Pola Tempat Tinggal “ Dating Couple”

sendiri dengan kondisi perokonomian yang tidak baik meskipun beberapa kali isterinya memberi kiriman untuk pendidikan anak-anak mereka.

4.2.10. Informan X, RP Ibu Rumah Tangga

Wanita muslim yang masih muda ini berusia 26 tahun merupakan salah satu “dating couples”. RP tinggal di sekitar Padang Bulan Medan dan menikah ketika ia berumur dua puluh tahun namun dari hasil pernikahan tidak dikaruniai seorang anak. RP saat ini hidup sendiri dikarenakan suaminya berselingkuh dan pergi bersama wanita yang lain, sifat suami yang terlalu mengatur dan kasar membuat RP juga tidak ingin mempertahankan rumah tangganya walaupun perpisahan antara keduanya tidaklah resmi. Namun RP mengakui bahwa suaminya tersebut sudah menikah dengan wanita yang mengganggu rumah tangganya tersebut. RP yang merasa kehilangan menghabiskan waktunya di warung remang- remang dan mempertemukannya dengan pria yang jauh lebih baik dan mengerti keadaannya. Mereka berencana untuk melangsungkan pernikahan dan berharap agar kali ini rumah tangga RP berjalan dengan baik, RP mengatakan bahwa ketika sudah menikah lagi RP tidak akan mengunjungi warung remang-remang walaupun RP sendiri belum dapat memastikan apakah pria yang akan menjadi suaminya tersebut juga tidak akan mengunjungi tempat tersebut. RP dan kekasihnya tinggal menumpang dirumah teman RP. Hal tersebut dilakukan mereka karena tidak memiliki tempat tinggal. Namun ketika sudah menikah mereka berencana untuk tidak menumpang lagi. Wawancara, 30 Mei 2013 “… orang tua kami sudah tau hubungan kami, jadi kemungkinan tahun depan kami menikah… kalau sudah menikah aku gak akan dating ke sini lagi tapi aku gak tau lah dengan dia…”

4.2. Pola Tempat Tinggal “ Dating Couple”

Dalam pengertian umum tempat tinggal ataupun rumah merupakan bangunan yang dijadikan sebagai wadah untuk menetap dalam kurun waktu yang tertentu. Universitas Sumatera Utara Sebagai bangunan untuk tempat berlindung rumah berbentuk ruangan-ruangan yang dibatasi oleh beberapa dinding dan bagian atas ditutupi oleh atap. Sebuah rumah memiliki pintu yang digunakan sebagai jalan masuk dan keluar dari sebuah ruangan ditambah beberapa jendela yang berfungsi untuk proses pertukaran udara dalam rumah. lingkungan tempat tinggal “dating couples” Aktifitas yang sering dilakukan dalam sebuah rumah adalah beristirahat dan tidur selebihnya rumah ini sendiri berfungsi sebagai tempat untuk melakukan komunikasi dan aktifitas santai lainnya bersama keluarga ataupun kunjungan dari teman, dengan kata lain rumah berfungsi sebagaai tempat untuk menikmati suatu aktifitas dari kehidupan yang nyaman, tempat untuk beristirahat, berkumpulnya keluarga serta rumah menunjukan tingkat sosial dalam masyarakat. Selain dari pada itu para penghuni rumah melakukan aktifitasnya diluar rumah seperti bekerja, bersekolah ataupun yang lainnya. Tempat tinggal bagi “dating couple” memiliki fungsi berganda. Selain rumah sebagai tempat berkumpulnya keluarga, tempat berstirahat dan tempat beribadah, rumah juga digunakan sebagai tempat bertemunya “dating couple”. Universitas Sumatera Utara Wawancara AT, 9 Mei 2013 “...kalau dulu pas suami kedua ku masih kerja di luar kota, SAN pacar suka datang ke sini jemput aku dan ketemu sama anak- anakku...” Wawancara HS, 9 Mei 2013 “...karena anak ku satu-satunya juga udah nikah gak mungkin aku tinggal sama suaminya. Aku tinggal dengan beberapa temanku yang lainnya, pacarku juga suka datang sore hari ke rumah kalau malam minggu kadang suka nginap dirumah ku dia tapi kadang-kadang juga kami ke hotel…” Beberapa “dating couples” melakukan pertemuan di rumah mereka sendiri dan bahkan melakukan hubungan intim di rumahnya. Perrtemuan yang lebih memungkinkan adalah di rumah seorang wanita yang tidak hidup atau tidak tinggal bersama suaminya. Wawancara “HS”, tanggal 4 Mei 2013 “...rasanya kalau tinggal terpisah dari keluarga kandung itu bisa bebas, maksudnya kapanpun pacarku mau ketemu gak perlu terlalu sulit untuk cari-cari tempat buat kami ketemu. Hampir setiap sore pacarku datang karena gak mungkin aku yang datangi dia sementara dia ada isterinya....” Perempuan bekerja yang mempunyai hubungan di luar nikah atau “dating couples”, kemungkinan besar berhubungan intim dengan kekasih mereka di hotel. Kebanyakan laki-laki juga memanfaatkan hotel untuk melakukan hubungan tersebut. Tempat-tempat yang dominan lainnya adalah di luar rumah pribadi seperti di rumah teman, dan warung remang-remang tetapi aktifitas seksual di warung remang-remang hanya sebatas pelukan dan ciuman saja. Wawancara CS, 16 Mai 2013 “...pulang kerja aku ketemuan sama dia pacar di warung remang- remang, minum-minum dan ngobrol habis itu kami bicarakan mau kemana. Biasanya kami ke hotel yang deket-deket padang bulan biar gak makan waktu di jalan...” Universitas Sumatera Utara Wawancara US, 21 Mei 2013 “...kalau siang rumah sering kosong karena anak-anak ke sekolah, jadi dulu ALI suka tidur siang dirumah dan ngelakuin itu hubungan intim dirumah... karena rumah juga berdekatan setiap hari dia dirumahku...” Pola tempat tinggal yang diperlihatkan dalam penelitian ini adalah berasingan rumah tetapi mempunyai rumah untuk tempat bertemu, tanpa rumah tempat tinggal bersama, tetapi menjadikan rumah keluarga sebagai tempat pertemuan, satu rumah bersama tanpa status pernikahan, tanpa rumah yang dibina bersama, pertemuan hanya di warung remang-remang dan hotel, tanpa rumah tempat tinggal, tanpa berhubungan seksual hanya bertemu di warung remang-remang, 4.2.1. Berasingan Rumah Tetapi Mempunyai Rumah untuk Tempat Bertemu Pola tempat tinggal yang diperlihatkan dalam penelitian ini menunjukan bahwa “dating couples” membutuhkan suatu tempat tinggal dengan harga yang murah dan tempat yang nyaman. Hal tersebut didasari bukan semata-mata dikarenakan kelas sosial yang mereka peroleh tetapi suatu kebutuhan yang membuat mereka lebih bisa terbebas dari keluarga mereka apabila “dating couples” ingin membawa pasangan mereka dan melakukan pertemuan dengan pasangan gelapnya tersebut. Terlihat dari “dating couples” yang kebanyakan merupakan golongan menengah yang secara sengaja melepaskan diri mereka dari suami ataupun isteri resminya serta anak-anaknya. Pergaulan bagi kalangan “dating couples” sendiri merupakan hal yang penting bagi mereka. Terjadinya suatu komunikasi diantara mereka akan memberikan informasi-informasi yang diperlukan antar “dating couples” baik merupakan pengalaman hidup sampai kepada informasi tempat tinggal yang memiliki kualitas rumah yang baik dan yang pasti dengan harga rumah yang terjangkau. Universitas Sumatera Utara Wawancara US, tanggal 4 Mei 2013 “...udah lama sihh tinggal disini, ada enam tahunlah... Jadi pas aku kenalan sama mereka, baru mereka tau daerah rumah kontrak ku ini murah... jadi mereka ikutan cari-cari rumah di daerah sini...” Tinggal di lingkungan dengan kelas sosial lapisan bawah bukan berarti menunjukan kelas sosial uang dimiliki HS juga rendah. HS memiliki menantu seorang dokter gigi dan memberikan fasilitas apa saja kepada mertuanya, tetapi HS sendiri menganggap rumah tersebut hanyalah tempat tinggal sementara sehingga tidak perlu kondisi rumah yang mahal. Lingkungan dengan harga rumah yang murah ditempat tinggalnya juga memiliki norma sosial yang kurang baik juga sehingga tempat tersebut akan memberikan kebebasan ketika HS pulang larut malam ataupun ketika HS sedang bersama kekasihnya dirumah tersebut. Wawancara “HS”, tanggal 4 Mei 2013 “...walaupun anak ku kehidupannya lebih baik rasanya kalau tinggal terpisah dari keluarga kandung itu bisa bebas... di lingkungan ini semuaya cuekdan gak terlalu mencampuri urusan pribadi orang...” tempat tinggal HS Universitas Sumatera Utara HS kanan dan kekasihnya kiri Beberapa “dating couples” yang memilih untuk melepaskan diri dari rumah tinggal