Tabel 5. 43. Uji Multikolinieritas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Constant
EDUC .627
1.595 DP
.815 1.226
DIS .187
5.348 UKP
.812 1.232
DM .952
1.051 DKB
.186 5.373
Y .860
1.163 a Dependent Variable: PERT
Sumber: Lampiran 21
Hasil uji melalui VIF pada hasil output SPSS tabel coefficients masing-masing variabel independen memiliki nilai VIF tidak lebih dari 10
dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka dapat dinyatakan model regresi linier berganda terbebas dari asumsi klasik yaitu multikolinearitas.
Hasil uji asumsi klasik yang terdiri dari uji autokorelasi, uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinieritas memberi hasil
bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi the Best, Linier, Unibiased, and Estimator BLUE.
5.11. Pengembangan Wilayah Deli Serdang
Deli Serdang merupakan sebuah kabupaten yang memiliki letak geografis yang strategis karena delapan kecamatannya mengelilingi dan berbatasan
langsung dengan kota Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara. Letak geografis yang khas ini menyebabkan Deli Serdang memiliki potensi sebagai
Universitas Sumatera Utara
pusat pertumbuhan di Sumatera Utara. Pada beberapa tahun ke depan Deli serdang akan menjadi tempat penampungan industri-industri yang sudah
mencapai titik jenuh di kota Medan. Hal ini sudah terjadi beberapa tahun yang lalu, ketika kecamatan Tanjung Morawa menjadi tempat pusat industri di luar kota
Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi setiap tahun
menunjukkan kenaikan yang konsisten. Pendapatan perkapita meningkat setiap tahun. Pada tahun 2004 pendapatan per kapita penduduk Deli Serdang sebesar
Rp.10.348.860,-, pada tahun 2009 angka ini telah meningkat menjadi Rp.19.108.374,- Peningkatan pendapatan per kapita menyebabkan pola konsumsi
bergeser dari dominan barang primer bergeser ke barang sekunder dan tertier. Akibatnya terjadilah transformasi struktural. Pergeseran struktural menyebabkan
pola produksi barang dan jasa menjadi bervariasi. Semakin beragamnya jenis produksi barang menyababkan terbukanya peluang kesempatan kerja yang lebih
luas. Hal ini menyebabkan angka pengangguran dari tahun ke tahun menjadi lebih rendah. Pada tahun 2005 tingkat pengangguran di Deli serdang adalah sebesar
11,90 persen dari angkatan kerja. Pada tahun 2009 angka ini telah turun menjadi 9,02 persen. Meningkatnya lapangan kerja mengurangi angka pengangguran dan
sekaligus mengurangi angka kemiskinan. Pada tahun 2004 jumlah penduduk miskin di Deli Serdang sebesar 117.700 jiwa atau 7,72 persen dari total penduduk.
Pada tahun 2009 angka ini menurun menjadi 91.440 jiwa atau 5,17 persen dari total penduduk. Dari sisi sumber daya manusia, dengan dilakukannya
pembangunan wilayah secara terus menerus menyebabkan peningkatan indeks
Universitas Sumatera Utara
pembangunan manusia di Kabupaten Deli serdang. Pada tahun 2006 indeks pembangunan manusia Deli Serdang mencapai angka 73,2. Pada tahun 2009
angka indeksnya ini telah meningkat menjadi 74,67 BPS, 2011. Pembangunan ekonomi disertai dengan transformasi ekonomi di mana
sektor industri dan jasa telah berkembang dengan baik selama lima tahun belakangan ini. Perkembangan ini menunjukkan tren yang terus menaik. Ada
saling keterkaitan antara pendapatan dengan transformasi struktural ekonomi. Dengan meningkatnya pendapatan, konsumsi terhadap barang industri dan jasa
meningkat, akibatnya investasi pada ke dua sektor ini terus meningkat seiring dengan kenaikan pendapatan masyarakat tersebut. Hasil-hasil yang positif di
kabupaten Deli Serdang tersebut mendukung teori-teori yang diajukan oleh Gerald Meier dan Hollis B. Chenery dan Moise Syrquin. Melengkapi teori-teori dari ke
tiga penulis di atas, Arthur Lewis menambahkan perubahan demografi akibat dari pembangunan ekonomi dan transformasi struktural. Tabel 5.46 memperlihatkan
hubungan transformasi struktural, rata-rata jumlah anak yang dimiliki oleh seorang ibu TFR dan pertumbuhan ekonomi Deli Serdang periode tahun 2004-
2009. Tabel 5. 44. Proporsi Sektor Industri, TFR dan Pertumbuhan Ekonomi Deli
Serdang Tahun 2004-2009 Tahun
Proporsi Sektor Industri Terhadap PDRB
Total Fertility Rate
Pertumbuhan Ekonomi
2004 2005
2006 2007
2008 2009
48,38 49,74
53,01 52,18
52,41 53,03
2,77 2,52
2,47 2,45
2,42
2,36 5,06
4,97 5,44
5,82 5,82
5,55
interpolasi Sumber: BPS Propinsi Sumatera Utara 2005-2010.
