BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelian yang pernah dilakukan berhubung dengan perilaku seksual “dating couples”: penelitian yang dilakukan oleh Zakiah Sholihah Nusya
2003 melihat adanya beberapa aspek perilaku selingkuh yaitu perselingkuhan fisik dan perselingkuhan emosional. Sedangkan aspek kepuasan perkawinan adalah
sebagai berikut : 1 kesesuaian penilaian terhadap perkawinan yang dijalani dengan kriteria yang diidealkan oleh masyarakat; 2 kepuasan terhadap perkawinan secara
umur; 3 ungkapan kasih sayang dan pengertian yang diberikan oleh pasangan; 4 kerjasama untuk memecahkan masalah dan kemampuan mencari penyelesaian pada
perselisihan; 5 kesediaan dalam menggunakan waktu bersama; 6 kesepakatan dalam mengatur keuangan rumali tangga; 7 aktivitas seksual bersama; 8
persamaan orientasi peran yang dipakai sebagai orang tua; 9 kesamaan dalam cara mendidik anak hasil perkawinan. Subjek pokok pada penelitian ini adalah laki-laki
yang sudah menikah dan memiliki anak menunjukan bawa semakin tingginya kepuasan perkawinan, maka semakin rendah intensi selingkuh pada suami, demikian
sebaliknya semakin rendah kepuasan perkawinan, akan semakin tinggi intense selingkuh pada suami dikarenakan.
Purdiningsih 2008 melakukan penelitan untuk mengetahui penyebab dan dampak perselingkuhan. Dalam setiap rumah tangga biasanya diwarnai dengan
adanya permasalahan permasalahan antara suami dan istri akibat adanya konflik diantara mereka. Konflik dalam rumah tangga ada yang dapat mereka selesaikan dan
juga tidak. Dengan adanya konflik yang berlarut-larut dalam keluarga membuat salah satu pihak mencari jalan penyelesaian dengan mencari solusi di luar rumah. Seperti
halnya dengan melakukan komunikasi dengan pihak lain di luar rumah hingga sampai pada tindakan perselingkuhan.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini menunjukan penyebab utama perselingkuhan adalah faktor komunikasi yang kurang, adanya perkawinan yang terpaksa, adanya trauma
pengalaman masa lalu, self esteem yang rendah dalam pergaulan sehingga mudah terpengaruh dan juga sifat arogan yang dimiliki subyek atau pasangan.Dan juga
kurangnya perhatian pada pasangan serta pemahaman agama yang kurang pada subyek. Disamping juga karena pengaruh kepentingan untuk menuntut karier yang
menyebabkan subyek kurang memiliki waktu untuk mengurusi keluarganya. Perselingkuhan itu mengakibatkan dampak yang cukup berarti pada subyek dan
keluarganya. Adapun dampak itu adalah adanya ketidakharmonisan keluarga, aib sosial, depresi pada pasangan, ucapan talak dari pasangan dan juga anak anak yang
benci pada subyek. Dan dampak pada subyek adalah kehamilan, aborsi, stress karena perasaan cemas dan khawatir serta pernikahan siri tanpa ijin pasangannya.
Dian dan Sri 2010 melihat bagaimana mengukur hubungan skema perselingkuhan dalam pernikahan dengan intensi untuk menikah pada wanita dewasa
muda yang orang tuanya selingkuh. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa hubungan skema perselingkuhan dalam pernikahan dengan intensi untuk menikah
tidak signifikan. Selain itu juga diketahui bahwa meskipun skema perselingkuhan dalam pernikahan yang dimiliki responden adalah negatif tetapi intensi untuk
menikah tetap cenderung tinggi. Dari penelitian yang dilakukan tidak ditemukan adanya hubungan
perselingkuhan orang tua terhadap pernikahan pada wanita dewasa muda, hal ini memperlihatkan bahwa kejadian perselingkuhan orang tua yang diketahui oleh anak
merupakan dasar untuk mengantisipasi masa depan dan membuat rencana dan tujuan yang lebih matang. Perselingkuhan orang tua menyebabkan seorang anak
mengetahui pasangan seperti apakah yang memiliki kecenderungan lebih besar untuk melakukan perselingkuhan, keadaan apa saja yang dapat menyebabkan munculnya
perselingkuhan dalam pernikahan, kerugian apa saja yang dirasakan oleh seseorang yang pasangannya selingkuh, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan perselingkuhan
dalam pernikahan. Adanya dasar untuk mengantisipasi terjadinya perselingkuhan dalam pernikahan, serta pembuatan rencana dan tujuan dari pernikahan di masa
Universitas Sumatera Utara
depan, menyebabkan anak yang orang tuanya berselingkuh tidak terpengaruh dengan kejadian tersebut.
Hepi 2009 bahwa perselingkuhan itu sendiri tidak hanya didominasi oleh para pria, tetapi juga wanita sehingga dalam perselingkuhan tidak menutup
kemungkinan siapa yang berselingkuh, bisa suami ataupun isteri. Jika isteri berselingkuh maka perselingkuhan itu akan membawa dampak moral yang harus
ditanggung suami karena masyarakat memang belum dapat mentoleransi keadaan itu, yaitu rasa malu dan harga diri yang rendah dimana kehormatannya sebagai laki-laki
dan sebagai suami terancam pihak lain, menahan penghinaan semacam itu dari masyarakat dan keluarga bukan hal yang mudah, maka suami akan merasa
terperangkap dalam keadaan yang sangat sulit untuk dilakukan. Namun pada kenyataannya masih ada beberapa suami yang berusaha mempertahankan
pernikahannya dengan istri yang berselingkuh. Penelitian ini menunjukan bahwa faktor yang melatarbelakangi suami
mempertahan pernikahannya dengan istri yang berselingkuh adalah karena merasa harapan terhadap perkawinannya telah terpenuhi dan hal itu merupakan rasionalisasi
subjek terhadap konflik yang dihadapi. Selain itu, alasan yang lain yaitu keberadaan anak, standar keberhasilan dan kegagalan perkawinan, serta keyakinan subjek bahwa
istri tidak berselingkuh dan hal itu merupakan mekanisme pertahanan subjek terhadap perselingkuhan istrinya dalam bentuk prngingkaran, dan karena perasaan
takut terabaikan serta rasa cinta. Banyaknya faktor-faktor yang merupakan alasan seorang suami mempertahankan pernikahan karena merasa segala apa yang telah
dilalui bersama adalah kewajiban oleh pihak suami maupun isteri dalam menanggungjawabi sebuah keluarga.
Yohan, dkk 2010 menunjukkan hasil penelitiannya untuk mengenal pasti apakah faktor kesepian dan keperluan menjalin hubungan rapat dengan orang lain
akan mempengaruhi perilaku curang pada isteri yang suaminya bekerja di luar kota. Dalam penelitian ini menunjukkan wanita yang melakukan perbuata curang
berdasarkan pada usia yaitu berusia 26 tahun hingga 30 tahun terdapat 16 orang, wanita yang berumur 31 tahun hingga 35 tahun sebanyak 13 orang. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
wanita yang berumur 20 tahun hingga 25 tahun dan 36 tahun hingga 40 tahun sebanyak tiga orang. Sedangkan dari kuantitas lamanya memiliki hubungan gelap
terdapat 30 wanita telah berselingkuh selama lebih enam bulan, dan lima wanita yang berselingkuh selama kurang dari sebulan.
Selain itu, Yohan dkk menemukan perselingkuhan berdasarkan data pekerjaan yang dimiliki oleh suami, dimana sebagian besarnya suami bekerja sebagai
wirausaha sebanyak 20 orang. Namun, terdapat juga wanita dengan suami bekerja sebagai pegawai pemerintahan dan pegawai swasta sebanyak 15 orang. Suami yang
bekerja di luar kota sebanyak 21 orang dan 14 orang mengatakan bahwa suaminya jarang ke luar kota. Dalam data ini memperlihatkan bahwa isteri yang berselingkuh
yang disebabkan oleh suami yang sering berpergian ke luar kota. Berdasarkan data tempat tinggal yang diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 19 orang isteri tinggal
sendirian di rumah dan sebanyak tiga isteri yang memilih untuk tinggal bersama pembantunya.