asalnya bersama keluarga dikarenakan tempat tinggal yang dihuni hanyalah tempat sementara saja. “Dating couples” memilih rumah sebagai tempat tinggal dengan harga yang murah berkisar antara Rp. 2.500.000 sampai dengan Rp. 4.000.000 per tahun dengan kondisi rumah berlantai dua, memiliki dua buah kamar tidur, satu dapur, dua kamar mandi, satu ruang tamu, dan teras. Hal tersebut dilakukan oleh HS, ALI, dan US. ALI selama empat tahun tinggal di lingkungan tersebut bersama anak-anak dan mantan isterinya sebelum akhirnya berpisah. ALI menjalin hubungan di luar pernikahan dengan US yang juga tinggal di lingkungan tersebut setelah isteri ALI pergi meninggalkannya Wawancara ALI, 15 Mei 2013 “…kebetulan aku memang tetangga sama US waktu aku masih nikah dengan mantan isteriku, aku sewa rumah ku itu dulu masih dua jutaan adalah empat tahun disana tapi dua tahun terakhir naik jadi dua setengah juta. Rumah itu kecil cuman kamar satu, kamar mandi satu, dan ruang tamu… ” Universitas Sumatera Utara Wawancara HS, tanggal 4 Mei 2013 “...oh rumah ini? Cuman empat juta, dua juta uangnya dari anakku, sejuta setengah dari aku ditambah lima ratus ribu dari dia pacar. Rumahnya dua lantai ada tiga kamar dan dua kamar mandi. Ini dulu rumah temanku makanya bisa murah dia sewakan samaku, sebelum pindah ke sini setahun yang lalu tinggal di depan sana dek tapi disana dekat kali dengan air sungainya...” rumah salah satu “dating couples” Pemukiman penduduk dengan harga rumah yang murah ini berada jauh dari pusat kota sehingga “dating couples” terlibat untuk bergabung dirumah-rumah pinggiran kota dengan sosial ekonomi yang juga rendah. Pemukiman ini dekat dengan stasiun angkutan kota dan berada turun menuju kebawah dari jalan utama Universitas Sumatera Utara yang menjadi jalur lalu lintas kendaraan, diujung jalan terdapat aliran Sungai Babura yang berhilir dari Pancur Batu, namun air sungai kerap sekali naik apabila turunnya hujan deras. Wawancara US, 4 Mei 2013 “...rumah daerah sini memang murah, mungkin karena di pinggiran kota. Dulu disini sering banjir, bulan empat dua tahun yang lalu yang pas kota Medan semua kena banjir. Apalagi sungai babura ini kan alirannya dari Berastagi jadi kalau di gunug hujan lebat disini airnya suka naik...” Hubungan seksual yang terjalin pada HS bersama pasangannya tidaklah merupakan suatu rutinitas dengan waktu yang telah ditentukan, tetapi sesuai dengan kesepakatan bersama. Biasanya HS menunggu kabar berupa sms ataupun telepon dari pasangannya ataupun melakukan pembicaraan untuk perjanjian bertemu selanjutnya ketika kekasih HS berkunjung ke rumahnya. Wawancara “HS”, 4 Mei 2013 “...biasanya dia sore datang ke rumah buat ngobrol, nanti pas mau pulang baru janjian untuk pertemuan kami selanjutnya soalnya aku juga harus ngerti kalau dia punya isteri... ya ngapain lah kalau berduan, pasti melakukan yang kaya gitu hubungan seksual tapi gak ada waktu yang dikhususkan untuk melakukannya...” Hal yang sama juga ada pada hubungan US dan ALI, dimana dalam “dating couples” terlihat bahwa seorang pria yang masuk ke lingkungan hidup wanita. Ini ditunjukan juga dengan perilaku berhubungan antara US dan ALI dimana mereka memiliki rumah yang berdekatan. Namun, ALI yang sering kali tinggal dan menginap di rumah US. Wawancara ALI, 15 Mei 2013 “…hampir tiap hari aku tidur dirumahnya US, aku rasa ada yang perdulikan dan perhatikan aku. Tapi anak-anakku gak suka sama dia, mungkin karena pekerjaan dia yang membuat anak-anakku merasa kalau mamaknya lebih baik… ” Wawancara US, 4 Mei 2013 “...kalau untuk yang gituan hubungan seksual sering dirumahku, dirumahnya gk nyaman dan ada anak-anaknya, kalau anak-anakku Universitas Sumatera Utara cuma diam aja kalau ALI di rumah ku. Dulu waktu masih pertama kali berhubungan kami sewa kamar di hotel-hotel yang deket, tapi terlalu boros makanya kalau rumahku sepi kusuruh dia ke rumah. Lama kelamaan jadi sering