Teori Penyimpangan Sosial Landasan Teori 1. Teori Interaksionisme Simbolik

7. Manusia harus mempelajari lingkungan alam mereka dan konteks budaya. Manusia adalah makhluk yang unik karena perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan dan tidak dapat dipahami secara terpisah dari konteks budaya.

2.2.2 Teori Penyimpangan Sosial

Pandangan terhadap penyimpangan sosial tentu berangkat dari kebudayaan atau pandangan hidup. Oleh sebab itu terdapat perbedaan mengenai penyimpangan sosial antar satu peradaban dengan peradaban lain. Akan tetapi akan ada hal kesamaan apabila penyimpangan sosial dikembalikan kepada standar yang dapat diterima oleh semua manusia. Nilai yang dapat memiliki kesamaan antar peradaban yaitu tentang larang perilaku seks yang menyimpang. Semua agama di dunia pasti melawan perbuatan seks yang berlebihan, akan tetapi nilai tersebut yang seharusnya melekat pada diri semua orang telah bergeser. Hal tersebut menjadi biasa terjadi karena memang pergaulan kumpul kebo atau free sex mendapatkan dukungan dari berbagai media barat dan media-media lain. Durkheim melihat bahwa penyimpangan sosial bisa terjadi karena penekanan hidup yang sangat besar. Kesibukan pekerjaan dan masalah-masalah sosial yang selalu datang setiap hari membuat masyarakat menjadi stress. Anomi atau teori penyimpangan sosial secara sederhana bisa disebut sebagai perilaku yang jauh dari norma atau perilaku tanpa norma. Anomi adalah bentuk penyimpangan yang murni muncul dari gejala sosial masyarakat. Hidup tentu akan diukur dengan baik atau buruknya suatu tindakan. Bagi sebagian orang hal yang dapat membahagiakan dirinya dianggap sebagai suatu yang baik. Kesenangan menjadi alat ukur seseorang melakukan perbuatan, tidak perduli norma disekitarnya melarang. Apabila kesenangan yang menjadi acuan, maka masyarakat akan melakukan perbuatan apapun walau perbuatan itu termasuk perbuatan yang menyimpang. Dalam teori penyimpangan sosial, kesadaran umum merupakan langkah untuk mencegah penyimpangan itu. Kesadaran umum meliputi norma-norma atau nilai-nilai yang mulia, hal tersebut harus dibangun di tengah-tengah masyarakat. Universitas Sumatera Utara Membangun kesadaran umum akan nilai-nilai sosial yang mulia membutuhkan keseriusan dari berbagai pihak. Menurut Merton, dalam setiap masyarakat terdapat tujuan-tujuan tertentu yang ditanamkan kepada seluruh warganya. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat sarana-sarana yang dapat dipergunakan.Tetapi dalam kenyataan tidak setiap orang dapat menggunakan sarana-sarana yang tersedia. Hal ini menyebabkan penggunaan cara yang tidak sah dalam mencapai tujuan. Dengan demikian akan timbul penyimpangan-penyimpangan dalam mencapai tujuan. Dalam perkembangan selanjutnya. Merton tidak lagi menekankan pada tidak meratanya sarana-sarana yang tersedia, tetapi lebih menekankan pada perbedaan-perbedaan struktur kesempatan. Dalam setiap masyarakat selalu terdapat struktur sosial. Struktur sosial, yang berbentuk kelas-kelas, menyebabkan adanya perbedaan-perbedaan kesempatan dalam mencapai tujuan. Keadaan-keadaan tersebut tidak meratanya sarana-sarana serta perbedaan perbadaan struktur kesempatan akan menimbulkan frustasi di kalangan para warga yang tidak mempunyai kesempatan dalam mencapai tujuan. Dengan demikian ketidakpuasan, konflik, frustasi dan penyimpangan muncul karena tidak adanya kesempatan bagi mereka dalam mencapai tujuan. Situasi ini akan menimbulkan keadaan di mana para warga tidak lagi mempunyai ikatan yang kuat terhadap tujuan serta sarana-sarana atau kesempatan-kesempatan yang terdapat dalam masyarakat. Hal inilah yang dinamakan anomi. Merton mengemukakan lima cara untuk mengatasi anomi, yaitu: 1. Konformitas conforming, yaitu suatu keadaan dimana warga masyarakat tetap menerima tujuan-tujuan dan sarana-sarana yang terdapat dalam masyarakat karena adanya tekanan moral; 2. Inovasi innovation , yaitu suatu keadaan di mana tujuan yang terdapat dalam masyarakat diakui dan dipelihara tetapi mereka mengubah sarana- sarana yang dipergunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Misalnya untuk mendapatkan memiliki uang yang banyak seharusnya mereka menabung. Tetapi untuk mendapatkan banyak uang secara cepat mereka merampok bank; Universitas Sumatera Utara 3. Ritualisme ritualism , adalah suatu keadaan di mana warga masyarakat menolak tujuan yang telah ditetapkan dan memilih sarana-sarana yang telah ditentukan; 4. Penarikan Diri retreatism merupakan keadaan di mana para warga menolak tujuan dan sarana-sarana yang telah tersedia dalam masyarakat; 5. Pemberontakan rebellion adalah suatu keadaan di mana tujuan dan sarana-sarana yang terdapat dalam masyarakat ditolak dan berusaha untuk mengganti atau mengubah seluruhnya dalam Siti Nuraini, 2012. Terkait dengan hal ini pasangan “dating couple” memperlihatkan bagaimana simbol-simbol yang diberikan dalam berinteraksi dengan perilaku-perilaku menyimpang dalam sebuah pernikahan. Pasangan “dating couple” mempunyai cara- cara tersendiri untuk menutupi kejenuhan dalam diri mereka dari masalah yang terdapat dalam kehidupan rumah tangga. Hal ini dimulai dengan pemberian penilaian negatif kepada pasangan mereka sendiri dikarenakan adanya suatu ketidakpuasan dan penolakan terhadap kekurangan yang dimiliki oleh pasangan hidupnya baik itu berupa kebutuhan batin maupun materi. Cara-cara atau simbol-simbol yang diberikan oleh pasangan merupakan perilaku yang menyimpang dalam sebuah pernikahan sehingga semakin menimbulkan jarak antara kedua belah pihak yang melanggar sumpah dalam sebuah pernikahan. Perilaku yang menyimpang tersebut merupakan aktivitas perselingkuhan yang pada awalnya untuk menghilangkan beban dipikiran dengan kesenangan- kesenangan dari pihak ketiga. Namun ternyata, hal perilaku tersebut berkelanjutan dan menyebabkan salah satu pasangan lebih menikmati kehidupan bersama pasangan lain di luar hubungan pernikahan. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN