CANGKANG BEKICOT Achatina fulica KITIN DAN KITOSAN

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 CANGKANG BEKICOT Achatina fulica

Bekicot Achatina fullica merupakan hama bagi persawahan yang sering dimanfaatkan masyarakat sebagai pakan ternak, seperti itik. Bekicot menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi empat yakni; Achatina variegata, Achatina fullica, Helix pomatia dan Helix aspersa sedangkan dua jenis terakhir tidak ditemukan di Indonesia. Di Indonesia potensi bekicot rata - rata meningkat sebesar 7,4 persen per tahun. Selain digunakan sebagai pakan ternak cangkangnya dapat digunakan sebagai hiasan seperti gantungan kunci, tetapi tidak jarang cangkang bekicot di buang begitu saja dan dibiarkan membusuk yang akhirnya akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Salah satu alternatif upaya pemanfaatan limbah cangkang bekicot agar memiliki nilai dan daya guna limbah cangkang bekicot menjadi produk yang bernilai ekonomis tinggi adalah pengolahan menjadi kitin dan kitosan [11]. Berikut akan dijelaskan beberapa organisme yang mengandung kitin, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.1 Beberapa organisme yang mengandung kitin [8],[12]. Organisme Kitin Organisme Kitin Snail 70-80 Pieris butterfly 64.0 Cancer crab 72.1 Bombyx silk worm 44.2 Carcinus crab 64.2 Galleria wax worm 33.7 Paralithodes king crab 35.0 Mollusks: Callinectes blue crab 14.0 clam 6.1 Crangon and Pandalus shrimp 17–40 shell oysters 3.6 Alaska shrimp 28.0 squid pen 41.0 Nephro lobster 69.8 krill, deproteinized shells 40.2 Homarus lobster 60–75 Fungi: Lepas goose barnacle 58.3 Aspergillus niger 42.0 Insects: Penicillium notatum 18.5 Periplaneta cockroach 2.0 Penicillium chrysogenum 20.1 Blatella cockroach 18.4 Saccharomyces cerevisiae 2.9 Coleoptera ladybird 27–35 Mucor rouxii 44.5 Diptera 54.8 Lactarius vellereus 19.0 Universitas Sumatera Utara 6 Adapun anatomi bekicot Achatina fulica, dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 2.1 Anatomi Bekicot Achatina fulica [13]

2.2 KITIN DAN KITOSAN

Kata kitin berasal dari bahasa Yunani, khiton yang berarti baju dari besi karena sesuai dengan fungsinya sebagai jaket pelindung untuk hewan-hewan golongan invertebrata. Kitin merupakan bagian konstituen organik yang sangat penting pada kerangka hewan golongan arthropoda, molusca, nematoda, crustasea, beberapa kelas serangga dan jamur [14]. Kitin merupakan senyawa penyusun rangka, terdiri atas satuan Asetil Glukosamin yang berikatan 1 4 beta, seperti yang terlihat pada berikut : Gambar 2.2 Struktur Kimia Kitin [16] Menurut Cahyaningrum [15], kitin berbentuk kristal berwarna putih, tidak berasa dan tidak berbau. Kitin tidak larut dalam air, asam anorganik encer, alkali Universitas Sumatera Utara 7 encer dan pekat, alkohol dan pelarut organik lainnya yang bersifat polikationik. Kitin merupakan polimer 1 4 -2-asetamido-2-deoksi-ß-Dglukosamin yang dapat dicerna oleh manusia, sedangkan kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dengan menggunakan basa kuat. Kitosan memiliki lebih banyak kandungan nitrogen dari pada kitin. Gugus amina dan hidroksil di dalam kitosan menjadikan kitosan bersifat lebih aktif dan bersifat polikationik. Sifat tersebut dapat dimanfaatkan sebagai koagulan logam berat [16]. Adapun struktur kimia kitosan, dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 2.3 Struktur Kimia Kitosan [16] Kitosan merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, larutan basa kuat, H 2 SO 4 , tetapi sedikit larut dalam HCl, HNO 3 , dan 0,5 H 3 PO 4 . Kitosan juga tidak larut dalam beberapa pelarut organik seperti alkohol, tetapi kitosan larut dengan baik dalam asam format berkonsentrasi 0,2-100 . Kitosan tidak beracun dan memiliki berat molekul sekitar 1,2 x 105 grammol, bergantung pada degradasi yang terjadi selama proses deasetilasi. Kitosan telah banyak dimanfaatkan dalam beragam industri, antara lain sebagai agen penstabil rasa dalam industri makanan, bahan aditif untuk shampo dan kosmetik, bahan anti bakteri, adsorben untuk penghilang logam berat dan pemurnian air. Kitosan memiliki gugus amina, adanya unsur N menjadikan kitosan bersifat sangat reaktif dan bersifat basa [17]. Kitosan adalah senyawa biopolimer yang diturunkan dari kitin, yaitu senyawa dengan struktur homopolimer P-1-4 Nacetyl- D-glucosamine. Kitin terdapat secara luas pada hewan-hewan invetebrata di laut, serangga, jamur dan juga ragi. Umumnya cangkang dari hewan laut mengandung 30-40 protein, 30 - 50 kalsium karbonat dan kalsium fosfat, dan 20-30 kitin. Kitin terdapat pada hampir semua hewan laut berkulit keras seperti udang, kepiting dan lobster. Universitas Sumatera Utara 8 Kitin dan kitosan mempunyai struktur kimia yang sama . Kitin terdiri dari rantai lurus asetil-glukosamin, sedangkan kitosan diperoleh melalui pemutusan gugus asetil CH 3 -CO. Proses pemutusan ini disebut dengan deasetilasi. Perbedaan utama antara kitin dengan kitosan adalah kadungan asetil dari polimernya. Kitosan adalah turunan kitin yang paling banyak kegunaannya [18]. Kitosan merupakan produk dari proses deasetilasi kitin yang memiliki sifat unik. Penampilan fungsional kitosan ditentukan oleh sifat dan kimiawinya. Seperti halnya dengan polisakarida lain, kitosan memiliki kerangka gula, tetapi dengan sifat yang unik karena polimer ini memiliki gugus amin bermuatan positif. Sifat fleksibilitas kitosan membantu daya gunanya di dalam berbagai produk. Sifat reologis ini juga menjadikannya sensitif terhadap perubahan pH dan kekuatan ion [19]. Adapun syarat-syarat kitosan yang telah disesuaikan untuk kitosan, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.2 Syarat – syarat kitosan komersil Protan Laboratories dalam [20] Parameter Nilai Ukuran partikel Serpihan sampai serbuk Kadar air ≤ 10 Kadar abu ≤ 2 Kadar nitrogen ≤ 5 Warna Larutan Jernih Derajat deasetilasi ≥ 70 Viskositas cps Rendah Sedang Tinggi Ekstra tinggi 200 cps 200 – 799 cps 800 – 2000 cps 2000 cps

2.3 PROSES ISOLASI KITIN DAN KITOSAN