tidur dan tinggal dirumah” Rumah digunakan “dating couples” untuk rumah bertemu adalah rumah yang ditempati oleh seorang wanita. Dimana rumah wanita yang dijadikan sebagai tempat bertemu adalah wanita yang tidak hidup bersama dengan suaminya lagi sehingga memungkinkan untuk pria lain mengunjungi rumah tersebut. Rumah yang ditempati tidak memastikan bahwa wanita tersebut berasal dari ekonomi bawah. Pemilihan tempat tinggal dikarenakan informasi yang didapatkan mengenai keadaan lingkungan dimana penduduk di daerah tersebut memiliki kelas sosial yang rendah, sehingga tidak terlalu menghiraukan norma-norma yang ada. Hal tersebut yang menjadi salah satu faktor pemilihan rumah dengan harga murah dan memiliki peluang untuk bisa bertemu dengan pasangannya. 4.2.2. Tanpa Rumah Tempat Tinggal Bersama, Tetapi Menjadikan Rumah Keluarga Sebagai Tempat Pertemuan Berbeda dengan ALI, US, dan HS. AT tinggal di Perumnas Simalingkar tidak mengontrak tetapi memiliki rumah ini sendiri. Beberapa kali pasangannya datang mengunjunginya tetapi suami AT tidak mengetahui hubungan lebih yang terjalin diantara isterinya dan lelaki tersebut, AT hanya mengaku bahwa lelaki tersebut hanyalah kerabat dekatnya saja. Hal ini dipercayai oleh suami AT dikarenakan suami AT juga melakukan komunikasi dengan kekasih AT dan sering bergabung ketika ALI, US, HS, AT serta pasangan-pasangan mereka ketika sedang berkumpul di pinggiran sungai di lingkungan rumah mereka tersebut. Hubungan yang dilakukan HS bersama kekasihnya dan US bersama ALI menunjukan bahwa seorang pria yang masuk ke lingkungan hidup wanita. Hal ini juga ditunjukan dengan perilaku AT yang sering kali membawa kekasihnya untuk datang ke rumah walaupun hanya sebentar saja. Wawancara AT, 9 Mei 2013 Universitas Sumatera Utara “...kalau bertemu saja dengan dia pacar sering di rumah, tetapi hanya sebatas obrolan ringan aja. Kami suka ngumpul disungai, orang itu suka beli tuak dan tambul supaya enak ngobrolnya. Suami ku juga sering ngumpul dengan kami, kalau ada suami ku kami dengan pacarnya berusaha untuk tidak membahas hal yang membuat suamiku curiga. Dan selama tiga tahun hubungan kami berjalan lancar tanpa diketahui suamiku...” Empat tahun yang lalu sebelum AT pindah ke lingkungan tersebut, AT juga sering membawa pasangannya ke rumah dikarenakan suami AT kerja di luar kota dan anak-anak AT sibuk dengan urusan di luar rumah. AT sering kali dijemput kekasihnya untuk bersama-sama pergi ke warung remang-remang. Wawancara AT, 9 Mei 2013 “...dulu waktu suami ku jarang pulang ke rumah beberapa pacarku pernah datang, SAN, dan BP. Mereka hanya datang menjemput, masuk ke dalam rumah juga sebentar saja...” Kunjungan pacar AT ke rumah diketahui oleh anak-anak AT. Beberapa kali AT mencoba mendekatkan anak-anaknya dengan pacarnya degan tujuan untuk lebih saling memahami dalam hubungan mereka. Seperti yang pernah dilakukan AT bersama anak-anaknya dan SAN berlibur. Wawancara SAN, 19 Mei 2013 “...waktu itu pernah sekali kami jalan-jalan ke pantai, kebetulan anak pertamanya yang kuliah di luar kota liburan ke Medan. Dia AT minta diajakin ke pantai sama anak-anaknya karena suaminya sibuk kerja...” Hal yang sama juga pernah dilakukan oleh BP bersama anak-anak AT. Kedekatan tersebut dikarenakan AT melakukan komunikasi bersama antara BP dan anak-anaknya. Wawancara BP, 25 Mei 2013 “...waktu itu kami pernah janjian makan malam di luar rumah, dan kebetulan juga saat itu anak pertamanya juga pulang ke Medan karena saat itu mereka ada masalah ekonomi...” Universitas Sumatera Utara Rumah keluarga wanita dijadikan sebagai tempat pertemuan dengan jangka waktu yang sebentar saja. Hubungan seksual tidak terjadi di rumah AT dikarenakan ketidakbebasan walaupun rumah AT pada siang hari dalam keadaan kosong. AT masih menghargai suaminya walaupun suaminya sering tidak berada di rumah dan tidak mengetahui hubungan diluar pernikahannya tersebut. Wawancara