Penelitian Yohan dkk juga menunjukkan adanya ras kesepian yang dimiliki seorang suami yang bekerja di luar kota, adanya kebutuhan untuk berhubungan
intim, dan adanya kecendrungan untuk berselingkuh. Berdasarkan hasil perhitungan dalam analisis regresi diketahui nilai koefisien korelasi R sebesar 0,722, berarti
hubungan variabel kesepian dan keperluan untuk berhubungan intim cendrung tinggi karena memiliki nilai 0,722 0,5.
Wanita yang melakukan perselingkuhan dikarenakan tidak adanya sosok pasangan yang sebenarnya sangat diharapkan untuk selalu hadir dalam berbagai
situasi, sehingga seorang isteri mencari pengganti suami yang membuat mereka ikut terlibat dalam hubungan intim. Wanita yang berselingkuh menunjukkan bahwa
lemahnya suatu keimanan seorang bukan dengan alasan kesepian, karena menunjukkan isteri juga tinggal bersama pembantunya.
Widya Asriana 2012 menunjukkan bahwa perselingkuhan berawal dari media yang menimbulkan suatu kecemburuan. Terdapat empat hasil utama dari
penelitian ini, pertama adalah terdapat perbedaan yang signifikan pada partisipan perempuan dalam kecemburuan menghadapi tipe perselingkuhan emosional dan
Universitas Sumatera Utara
seksual melalui internet dimana partisipan perempuan lebih merasa cemburu dalam menghadapi perselingkuhan emosional daripada seksual. Kedua adalah terdapat
perbedaan yang signifikan pada partisipan laki-laki dalam kecemburuan menghadapi tipe perselingkuhan emosional dan seksual melalui internet, dimana partisipan laki-
laki akan lebih merasa cemburu dalam menghadapi perselingkuhan emosiaonal daripada seksual. Ketiga, terdapat perbedaan yang signifikan pada laki-laki dan
perempuan dalam kecemburuan menghadapi tipe perselingkuhan emosional melalui internet dimana perempuan akan lebih merasa cemburu daripada laki-laki jika
pasangannya melakukan perselingkuhan emosional. Keempat, adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam laki-laki dan perempuan dalam kecemburuan
menghadapi tipe perselingkuhan seksual melalui internet, dengan kata lain perempuan maupun laki-laki akan merasakan cemburu jika pasangannya melakukan
perselingkuhan seksual. Hasil penelitian Widya Asriana 2012 menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan pada partisipan perempuan dalam kecemburuan menghadapi tipe perselingkuhan emosional dan seksual melalui internet dimana
partisipan perempuan akan lebih merasa cemburu dalam menghadapi perselingkuhan emosional daripada seksual. Mengenai kecendrungan perempuan untuk lebih merasa
cemburu pada perselingkuhan emosional jika dibandingkan dengan perselingkuhan seksual. Namun, jika pasangan terlibat secara emosional dengan perempuan tersebut
maka perselingkuhan tersebut dapat memberikan resiko pada perempuan bahwa sumber daya yang dimiliki pasangannya seperti energi, komitmen, investasi akan
terbagi dengan adanya kehadiran orang ketiga tersebut. Dengan adanya alasan tersbut, perempuan akan lebi merasa cemburu apabila pasangannya melakukan
perselingkuhan emosional daripada seksual. Penelitian ini juga melihat adanya perbedaan yang signifikan pada laki-laki
dan perempuan dalam menghadapi tipe perselingkuhan emosional melalui internet dimana perempuan akan mersa lebih cemburu daripada laki-laki jika pasangannya
melakukan perselingkuhan emosional melalui media internet. Selain iti penelitian ini memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan dalam menghadapi tipe
perselingkuhan seksual melalui internet dimana perempuan tersebut akan merasa lebi
Universitas Sumatera Utara
cemburu daripada laki-laki jika pasangannya melakukan perselingkuhan emosional melalui media internet.
