjid kampus Institut Pertanian Bogor IPB dan Institut
Teknologi Bandung ITB. Semua aktivitas dan kesempatan awal tersebut ia manfaatkan untuk mengenalkan ide-ide izb al-Ta
ḥrīr kepada mahasiswa.
18
Setelah melihat mahasiswa cukup antusias dan mulai tertarik dengan ide- ide
izb al-Ta ḥrīr, al-Baghdādī dan Ibnu Nūḥ selanjutnya mengorganisir
rekrutmen dan pendidikan secara sistematis melalui training dan halaqah. Basis utama rekrutmen dan pergerakan
izb al-Ta ḥrīr Indonesia pada awal
perkembangannya adalah masjid IPB. Dari situ kemudian izb al-Ta
ḥrīr Indonesia menyebarkan gagasannya ke berbagai kampus-kampus umum di Jawa
dan Jakarta, serta ke Sulawesi dan Sumatra melalui Lembaga Dakwah Kampus LDK yang pembentukannya diinisiasi oleh
izb al-Ta ḥrīr Indonesia. Namun
demikian pada awal pergerakannya, al- Baghdādī dan Ibnu Nūḥ tidak memakai
17
Ahmad Syafi’i Mufid, ed., Perkembangan Paham Keagamaan Transnasional di Indonesia, Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2011, h. 17.
18
Ahmad Syafi’i Mufid, ed., Perkembangan Paham Keagamaan, h. 17-18.
nama izb al-Ta
ḥrīr karena mengingat adanya kecurigaan negara terhadap ekspresi politik Islam pada masa awal Orde Baru.
19
Akibat adanya tekanan negara terhadap ekspresi politik Islam dan aktivisme mahasiswa pada masa Orde Baru,
izb al-Ta ḥrīr Indonesia bergerak
secara sembunyi-sembunyi.
20
Meskipun negara tidak pernah melepaskan pengawasannya terhadap aktivitas gerakan Islam, menurut Ismail Yusanto,
gerakan izb al-Ta
ḥrīr tidak pernah terlacak oleh pemerintah. Salah satu penyebabnya adalah bahwa para aktivis izb al-Ta
ḥrīr selalu menekankan hidup low-profile dalam kehidupan sosial masyarakat. Pengalaman pahit yang dialami
oleh para aktivis izb al-Ta
ḥrīr di beberapa negara Timur Tengah, dijadikan pelajaran berharga oleh
izb al-Ta ḥrīr di Indonesia. Menurut Ismail Yusanto,
ketika masih berada di Timur Tengah, para seniornya bahkan mengubur buku- buku izb al-Ta
ḥrīr agar tidak terlacak oleh aparat keamanan. Oleh karena itu, pada awal perkembangannya, izb al-Ta
ḥrīr berusaha menghindari publikasi. Hal ini menyebabkan banyak anggota izb al-Ta
ḥrīr yang tidak mengenal pemimpin mereka yang sebenarnya.
21
Pada masa Soeharto, izb al-Ta
ḥrīr hanya melakukan aktivitas yang berkaitan dengan pembinaan anggota dan kaderisasi. Tahap ini bisa dikatakan
sebagai tahap tatsqīf izb al-Taḥrīr di Indonesia. izb al-Taḥrīr Indonesia
bergerak sebagai organisasi bawah tanah yang dipimpin oleh Ibnu Nūḥ hingga
masa wafatnya pada tahun 1987 M, lalu digantikan oleh Mu ḥammad al-Khaṭṭaṭ,
dan selanjutnya oleh Hāfiẓ „Abd al-Raḥmān. Pada masa awal, izb al-Taḥrīr Indonesia maupun gerakan Islam lainnya dibangun lewat LDK. Hal ini mengingat
19
Ahmad Syafi’i Mufid, ed., Perkembangan Paham Keagamaan, h. 18.
20
Ahmad Syafi’i Mufid, ed., Perkembangan Paham Keagamaan, 18.
21
Jajang Jahroni dan Jamhari, Gerakan Salafi Radikal di Indonesia, h. 174.
bahwa izb al-Ta
ḥrīr datang ke Indonesia beriringan dengan gerakan Islam lainnya, seperti gerakan Tarbiyyah,
Jamāʽah al-Tablīgh, dan kelompok Salafi. Awalnya tidak ada perbedaan antara gerakan-gerakan tersebut dalam LDK, seperti
pembinaan, pengkaderan dan sebagainya, diadakan bersama-sama dengan tutor dan subjek yang sama. Namun setelah tahun 1988 M terjadi perpecahan di antara
mereka karena tajamnya perbedaan ideologi.
22
izb al-Ta ḥrīr Indonesia selanjutnya memakai LDK sebagai jaringan
rekrutmen. Bahkan menurut Collins, ide pendirian LDK digagas oleh pimpinan izb al-Ta
ḥrīr Indonesia. Sebuah LDK di IPB, yakni Badan Kerohanian Islam Mahasiswa BKIM menjadi lembaga penting bagi penyebaran awal ide-ide izb
al-Ta ḥrīr. Para aktivis BKIM ini intens menghadiri kajian-kajian yang diberikan
oleh Ibnu Nūḥ, bahkan mereka datang ke pesantren al-Ghāzālī untuk belajar pada
Ibnu Nūḥ dan al-Baghdādī. Melalui jaringan LDK Bogor, izb al-Taḥrīr
Indonesia kemudian meneruskan penyebaran ide-idenya kepada mahasiswa- mahasiswa yang ada di luar Bogor. Melalui jaringan LDK luar Bogor, seperti
LDK Universitas Padjajaran UNPAD Bandung, IKIP Malang, Universitas Airlangga UNAIR Surabaya, Universitas Hasanuddin UNHAS Makassar, dan
Universitas Gajah Mada UGM Yogyakarta, bentangan sayap izb al-Ta
ḥrīr Indonesia semakin melebar dan meluas.
23
Demi menjaga jaringan yang terbentuk di kampus-kampus, maka pada masa berpisah dari gerakan Islam lainnya tahun 1994 M,
izb al-Ta ḥrīr
Indonesia melebarkan dakwahnya ke publik tanpa menggunakan nama izb al- Ta
ḥrīr. Pada masa ini izb al-Taḥrīr Indonesia membentuk organisasi-organisasi
22
Ahmad Syafi’i Mufid, ed., Perkembangan Paham Keagamaan, h. 19.
23
Ahmad Syafi’i Mufid, ed., Perkembangan Paham Keagamaan, h. 20.