Universitas Sumatera Utara
Dari angka-angka yang tergambar dalam tabel 5.44 terlihat bahwa ada hubungan positif antara proporsi sektor industri atau transformasi struktural
dengan pertumbuhan ekonomi di Deli Serdang. Berarti transformasi struktural mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya ada hubungan yang negatif antara
TFR dengan pertumbuhan ekonomi. Jumlah fertilitas yang rendah mendorong pertumbuhan ekonomi. Untuk mengetahui pengaruh industrialisasi dan TFR
terhadap pengembangan wilayah dilakukan dengan menggunakan model regresi linear berganda. Hasil estimasi tersebut ditunjukan pada tabel 5.47.
Tabel 5. 45. Hasil Estimasi Model Penelitian Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant -.798
1.651 -.483
.635 Industri
.163 .070
.614 2.312
.034 TFR
.095 1.447
.017 .065
.949 a. Dependent Variable: g
Sumber: Lampiran 27 Berdasarkan hasil estimasi yang ditunjukkan pada tabel 5.47 maka hasil
persamaan regresi berganda diperoleh: g = -0,798 + 0,163 Industri + 0,095 TFR
t – sig. 0,034 0,949 R
2
F = .022 = .362
Keterangan: g = pertumbuhan ekonomi pengembangan wilayah
Industri = Proporsi sektor industri terhadap total PDRB transformasi struktural. TFR = Jumlah anak yang dilahirkan hidup oleh seorang ibu.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil estimasi di atas, diperoleh nilai koefesien diterminasi R
2
sebesar 0,362 yang bermakna bahwa variabel-variabel industri dan TFR mampu menjelaskan variasi terhadap pengembangan wilayah sebesar 36 persen sisanya
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model persamaan tersebut. Uji F atau uji secara simultan menunjukkan angka sebesar 0,022
memberi arti bahwa secara bersama-sama industrialisasi dan TFR berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pengembangan wilayah
dengan tingkat kepercayaan 95 persen atau alpha 5 persen. Industrialisasi berhubungan positif dan signifikan terhadap pengembangan wilayah. Sedangkan
TFR tidak berpengaruh signifikan terhadap pengembangan wilayah.
1 Uji Autokorelasi
Cara menguji autokorelasi adalah dengan melihat model regresi linier berganda terbebas dari autokorelasi apabila nilai Durbin Watson berada dibawah
angka 2. Dari output SPSS diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 0,310, dengan
kata lain nilai DW berada dibawah angka 2 maka pada data tersebut tidak terjadi
autokorelasi tabel 5.48.
Tabel 5. 46. Uji Autokorelasi Durbin-Watson Model
R R
Square Adjusted R
Square Std. Error
of the Estimate
Durbin- Watson
1 .602
.362
a
.287 .07448
.310 a. Predictors: Constant, TFR, Industri
b. Dependent Variable: g Lampiran: 32
2 Uji Normalitas
Universitas Sumatera Utara
Salah satu cara yang digunakan untuk melihat normalitas data adalah dengan menggunakan kurva normal P-Plot. Data dalam keadaan normal apabila
distribusi data menyebar di sekitar garis diagonal. Hasil output yang terlihat pada gambar 5.9 menunjukkan bahwa data
menyebar di sekitar garis diagonal. Maka dapat dikatakan data masing-masing variabel memiliki kecenderungan berdistribusi secara normal.
Gambar 5. 9. Uji Normalitas Lampiran: 30
3 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas untuk menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain atau
gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan studentized delete residual
nilai tersebut. Model regresi yang baik adalah model regresi yang
Universitas Sumatera Utara
memiliki persamaan variance residual suatu periode pengamatan dengan periode pengamatan yang lain, atau adanya hubungan antara nilai yang diprediksi dengan
studentized delete residual nilai tersebut sehingga dapat dikatakan model tersebut
homoskedastisitas. Cara memprediksinya adalah jika pada gambar scatterplot model tersebut
adalah : a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0.
b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja. c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar
kemudian menyempit dan melebar kembali. d. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
Dengan menggunakan data diatas, maka diperoleh hasil Output SPSS pada gambar scatterplot menunjukkan penyebaran titik-titik data sebagai berikut :
a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
c. Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
d. Penyebaran titik-titik data tidak berpola. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier berganda terbebas
dari asumsi klasik heteroskedastisitas dan layak digunakan dalam penelitian gambar 5.10
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5. 10. Uji Heteroskedastisitas Lampiran: 31
4 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki hubungan dengan variabel independen lain dalam
suatu model. Ketentuan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas yaitu : a.
Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas. VIF =
1Tolerance, jika VIF = 0 maka tolerance = 110 = 0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah tolerance.
b. Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel independen kurang dari 0,70 maka model dapat dinyatakan bebas dari asumsi klasik
multikolinearitas. Jika lebih dari 0,70 maka diasumsikan terjadi korelasi yang sangat kuat antar variabel independen sehingga terjadi multikolinearitas.