Novika Sari dan Heppy Wahyuni 2006 melakukan penelitian yang menguji apakah ada hubungan negatif antara kepuasan seksual terhadap perselingkuhan yang
dilakukan suami ataupun isteri. Dimana pria dan wanita yang menikah diatas lima tahun menjadi subjek dalam penelitian ini. Penelitian ini menunjukkan secara
empirik hipotesis dapat dibuktikan dengan rxy = 0,404 hubungan negatif degan hasil korelasi 0,002 p 0,01. Semakin rendahnya kepuasan seksual yang terdapat dalam
hubungan suami isteri maka akan semakin tinggi perselingkuhan yang terjadi pada sebuah rumah tangga. Penelitian ini menunjukkan bahwa adanya korelasi antara
komunikasi dan penyikapan seksual terhadap perselingkuhan yang melibatkan perasaan. Namun, tidak memiliki hubungan antara keseimbangan seksual diantara
keduanya. Hasil penelitian ini melihat bahwa kepuasan seksual dengan mean empirik
63,36 dan mean hepotetik 50. Selain itu presentase subjek tentang kepuasan seksual sebanyak 60 30 orang memperoleh skor tinggi dan 40 20 orang memperoleh
skor sedang. Berdasarkan hasil ketegorisasi skor tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar subjek memiliki kepuasan seksual yang tinggi. Selanjutnya hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa perselingkuhan dengan mean empirik 47,26 dan mean hipotetok 52,5. Selain itu presentase subjek yang memiliki persepsi sebanyak
12 6orang memperoleh skor rendah. Hal ini berarti perselingkuhan mendapat perhatian kurang banyak dari subjek penelitian meskipun dari presentase yang
dihasilkan bervariasi namun dominan skor yang diperoleh subjek adalah sedang dan cenderung sedikit.
Dalam sebuah pernikahan seks merupakan hal yang kecil dalam hubunagan pernikahan, tetapi hal tersebut merupakan suatu hal yang penting untuk
mempertahankan suatu keharmonisan di dalam rumah tangga. Banyak keluhan yang terjadi adalah mengenai ketidakpuasan seksual terhadap pasangannya karena adanya
kesenjangan komunikasi sehingga menimbulkan suatu kebosanan ataupun kurangnya
Universitas Sumatera Utara
tanggapan atas kebutuhan seksual serta masalah-masalah yang lainnya yang tidak dikomunikasikan dalam berhubungan seksual.
Kartika 2012 melakukan penelitian untuk mengungkapkan bagaimana upaya seorang isteri dalam mengembalikan keutuhan keluarga dan bagaimana usaha
yang dilakukan untuk memberikan maaf terhadap perselingkuhan yang dilakukan oleh suami. Adanya ketidakterbukaan oleh penghasilan suami merupakan awal dari
masalah yang terdapat dalam penelitian ini dan adanya daya tarik sesaat serta disertai dengan ketertarikan emosional.
Perselingkuhan yang terjadi dikarenakan adanya respon suami yang selalu menyangkal dan menghindar untuk menyelesaikan masalah. Perilaku memaafkan
isteri hanya ditunjukkan dalam kegiatan mereka sehari-hari saja, tetapi isteri masih memiliki rasa kecewa kepada suami. Isteri masih melayani kebutuhan suami seperti
menyediakan sarapan sampai kepada kegiatan seksual. Proses bertahannya pernikahan dalam penelitian ini dikarenakan adanya anak
dalam keluarga dan ketergantungan ekonomi terhadap suami. Perceraian dan pernikahan yang baru tidak menjanjikan bahwa seorang isteri mendapatkan yang
lebih baik lagi dari pada suaminya walaupun suaminya telah mengkhianati kepercayaan dalam suatu perikahan
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Teori Interaksionisme Simbolik