sebesar Rp 1.200 per butir Harga telur tetap stabil dari tahun 2005 sampai sekarang
Selain itu musim mempengaruhi mortalitas kematian, misalnya pada
saat musim kemarau itik tidak dapat memproduksi telurnya dengan baik dan dapat mengalami kematian, dikarenakan itik mengalami
kekurangan air di masa produksinya Itik memiliki ketergantungan air yang cukup banyak untuk memproduksi telunya, sehingga dapat
mengalami rontok bulu sebelum waktunya dan menyebabkan produksi telur tidak ada. Setiap terjadi perpindahan itik akan mengalami
penurunan produksi telur, karena itik memerlukan adaptasi terhadap lingkungan yang baru, setelah itu produksi telur akan kembali seperti
semula. Penurunan produksi telur di Kecamatan Ambarawa dapat menurun hingga 20.
c. Pengelompokkan itik
Itik gembalaan selalu diberi pejantan. Peternak biasanya mengelompokkan itik sesuai umur dan peningkatan produksi telur,
dalam sistem tradisional ini dikelompokkan menjadi 10 kelompok yang masing-masing mengembalakan itik sebanyak ± 200 ekororang.
Setiap kelompok terdiri dari 150 betina dan 50 pejantan, karena telur itik gembalaan akan selalu terbuahi fertil, hingga paling baik untuk
ditetaskan.
d. Sistem dan Lokasi Pengembalaan Itik
Pengembalaan itik secara tradisional, pada pagi hingga sore hari, itik berada di sawah yang habis dipanen, malam hari itik digiring menuju
lokasi kandang yang berada didekat sawah, dengan melakukan pembuatan kandang yaitu sejumlah 10 kandang dengan ukuran 14 x 10
meter dengan harga Rp 430.000 kandang dan menggunakan atap yang berupa terpal panjang seharga Rp 400.000 terpal yang dapat sebagai
atap untuk 10 kandang. Pada saat di lokasi kandang sore hari itik hanya diberikan minum.
Lokasi tidur itik dibatasi dengan pagar sederhana dari anyaman bambu 50 cm. Pagar ini didirikan dengan patok-patok bambu yang dapat
dicabut dan dipasang. Pagarnya sendiri bisa digulung dan diangkut ke mana-mana. Apabila hujan, para penggembala sudah siap dengan
tenda-tenda plastik bivak yang dikerudungkan di atas pagar tersebut. Peternak sendiri akan berjaga dan tidur bergantian di dekat tempat itik
dikandangkan. Pada saat pagi hari, itik akan bertelur di sawah. Apabila lokasi penggembalaan itik mulai habis cadangan pakannya, maka
peternak akan mencari lokasi baru untuk mengembalakan itik selanjutnya.
B. Analisis Finansial Pemeliharaan Itik
1.
Asumsi- asumsi Analisis Finansial
Analisis finansial ternak itik petelur meliputi pengeluaran dan penerimaan. Asumsi yang digunakan adalah usaha ternak itik memiliki umur ekonomis
usaha sekitar 15 tahun yang didasarkan pada umur ekonomis bangunan, karena bangunan merupakan biaya investasi terbesar dari usaha ternak itik.
Prediksi biaya dan penerimaan sistem intensif tahun 4 sampai 15 menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut :
a. Hasil produksi selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, harga jual hasil produksi juga diasumsikan selalu sama setiap tahunnya, dilihat pada
tahun 2005 sampai saat ini harga telur stabil yaitu sebesar Rp 1.200 b. Dalam perhitungan analisis finansial menggunakan tingkat suku bunga
yang berlaku sebesar 16 tahun, dilihat dari KUR BRI buat UMKM Usaha Mikro Kecil dan Menengah
c. Harga kotoran itik sebesar Rp 10.000 karung 50kg, didapatkan dari harga tahun 2009, dengan masa pemanenan 1 kali dalam 1 kali produksi.
d. Harga Itik afkir sebesar RP 32.000ekor, didapatkan dari harga tahun 2009 dengan masa pemanenan 1 kali dalam 1 kali produksi.
e. Harga pakan konsentrat didapatkan dari perkembangan dolar tahun 2010. f. Kebutuhan pakan dedak per bulan sebesar 9.304 kg, didapatkan dari rata-
rata tahun 1 sampai 15. g. Harga pakan dedak sebesar Rp 1.000kg, didapatkan dari harga yang
berlaku pada tahun 2009.