AT, 9 Mei 2013 “...kalau untuk itu hubungan seksual kami lebih memilih menyewa kamar saja, karena gak mun gkin juga dilakukan dirumah ku ataupun dirumah dia karena kami masing-masing juga punya keluarga yang harus kami pikirkan...” Lemahnya rasa saling menjaga kepercayaan pasangan terlihat dalam pola ini. Kunjungan “dating couples” ke rumah pasangannya berawal dari adanya peluang dan kesempatan. Seorang wanita yang biasanya ditinggal suami bekerja di luar kota memiliki peluang besar untuk bertemu dengan kekasihnya. Rasa kesepian yang dimiliki seorang wanita dikarenakan pekerjaan suami ditambah dengan kesibukan anak-anak dengan kegiatan masing-masing menyebabkan wanita yang memiliki ketertarikan dengan seorang pria lain mengajak untuk mengunjungi rumahnya. Peluang untuk dapat bertemu di rumah keluarga atau di rumah wanita yang masih memiliki suami ini dimulai dengan ajakan seorang wanita yang memberikan informasi tentang keadaan rumahnya yang dapat memungkinkan pertemuan terjadi di dalam rumah. Tetapi pertemuan yang dilakukan hanya sebatas melakukan komunikasi dengan kekasihnya saja, hal ini karena wanita masih menghargai suaminya. 4.2.3. Satu Rumah Bersama Tanpa Status Pernikahan Rumah pada hakekatnya merupakan kebutuhan dasar manusia selain sandang dan pangan, juga pendidikan dan kesehatan. Sebuah tempat tinggal merupakan wujud bangunan rumah difungsikan sebagai tempat berteduh atau yang digunakan sebagai tempat untuk berlindung dan beristirahat dari segala aktifitas sehari-hari. Suatu kelompok sosial yang tinggal berdiam dalam sebuah rumah disebut dengan Universitas Sumatera Utara keluarga. Dimana dalam keluarga akan melakukan pertemuan-pertemuan dan aktifitas-aktifitas kecil lainnya di dalam rumah. Beberapa “dating couple” hidup dan tinggal bersama pasangannya tanpa adanya status pernikahan yang terjadi didalamnya. Mereka hidup dan tinggal bersama selayaknya sepasang suami isteri yang menjalani kehidupan. Tinggal satu rumah bersama tanpa adanya pernikahan terlihat pada hubungan RP dan kekasihnya. RP yang telah menikah enam tahun yang lalu mengaku ditinggal pergi sang suami bersama wanita lain. Namun, setahun terakhir ini RP menjalin hubungan dengan pria lajang tanpa bercerai secara resmi dengan sang suami. Wawancara RP, 30 Mei 2013 “…dia suami pergi sama cewek lain, aku gak bisa apa-apa karena beberapa kali aku pertahankan tetap aja dia selingkuh. Jadi sekarang aku biarkan aja dia sama ceweknya itu. Dengar-dengar sekarang dia udah nikah…” RP menghabiskan banyak waktunya di warung remang-remang dengan alasan stres setelah pernikahannya tersebut gagal. RP dan kekasihnya tinggal menumpang bersama di sebuah rumah kontrak temannya. Aktifitas yang dijalani bersama menghabiskan waktu seperti pasangan suami isteri. Wawancara RP, 30 Mei 2013 “…udah enam bulan tinggal dikontrakkan temanku, soalnya aku juga gak punya uang. Tapi kami punya rencana menikah tahun depan…” Pernikahan kedua yang diharapkan RP memberikan perubahan dari pada pernikahan sebelumnya. Memiliki rumah dan keluarga kecil yang bahagia adalah keinginan setiap manusia termasuk RP. Wawancara RP, 30 Mei 2013 “…aku percaya dia lebih baik, karena suamiku kemaren itu suka kasar. Dia pacar berbeda karena dia selalu bersikap lembut dan sikapnya lebih membuatku nyaman…” Universitas Sumatera Utara Tinggal bersama di sebuah rumah kontrak dengan kekasih memberikan waktu kebersamaan yang lebih banyak dari pada tinggal terpisah. Begitu juga kesempatan untuk berdua atau menjalin hubungan intim, aktifitas tersebut kerap kali dilakukan apabila keadaan memungkinkan mereka untuk melakukannya. Wawancara RP, 30 Mei 2013 “…kalau yang kayak gituan hampir setiap harinya kami lakukan, tapi kalau kondisi rumah sepi karena kami juga tinggal menumpang dirumah itu jadi ada rasa sengan dengan yang punya rumah. Kalau rutinitasnya setiap malam setelah kami pulang dari Palar nama warung remang-remang