Khilāfah dalam Pandangan izb al-Ta rīr Indonesia

bersifat praktis. Lebih dari itu, isi buku ini dihasilkan dari penggalian hukum istinbāṭ dan penelusuran dalil istidlāl yang sahih, yang mampu menenteramkan hati dan menyinari dada. Yang mendorong kami menulis buku ini adalah adanya kenyataan bahwa berbagai sistem pemerintahan yang ada di dunia saat ini sangat jauh dari sistem pemerintahan Islam, baik dari segi bentuk maupun isinya. Dari segi isinya, hal itu sangat jelas bagi kaum muslim bahwa semua sistem pemerintahan kontemporer saat ini tidak diambil dari al- Qur’an dan dan Sunnah Nabi-Nya serta apa yang ditunjukkan oleh keduanya. Sistem-sistem yang ada saat ini bertentangan dengan sistem Islam. kenyataan ini dapat diindera dan diraba oleh kaum Muslim. Mereka tidak berbeda pendapat dalam hal ini.” 9 Atas dasar ini, selain meyakini akan tegaknya kembali k hilāfah, izb al- Ta ḥrīr juga merancang seperti apa struktur dan sistem pemerintahan di dalamnya. Struktur yang dirancang ini, dikalaim oleh izb al-Ta ḥrīr sebagai struktur yang mirip dengan apa yang diterapkan Rasulullah ketika hijrah ke Madinah dan mendirikan daulah Islam. Struktur pemerintahan dan administrasi k hilāfah adalah sebagai berikut: 1. Khalīfah Khalīfah adalah orang yang mewakili umat dalam menjalankan pemerintahan, kekuasaan, dan penerapan hukum-hukum syarīʻah. Hal itu karena Islam telah menjadikan pemerintahan dan kekuasaan sebagai milik umat. Oleh sebab itu, diangkatlah kemudian orang yang menjalankan pemerintahan sebagai wakil dari umat. Khalīfah diangkat oleh umat Muslim. Kerena itu khalīfah harus menjalankan pemerintahan, kekuasaan, dan penerapan syarīʻah sebagai hukum Islam demi kesejahteraan umat. Gelar yang biasa disematkan pada seorang pemimpin dalam Islam selain K halīfah adalah Imām dan Amīr al Mu’minīn. 10 Seorang k halīfah harus memenuhi syarat-syarat tertentu, di anataranya: 9 izb al-Ta ḥrīr, Struktur Daulah Khilāfah, h. 11-12. 10 izb al-Ta ḥrīr, Struktur Daulah Khilāfah, h. 31-32. a. Khalīfah harus seorang Muslim sebab tidak sah jika khilāfah diserahkan kepada orang kafir. b. Khalīfah harus seorang laki-laki dan bukan perempuan. Bagi izb al- Ta ḥrīr, kepemimpinan tidak boleh diserahkan kepada seorang perempuan. Hal ini berdasarkan pada hadis Nabi yang berbunyi “Tidak akan pernah beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusannya kepada perempuan.” c. Khalīfah harus balig. Tidak boleh pemerintahan diserahkan kepada seorang yang belum balig sebab sejatinya penerapan hukum Islam di dalam negara harus dipelopori oleh mukallaf. d. Khalīfah juga harus orang yang berakal, dengan kata lain waras. Tidak mungkin orang yang tidak waras gila, akalnya rusak memimpin dan menjalankan pemerintahan. e. Khalīfah harus seorang yang adil. Seorang yang tidak adil tidak boleh diangkat sebagai k halīfah sebab sudah pasti ia tidak akan mampu mengemban amanat. f. Khalīfah harus orang yang merdeka, karena seorang hamba sahaya yang mempunyai tuan tidak mempunyai kewenangan mengurus perkaranya sendiri. Jika demikian tentu saja ia tidak akan mampu mengurus perkara orang lain. g. Khalīfah harus orang yang mampu. Artinya seorang khalīfah harus orang yang mampu menjalankan pemerintahan. Kemampuan ini adalah hal yang paling utama dituntut dalam baiʻah. 11 11 izb al-Ta ḥrīr, Struktur Daulah Khilāfah, h. 35-40. Waktu pengangkatan k halīfah adalah selama tiga hari tiga malam. Seorang Muslim, tidak boleh melewati tiga malam sedangkan di pundaknya masih terdapat beban baiʻah kepada seorang khalīfah. Jika seorang khalīfah―baik sebelum diangkat atau setelanya―kehilangan salah satu dari syarat di atas, maka baiʻah dibatalkan atau jabatannya dicopot. 12 Khalīfah yang telah ditentukan, dipilih, dan dibaiʻat oleh umat, mempunyai wewenang sebagai berikut: a. Khalīfah berhak mengadopsi hukum-hukum syarīʻah yang memang dibutuhkan untuk memelihara segala urusan rakyat. Hukum-hukum itu harus diambil dari Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Hukum yang telah diadopsi itu selanjutnya ditetapkan oleh k halīfah sebagai undang-undang yang harus ditaati dan tidak boleh dilanggar. b. Khalīfah adalah penanggung jawab segala urusan politik dalam negeri maupun luar negeri. Ia juga memegang kontrol kepemimpinan atas angkatan bersenjata, berhak mengumumkan perang atau gencatan senjata, dan yang berkaitan lainnya. 13 c. Khalīfah berhak menerima atau menolak para duta negara asing, juga berhak mengangkat dan memberhentikan duta kaum Muslim. d. Khalīfah berwenang mengangkat dan memberhentikan para pembantunya dan para gubernur. Semua elemen tersebut bertanggung jawab di hadapan k halīfah sebagaimana juga bertanggung jawab di hadapan majelis umat. 12 izb al-Ta ḥrīr, Struktur Daulah Khilāfah, h. 84-85. 13 izb al-Ta ḥrīr, Struktur Daulah Khilāfah, h. 63-64.