Hukum Syariat Dasar Hukum Zakat

20 i bergerak di bidang keagamaan Islam; ii bersifat nirlaba; iii memiliki rencanaprogram kerja pendayagunaan zakat; dan iv memiliki kemampuan untuk melaksanakan rencanaprogram kerjanya. 11

3. Tujuan dan Hikmah Zakat

Zakat merupakan ibadah yang mengandung dua dimensi, yaitu dimensi ibadah dan dimensi sosial. Beberapa tujuan dan hikmah yang ingin dicapai oleh Islam dibalik kewajiban zakat adalah: a. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya ke luar dari kesulitan hidup dan penderitaan. b. Membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh gharim, ibnusabil, dan mustahiq lainnya. c. Membentangkan tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia pada umumnya. d. Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial. e. Membersihkan sifat dengki dan kecemburuan sosial dari hati orang- orang miskin. f. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin dalam suatu masyarakat. g. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama mereka yang mempunyai harta. h. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan 11 Heru Susetyo, “Legal Opinion Terhadap Putusan MK Tentang Pengujian UU No. 232011 Tentang Pengelolaan Zakat”, Konstitusi, No. 81 November 2013: h.15-17. 21 menyerahkan hak orang lain yang ada padanya. 12 i. Mendidik dan membiasakan manusia untuk berhati pemurah dan tidak kikir. j. Mensyukuri nikmat yang diberikan Allah dengan cara berbagi kepada yang membutuhkan. 13

B. Pengelolaan Zakat

1. Pengertian dan Tujuan Pengelolaan Zakat

Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat,yang dimaksud pengelolaan zakat adalah kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pendistribusian serta pendayagunaan zakat.Sedangkan tujuan dari pengelolaan zakat adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat, serta meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. 14

2. Pola Pengelolaan Zakat

Zakat yang telah dikumpukan oleh lembaga pengelola zakat, harus segera disalurkan kepada mustahik sesuai dengan skala prioritas yang telah disusun dalam program kerja. Penyaluran zakat bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu: 15 12 Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf , Jakarta: PT Grasindo, 2006, h.12- 13. 13 Departemen Agama, Pedoman Zakat 9 Seri, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2009, h.70. 14 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. 15 Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha, Jakarta: CED, 2005, h.34-35. 22 a. Pola Tradisional Konsumtif Pola tradisional yaitu penyaluran bantuan dana zakat yang diberikan langsung kepada mustahik tanpa disertai adanya target, kemandirian sosial, maupun kemadirian ekonomi pemberdayaan. Dana zakat yang diterima mustahik digunakan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. b. Pola Kontemporer Produktif Pola produktif adalah pola penyaluran dana zakat kepada mustahik yang disertai dengan adanya target untuk merubah keadaan penerima lebih dikhususkan mustahik atau golongan fakir miskin dari kategori mustahik menjadi kategori muzakki.

C. Lembaga Amil Zakat

1. Lembaga Amil di Indonesia

Yang dimaksud dengan amil zakat adalah semua pihak yang melakuan pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pengumpulan, penyimpanan, perlindungan, pencatatan, dan penyaluran harta zakat. Mereka diangkat oleh pemerintah yang berkuasa oleh masyarakat Islam setempat untuk memungut dan membagikan serta tugas-tugas lain yang berhubungan dengan zakat. 16 Di Indonesia, LAZ berbeda dengan BAZ. LAZ atau Lembaga Amil Zakat merupakan organisasi yang tumbuh atas dasar inisiatif masyarakat 16 Syaikh Muhammad Abdul Malik Ar-Rahman, Zakat: 1001 Masalah dan Solusinya, Jakarta: Pustaka Cerdas, 2000, h.181.