Analisis Titik Impas Break Event Point

atau jika ada kesalahan dalam dasar perhitungan biaya dan manfaat. Hal ini dikarenakan dalam menganalisis kelayakan suatu usaha, biasanya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Variabel harga jual dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Analisis finansial menggunakan harga produk dan biaya pada tahun pertama analisis sebagai nilai tetap, walaupun dalam keadaan nyata kedua variabel tersebut dapat berubah-ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Dengan demikian analisis kepekaan dilakukan untuk melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi, yaitu dari layak menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Kasmir, 2003. Kriteria : 1. Jika laju kepekaan 1, maka hasil usaha atau proyek peka atau sensitif terhadap perubahan 2. Jika laju kepekaan 1, maka hasil usaha atau proyek tidak peka atau sensitif terhadap perubahan

4. Analisis Titik Impas Break Event Point

Break event point adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan total cost, dengan kata lain disebut dengan keadaan suatu perusahaan yang rugi labanya sebesar nol, perusahaan tidak mempunyai laba tetapi juga tidak menerima rugi. Mulyadi, 1990. Menurut Kasmir 2003, analisis titik impas atau Break Event Point BEP adalah suatu titik kembali modal dimana pengurangan penerimaan total dengan biaya total sama dengan nol 0. Suatu perusahaan dikatakan dalam keadaan impas break-even yaitu apabila setelah disusun laporan perhitungan laba rugi untuk suatu periode tertentu perusahaan tersebut tidak mendapatkan keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian, dengan perkataan lain labanya sama dengan nol atau ruginya sama dengan nol. Hasil penjualan sales revenue yang diperoleh untuk periode tertentu sama besarnya dengan keseluruhan biaya total cost, yang telah dikorbankan sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan atau menderita kerugian. Analisis titik impas diperlukan untuk mengetahui hubungan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, dan biaya lainnya baik yang bersifat tetap maupun variabel, dan laba atau rugi. Data yang diperlukan dalam menghitung titik impas adalah: a. Hasil keseluruhan penjualan atau harga jual per unit. b. Biaya variabel keseluruhan atau biaya variabel per unit. c. Jumlah biaya tetap keseluruhan. MC AC AVC P Q Break Event Point BEP Gambar 4. Break Event Point Analisis Titik Impas Keterangan : 1. Pada saat MC = AC = P Break Event Point, usaha yang dikembangkan tidak mengalami kerugian dan keuntungan. 2. Pada saat P AC, usaha yang dikembangkan mengalami keuntungan. 3. Pada saat P diantara AC dan AVC, usaha yang dikembangkan mengalami kerugian, tetapi masih dapat beroperasi. 4. Pada saat P ≤ AVC, usaha yang dikembangkan mengalami kerugian bangkrut. B. Hasil Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian Mega Puspasari 2004 dalam skripsinya yang berjudul Analisis Kelayakan Finansial Ternak Itik Petelur dan Pengembangan Produksi Telur pada MS Corporation Bandar Lampung, hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis finansial usaha ternak itik tersebut prospektif untuk dikembangkan dan menguntungkan pada tingkat suku bunga yang berlaku, yaitu 12, didapat NVP Rp 435.672,71 , Net BC 4,253, IRR 61,07, payback period 4 tahun yang berarti prospektif untuk dikembangkan secara finansial, karena nilai NVP 0, Gross BC 1, Net BC 1, IRR tingkat suku bunga yang berlaku, dan pengembalian modal dengan batas waktu kurang dari 10 tahun. Berdasarkan analisis sensitifitas, sensitif atau kepekaan terjadi pada perubahan kenaikan harga konsentrat sebesar 41,65 dan penurunan harga jual sebesar 7,69. Berdasarkan hasil penelitian Zuraida 2004 dalam skripsinya yang berjudul Peluang Dan Potensi Usaha Ternak Itik Di Lahan Lebak di Kalimantan Selatan, bahwa usaha ternak itik yang dilakukan di lahan rawa lebak di Kabupaten HST dengan skala 100 ekor dalam 6 bulan menghasilkan pendapatan sebesar Rp 4.914.000 dengan nilai RC 2,56 dan kontribusi 58.

C. Kerangka Pemikiran

Peternakan itik tidak terlepas dari sistem pengolahan dan pemberian pakan sangat penting untuk diperhatikan, karena lebih dari 60-70 biaya produksi ternak itik baik petelur maupun pedaging berasal dari pakan. Walaupun demikian informasi kebutuhan gizi untuk itik petelur dan pedaging masih sangat terbatas. Rochjat, 2000 Pakan yang tidak memadai baik jumlah dan mutunya, mengakibatkan produktivitas telur rendah maksimal 40 dan bobot telur yang juga rendah maksimal 65 gram per butir Rochjat, 2000. Jika pemeliharaan dengan digembalakan, maka tidak ada jaminan kebutuhan pakan harian itik bisa