pasti kami lakukan lagi, karena terbawa kondisi yang setengah sadar pengaruh tuak alkohol itu ku rasa…” Hubungan yang dijalani RP dengan serius bersama kekasihnya ditunjukkan dengan bertemunya keluarga dan orang tua RP dengan kekasihnya tersebut dengan pembahasan pernikahan. Namun, pemutusan hubungan dari pernikahannya sebelumnya ataupun perceraian secara sah tidak terlalu dipikirkan oleh RP dan kekasihnya. Secara hukum RP masih merupakan isteri dari seorang pria tapi diantara RP dan kekasihnya hal tersebut bukanlah hal yang harus dengan serius diselesaikan karena suami RP sebelumnya juga telah dikabarkan menikah dengan wanita lain. Wawancara RP, 30 Mei 2013 “…keluarga udah saling kenal, udh bahas soal pernikahan. Keluarga juga tau kalo kami tinggal sama-sama di kontrakkan kawanku. Tapi kalau udah nikah kami mau kost ditempat kecil aja…” Hidup bersama pasangan yang belum menjadi pasangan resminya ini dimulai denga keadaan rasa ingin selalu bersama. Tinggal bersama dapat memberikan banyak waktu untuk menjalin hubungan intim kapan saja mereka menginginkannya tanpa melakukan sebuah perencanaan terlebih dahulu dan tanpa mengeluarkan biaya. Kebutuhan seksual merupakan hal yang manusiawi bagi kalangan yang sudah dewasa. Namun, hal tersebut haruslah dengan status pernikahan resmi yang diakui oleh pemerintah dan agama. Di Indonesia tinggal bersama antara pria dan wanita Universitas Sumatera Utara yang bukan saudara sekadung disebut kumpul kebo dengan kata lain hal tersebut tidaklah pantas dilakukan oleh manusia. 4.2.4. Tanpa Rumah yang Dibina Bersama, Pertemuan Hanya di Warung Remang- remang dan Hotel Hubungan yang dilakukan oleh “dating couples” merupakan suatu hubungan yang tersembunyi sehingga tidak dengan mudah dapat diterima oleh orang lain. Banyaknya “dating couples” yang memilih untuk melakukan pertemuan secara tersembunyi dan jauh dari padangan masyarakat. Hal ini dijalani oleh CS dan ES bersama kekasihnya AT. CS melakukan hubungan tersembunyi dikarenakan status yang tidak jelas diantara dia dan suaminya. Bagi kepercayaan ataupun agama yang dijalani oleh CS, pernikahan hanya boleh dilakukan sekali seumur hidup dan boleh menikah kembali apabila pasangannya meninggal dunia. Ketidaksepahaman antara CS dan suaminya sudah dijalani selama enam tahun lebih. Wawancara CS, 16 Mai 2013 “…udah lama pisah dengan suami di Nias, sekitar enam tahunan lah.. ke sini warung remang-remang karena mau buang stres, anak-anak udah besar dan sibuk dengan urusan masing-masing…” CS menjalani hubungannya dengan pria lain dan melakukan pertemuan tersebut di warung remang-remang. Hampir setiap sore CS mengunjungi warung remang-remang sepulangnya dari mengajar di sekolah. Wawancara CS, 16 Mai 2013 “…kalau ketemuan lebih sering ke sini warung remang-remang, soalnya awalnya dulu juga kami ketemuan disini. Gak ada tempat yang dikhususkan kalau mau berduaan, tapi kalau kami udah ketemu disini selanjutnya kami bicarakan mau lanjut ke hotel atau cuman ketemu aja…” Tidak adanya tempat yang dikhususkan untuk bertemu dengan kekasih diluar pernikahan, juga terjadi pada ES. ES bertugas di luar Kota Medan mengunjungi ke Universitas Sumatera Utara untuk mengunjungi isteri dan anak-ananya di Pancur Batu, ketika tidak memiliki tugas penting dalam penggeledahan narkoba. Saat ES berada di Kota Medan, dia juga tidak lupa ke warung remang-remang untuk bertemu dengan rekan-rekan dan AT. Wawancara ES, 31 Mai 2013 “…gak pasti berapa kali seminggu ke Medan, tergantung tugas yang dikasih juga dari atasan. Kalau lagi kosong tugas aku di Medan aja, tapi lebih sering di luar rumah. Sering ke Palar nama warung remang-remang atau tempat lain hotel karena bisa ketemu sama AT, gak mungkinlah ku bawa dia ke rumah ku.