Analisis Finansial Panen dan Pasca Panen

c. Pengawetan telur dengan minyak kelapa Pengawetan ini merupakan pengawetan yang praktis. Dengan cara ini warna kulit telur dan rasanya tidak berubah. d. Pengawetan telur dengan natrium silikat Bahan pengawetan natrium silikat merupkan cairan kental, tidak berwarna, jernih dan tidak berbau. Natirum silikat dapat menutupi pori kulit telur, sehingga telur awet dan tahan lama hingga 1,5 bulan. Adapun caranya adalah dengan merendam telur dalam larutan natrium silikat 10 selama satu bulan. e. Pengawetan telur dengan garam dapur Garam direndam dalam larutan garam dapur NaCl dengan konsentrasi 25- 40 selama 3 minggu. Sandhy, 1998

2. Analisis Finansial

Agribisnis pada mulanya diartikan secara sempit, yaitu menyangkut subsektor masukan input dan subsektor produksi on farm. Pada perkembangan selanjutnya agribisnis didefinisikan secara luas dan tidak hanya menyangkut subsektor masukan dan produksi tetapi juga menyangkut subsektor, pascaproduksi, meliputi pemrosesan, penyebaran, dan penjualan produk. Dengan demikian agribisnis peternakan merupakan kegiatan usaha yang terkait dengan subsektor peternakan, mulai dari penyediaan sarana produksi, proses produksi budidaya, penanganan pasca panen, pengolahan, sampai pemasaran produk ke pembeli. Agribisnis merupakan suatu sektor ekonomi modern dan besar dari pertanian primer yang mencakup paling sedikit empat subsistem, yaitu 1 subsistem agribisnis hulu up-stream agribusiness, yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan dan memperdagangkan sarana produksi pertanian primer seperti industri pupuk, obat-obatan, benih atau bibit, alat dan mesin pertanian, dan lain sebagainya. 2 subsistem usahatani on-farm agribusiness yang dimasa lalu disebut sistem pertanian primer; 3 subsistem agribisnis hilir down-stream agribusiness, yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan, baik dalam bentuk yang siap untuk dimasak atau siap saji ready to cookready to used atau siap untuk dikonsumsi ready to eat beserta kegiatan perdagangannya di pasar domestik dan internasional; 4 subsistem jasa layanan pendukung seperti perkereditan, asuransi, transportasi, pergudangan, penyuluhan, kebijakan pemerintah, dan lain-lain. Keempat subsistem tersebut saling terkait dan saling menentukan. Subsistem usahatani memerlukan input dari subsistem agribisnis hulu. Sebaliknya subsistem agribisnis hulu memerlukan subsistem usahatani sebagai pasar produknya. Subsistem agribisnis hilir memerlukan bahan baku untuk diolah dan diperdagangkan dari subsistem usahatani. Ketiga subsistem di atas memerlukan subsistem jasa layanan pendukung untuk memperlancar aktivitasnya. Subsektor peternakan terdapat subsistem hulu meliputi industri bibit ternak, pakan ternak, obat-obatan dan vaksin ternak, serta alat-alat dan mesin peternakan Berdasarkan jenis outputnya, subsistem usahatani dapat digolongkan menjadi usaha ternak perah, usaha ternak potongpedaging, usaha itik petelur, dan lain-lain. Subsistem agribisnis hilir meliputi usaha pemotongan hewan, industri susu, industri pengalengan daging, industri telur asin, industri kulit, restoran dan lain sebagainya. Subsistem institusi penunjang meliputi lembaga penelitian pemerintah, penyuluhan, lembaga keuangan, kesehatan hewan dan lain-lain. Mendirikan suatu usaha peternakan dibutuhkan sejumlah pertimbangan yang salah satunya adalah melakukan analisis keuangan atau analisis finansial. Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha ternak itik dalam kaitan kelayakan usaha ternak, untuk mengetahui berapa minimal seorang peternak mengusahakan ternak itiknya dan untuk menghindarkan keterlanjutan investasi pada usaha yang tidak menguntungkan, sebagai perbandingan antara pengeluaran dan penerimaan suatu usaha, untuk mengetahui modalnya akan kembali atau tidak dan usaha tersebut akan dapat dikembangkan lebih luas lagi sehingga dianggap matang secara finansial dan dapat berdiri sendiri. Analisis finansial dapat digunakan sebagai petunjuk di bidang sarana keuangan, yang dilengkapi dengan informasi yang sangat dibutuhkan oleh pihak-pihak lain, seperti lembaga pemberi dana perbankan maupun rekanan usaha dan merupakan Analisis finansial juga mencakup semua beban biaya, baik biaya investasi maupun biaya operasional dan perbandingan dengan perkiraan penerimaan atau manfaat benefit yang diperoleh. Untuk mengetahui kriteria kelayakan secara financial suatu usaha dapat digunakan beberapa dasar penilaian antara lain 1. Net Present Value NPV Untuk menganalisis kelayakan finansial usaha ternak itik memakai konsep Net Present Value, sering diterjemahkan sebagai nilai tunai bersih atau nilai tunai bersih sekarang. NPV merupakan kombinasi pengertian Present value penerimaan dan Present Value pengeluaran kas dalam perhitungan memakai NPV sebab rupiah saat ini adalah lebih berharga daripada rupiah nanti karena rupiah saat ini bisa diinvestasikan untuk menghasilkan keuntungan dengan segera. Untuk menghitung PV yaitu mendiskonkan penerimaan kita di masa yang akan datang dengan tingkat keuntungan yang ditawarkan dengan alternatife yang sebanding. Tingkat keuntungan ini sering disebut discount rate atau opportunity cost of capital atau tingkat keuntungan yang disyaratkan. Disebut opportunity cost karena merupakan tingkat keuntungan yang hilang karena kita memilih investasi tersebut dan bukannya investasi lain. Apabila jumlah nilai arus tunai sekarang sama dengan ongkos investasi atau lebih besar dari ongkos dalam hal ini adalah modal investasi semula, maka nilai bersih sekarang sama dengan atau lebih besar NPV ≥ 0. Jika demikian, maka penanaman modal boleh dilaksanakan karena hasil yang sama atau lebih besar dari ongkos tersebut. Perhitungan ini diukur dengan nilai uang yang sekarang dengan kriteria penilaian sebagai berikut : a bila NPV 0, maka usaha dinyatakan layak feasible b bila NPV 0, maka usaha dinyatakan tidak layak no feasible c bila NPV = 0, maka usaha dinyatakan dalam posisi Break Event Point BEP Secara sederhana, rumusnya adalah sebagai berikut : NPV = PV Benefit – PV Costs = B - C dengan : B = benefit yang telah didiscount C = costs yang telah didiscount 2. Internal Rate of Return IRR Menurut Kadariah, Internal Rate of Return IRR merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang NPV sama dengan jumlah seluruh investasi proyek. Dengan kata lain dapat juga disebut sebagai suatu tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV = 0. Tingkat pengembalian Internal Rate of Return IRR merupakan parameter yang dipakai untuk menilai, apakah suatu usaha mempunyai kelayakan usaha atau tidak. Kriteria penilaian adalah sebagai berikut : 1 bila IRR 1, maka usaha dinyatakan layak feasible 2 bila IRR 1, maka usaha dinyatakan tidak layak no feasible 3 bila IRR = 0, maka usaha tersebut berada dalam keadaan Break Event Point BEP. Rumusnya secara sederhana adalah sebagai berikut : NPV 1 IRR = i + i 1 – i 2 NPV 1 – NPV 2 dengan : i = discount rate pada saat ini i 2 = discount rate terendah yang membuat NPV negatif i 1 = discount rate yang tinggi yang memberi NPV positif NPV 1 = NPV positif NPV 2 = NPV negative 3. Net Benefit Cost Ratio Net BC Net Benefit Cost Ratio Net BC adalah nilai perbandingan antara jumlah pendapatan bersih dengan jumlah biaya bersih yang diperhitungkan nilainya pada saat ini present value. Nilai perbandingan antara penerimaan bersih dengan biaya bersih Net Benefit Cost Ratio merupakan parameter yang dipakai untuk menilai apakah suatu usaha mempunyai kelayakan usaha atau tidak. Kriteria pengukuran dalam analisis ini adalah : 1 jika Net BC 1, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan 2 jika Net BC 1, maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan 3 jika Net BC = 1, maka usaha tersebut berada pada posisi Break Event Point BEP Rumusnya secara sederhana adalah sebagai berikut : ∑ PV net B yang positif Net BC Ratio = ∑ PV net B yang negatif Net B = Net C 4. Gross Benefit Cost Ratio Gross BC Gross Benefit Cost Ratio Gross BC adalah perhitungan yang menunjukkan tingkat perbandingan antara jumlah penerimaan kotor dengan jumlah biaya kotor yang diperhitungkan nilainya saat ini. Rumusnya secara sederhana adalah sebagai berikut : PV dari gross benefits Gross BC Ratio = PV dari gross costs Yang dihitung sebagai gross cost adalah biaya modal atau biaya investasi permulaan dan biaya operasi dan pemeliharaan, sedangkan yang dihitung sebagai gross benefits adalah nilai total produksi dan nilai sisa salvage value dari investasi pada akhir umur ekonomis usaha. 5. Payback Period Pp Metode Payback Period PP merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu periode pengembalian investasi suatu proyek usaha. Untuk menilai apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dilaksanakan dikembangkan adalah : a. Payback Period sekarang harus lebih kecil dari umur investasi b. Bandingkan dengan rata-rata Payback Period industri unit usaha yang sejenis. c. Payback Period harus sesuai dengan target perusahaan Rumusnya adalah Pp = I o A b Keterangan : Pp = Payback Periode I o = Investasi awal tahun ke 0 A b = Manfaat bersih yang diperoleh Kelemahan metode ini adalah sebagai berikut : a. Mengabaikan time value of money b. Tidak mempertimbangkan arus kas yang terjadi setelah masa pengembalian Kriteria penilaian dengan metode Payback Period adalah : a. bila masa pengembalian Pp lebih pendek dari umur ekonomis usaha, maka usaha tersebut layak untuk dikembangkan b. bila masa pengembalian Pp lebih lama dari umur ekonomis usaha, maka usaha tersebut tidak layak untuk dikembangkan.

3. Analisis Sensitivitas