Universitas Sumatera Utara
Dengan menggunakan data diatas, diperoleh output SPSS pada tabel 5.49. Hasil uji melalui VIF pada hasil output SPSS tabel coefficients masing-masing
variabel independen memiliki nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka dapat dinyatakan model regresi linier berganda
terbebas dari asumsi klasik yaitu multikolinearitas. Tabel 5. 47. Uji Multikolinearitas
Model Collinearity
Statistics Tolerance
VIF 1
Constant Industri
.532 1.879
TFR .532
1.879 a. Dependent Variable: g
Lampiran: 33. Hasil uji asumsi klasik yang terdiri dari uji autokorelasi, uji normalitas, uji
heteroskedastisitas, dan uji multikolinieritas memberi hasil bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah telah memenuhi model estimasi BLUE.
Ada hal yang menarik yang ditemukan dalam penelitian dilapangan yaitu meningkatnya jumlah keluarga akibat meningkatnya pendapatan. Hal ini
menunjukkan bahwa kenaikan pendapatan akibat cukup tersedianya lapangan kerja di daerah urban Deli Serdang, menyebabkan penduduk merasa bahwa
jumlah angkatan kerja yang tersedia masih kurang untuk menutupi lapangan kerja yang masih tersedia. Dalam pengamatan peneliti di lapangan, sebuah rumah
tangga sebagian besar memiliki jumlah pekerja lebih dari satu orang. Artinya, kepala keluarga selalu dibantu oleh istri dan anaknya yang sudah dewasa untuk
menambah pendapatan keluarga. Kecenderungan ini bukan hanya pada pekerja swasta, tetapi juga pekerja pegawai negeri sipil. Oleh sebab itulah jumlah anak
Universitas Sumatera Utara
pegawai negeri sipil lebih banyak dibandingkan dengan jumlah anak yang dimiliki pegawai swasta.
Karena daerah urban Deli Serdang relatif tidak berjarak dengan kota Medan, maka penduduk daerah urban ini ikut mendapatkan keuntungan atas
berkembangnya kota Medan. Hasil penelitian Joni, 2010 menemukan bahwa Kawasan Industri Medan KIM secara umum adalah industri yang menggunakan
raw material yang bersumber dari semua kabupatenkota di Sumatera Utara yang
berorientasi ekspor. Industri yang ada menciptakan perkembangan sektor jasa, seperti pergudangan dan peti kemas. Potensi tenaga kerja pada saat ini sebanyak
25.000 orang pada umumnya berasal dari daerah lain yaitu penglaju dari Binjai, Hamparan Perak, Percut Sungai Tuan, Tanjung Morawa, dan Batang Kuis.
Pengaruh aglomerasi terhadap pengembangan wilayah dapat dilihat dari adanya multiplier effect
dari kegiatan industri ini tercermin dari tingkat keterkaitan yang kuat, baik yang bersifat keterkaitan ke belakang backward linkage maupun
keterkaitan ke depan forward linkage. Hasil ini menunjukkan bahwa Kabupaten Deli Serdang mendapatkan
manfaat dari perkembangan kota Medan. Dengan demikian kota Medan merupakan kota generative bagi penduduk urban Deli Serdang. Artinya kemajuan
kota Medan berdampak positif bagi pengembangan wilayah Kabupaten Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis yang telah dikemukakan di atas, perlu dilakukan pembahasan untuk menjelaskan hasil analisis yang mungkin telah sesuai dengan
teori kerangka konseptual, maupun kondisi existing yang terjadi. Berdasarkan model analisis dapat dilakukan pembahasan sebagai berikut.
6.1. Transformasi Struktural Ekonomi Wilayah Deli Serdang
Untuk mengetahui apakah telah terjadi transformasi struktural, yaitu pergeseran struktur ekonomi dari dominan sektor pertanian bergeser ke sektor
industri dan jasa, digunakan alat analisis Shift share. Transformasi itu dapat dilihat melalui pergeseran proporsi sumbangan masing-masing masing-masing sektor
terhadap total PDRB. Dengan menggunakan data PDRB 2004 dan 2009 telah ditemukan bahwa
di Kabupaten Deli Serdang telah terjadi transformasi struktural, di mana sepanjang periode tersebut proporsi sumbangan sektor industri dan jasa terhadap
PDRB menunjukkan angka yang terus meningkat. Sebaliknya sektor pertanian menunjukkan proporsi yang terus menurun, meskipun demikian secara total
sumbangan sektor pertanian terus meningkat, hanya saja tidak secepat sektor industri dan jasa.
Sayangnya transformasi struktural ekonomi dari sisi output tidak diikuti secara bersamaan dengan penyerapan tenaga kerja pada sektor-sektor yang sama.
Universitas Sumatera Utara