…” Hubungan seksual yang dilakukan “dating couples” antara pria dan wanita berbeda, dimana seorang pria lebih memprioritaskan hal tersebut dari pada seorang wanita. Seperti pada CS, yang tidak mengutamakan berhubungan badan. Wawancara CS, 16 Mei 2013 “…aku ketemu karena rasa kangen sama dia pacarnya, lagian juga hampir tiap hari aku jumpa dia di sini warung remang-remang. Kalau setiap hari ketemu dan setiap hari sewa kamar kan sayang uangnya, karena sama-sama masih butuh uang untuk biayain anak …” Berbeda dengan ES yang setiap kali lepas tugas langsung menemui AT dan mengajak untuk melakukan hubungan seksual. Rasa kejenuhan dengan perlakuan isteri membuat ES untuk mencari kesenangannya sendiri. Wawancara ES, 31 Mei 2013 “…di rumah isteriku marah-marah aja terus, memang marahnya ke anak-anak tapi maunya aku di rumah itu nyaman. Dulu setiap ke Medan aku ketemu AT pacar terus sewa kamar, seharian kami disana hotel sampai malam karena dia harus pulang ke rumah…” Untuk pertemuan yang dilakukan di luar rumah membutuhkan uang ataupun biaya. Biaya dikeluarkan untuk pertemuan tersebut adalah uang bersama, dimana “dating couple” mengeluarkan uang secara bergantian. Tidak ada imbalan yang Universitas Sumatera Utara diberikan kepada wanita ketika melakukan hubungan seksual, tetapi biaya yang dikeluarkan selama mereka bertemu adalah uang bersama. Wawancara CS, 16 Mei 2013 “…ya ga dibayarlah, dia itu kan pacarku.. itukan hubungan seksual kebutuhan bersama dan sama-sama mau jadi gak ada paksaan. Tapi kalau dibayar berarti itu bekerja jual diri lah dek…” Wawancara ES, 31 Mei 2013 “…gak ada yang dikhususkan siapa yang bayar, kalau ada duit aku yang bayar tapi beberapa juga ditambah sama dia. Kadang ku kasih dia pegang duit lumayan untuk isi pulsa dia, tapi bukan sejenis bayaran ke dia karena dulu pernah dia tersinggung aku kasih duit…” Warung remang-remang merupakan awal tempat bertemunya “dating couples” dengan berbagai alasan yang dimiliki. Banyaknya pria dan wanita yang sudah berumur duduk sampai berjoget bersama pasangannya masing-masing dengan tujuan mendapatkan hiburan dari segala alasan yang menurut mereka masalah dalam rumah tangga. “Dating couples” yang tidak memiliki rumah untuk bertemu menggunakan fasilitas warung remang-remang dan hotel kelas melati sebgai tempat bertemu mereka dengan pasangan gelapnya. Tempat tersebut dipilih dikarenakan hubungan yang mereka jalani dengan kekasihnya tidak ingin diketahui pihak keluarga ataupun tetangga mereka. 4.2.5. Tanpa Rumah Tepat Tinggal, Tanpa Berhubungan Seksual Hanya Bertemu di Warung Remang-remang Hubungan yang lebih dengan lawan jenis dan keduanya saling memiliki status pernikahan, tidak semuanya memiliki tujuan untuk pemenuhan kebutuhan seksual. Rasa kesepian yang dirasakan “dating couples” dan memanipulasinya dengan kunjungan ke warung remang-remang digunakan untuk melepaskan stres dari segala aktifitasnya saja. Universitas Sumatera Utara MJ sering berkunjung ke warung remang-remang dikarenakan banyaknya teman yang dapat ditemui di tempat tersebut untuk bercerita dan melepaskan kejenuhannya di rumah. MJ menjalani hubungan dengan seorang pria yang juga ditemuinya di warung remang-remang. Wawancara MJ, 25 Mei 2013 “… suntuk di rumah, tapi banyak yang bsa di lihat di sini.. ada orang yang joget-joget, ada yang nyanyi-nyanyi, dan banyak teman seumuran ku untuk cerita-cerita jadi aku gak bosan.…” Hubungan yang dijalani MJ hanya sebatas perasaan suka, ini disebabkan adanya kesinambungan ketika MJ dan kekasihnya tersebut saling berbagi cerita. Hubungannya dengan kekasih bukan dikarenakan adanya kebutuhan seksual yang diinginkan oleh MJ. Dengan sikap atau prilaku MJ yang santai ketika berada di warung remang, MJ mengaku hanya menghabiskan waktu luang di tempat tersebut dengan duduk santai dan sesekali ikut menyanyi bersama orang-orang yang ada di tempat tersebut. Wawancara MJ, 25 Mei 2013 “…pastinya ada rasa sukalah sama dia pacar, kalau aku cerita bisa nyambung sama dia. Kami hanya jalani sebatas bertemu di sini aja, pernah beberapa kali dia ngajak ke hotel tapi aku nolak dengan berbagai alasan karena aku juga sebatas senang-senang aja gak mau lebih…” Penolakkan yang dilakukan MJ dikarenakan adanya rasa menghargai suaminya yang bekerja di luar kota. MJ menyayangi suaminya karena kebaikan dan ketulusan serta kesabaran sang suami membuat MJ tidak berani menjalani hubungan yang terlalu dalam, tetapi MJ tetap mengakui bahwa dia memiliki ketertarikan kepada pasangan di luar pernikahannya tersebut. Wawancara MJ, 25 Mei 2013 “…awalnya juga aku ke sini warung remang-remang cuman buang suntuk, bukan buat cari untuk yang kayak gitu hubungan seksual. Aku pun sama dia pacar karena nyaman aja ngobrol, tapi untuk Universitas Sumatera Utara pacaran yang serius enggak ada. Aku gak mau nanti jadi berantem sama suami ku, karena dia baik kali terima keadaanku penangkatan payudara…” Hubungan seksual merupakan suatu kebutuhan batin yang dibutuhkan dalam suatu rumah tangga. Pekerjaan suami MJ di luar kota bukan hal yang dapat dijadikan alasan untuk MJ mencari pelampiasan dengan melakukan hubungan seksual dengan kekasihnya. MJ yang memiliki rasa tidak percaya diri ketika pertama kali payudaranya diangkat, tetapi dengan sabar suami MJ tidak memiliki respon negatif dalam memperlakukan MJ. Hal tersebut merupakan suatu kebanggaan bagi MJ dikarenakan suaminya menerima keadaannya dan menjadikan MJ untuk tidak mencari pelampiasan seksual ketika suaminya tidak sedang berada di Medan. Wawancara MJ, 25 Mei 2013 “… hubungan seksual itu kan kubutuhan batin antara suami dan isteri, berarti aku harus melakukannya dengan suamiku aja. Kalau dilakukan bukan dengan suami berarti itu hanya nafsu bukanlah kebutuhan. Memang beberapa kali hampir terbawa suasana karena pengaruh minuman tuak, tapi sebisa mungkin aku ingat suamiku yang bekerja untuk ku dan anak-anak ku …” Pada pola ini terlihat bahwa hubungan intim bukanlah yang menjadi patokan. Hubungan gelap yang dilakukan hanya dikarenakan kesenangan ketika berada di warung remang-remang dan rasa kenyamanan berkomunikasi yang dilakukan dengan lawan jenis. Tidak terlibatnya hubungan seksual dalam hubungan gelap ini dikarenakan rasa menghargai kepada sang suami, hubungan gelap yang dijalani hanya digunakan untuk teman berbicara tanpa terlalu terikat dalam komitmen diantaranya. Pola-pola tempat tinggal yang diperlihatkan dalam penelitian ini memperlihatkan bagaimana “dating couple” menjadikan seberapa besar fungsi rumah digunakan untuk tempat bertemu. Tidak menunjukkan bahwa rumah merupakan gambaran dari tingkat ekonomi dikarenakan rumah yang ditempati Universitas Sumatera Utara merupakan informasi yang didapatkan melalui pergaulan untuk memudahkan “dating couple” ketika ingin bertemu dengan pasangan gelapnya. Rumah keluarga yang juga dijadikan sebagai tempat pertemuan dikarenakan adanya peluang dan kesempatan yang memungkinkan pasangan untuk mengunjungi rumahnya, hal dikarenakan suami yang bekerja di luar kota dan anak-anak yang sibuk dengan kegiatan masing-masing emungkinkan rumah lebi sering berada dalam keadaan kosong. Sementara dalam pola satu rumah tinggal bersama digunakan agar tidak ada biaya tambahan dan kapan saja dapan melakukan hubungan intim. Selanjutnya tanpa adanya rumah dan pertemuan dilakukan di warung remang-remang ataupun di hotel saja, terlihat bahwa hubungan gelap yang dilakukan benar-benar dijaga dikarenakan “dating couple” tidak menginginkan tetangga dan keluarga mengetahui hubungan yang dilakukan tersebut, dengan kata lain “dating couple” masih sangat menjaga hubungan rumah tangga satu sama yang lainnya. Pola tempat tinggal yang terakhir dalam penelitian ini adalah tanpa adanya rumah yang dibina bersama, tanpa adanya hubungan intim dan pertemuan hanya dilakukan di warung remang-reamang Pada pola ini terlihat bahwa hubungan intim bukanlah yang menjadi patokan, tidak terlibatnya hubungan seksual dalam hubungan gelap ini dikarenakan rasa menghargai kepada sang suami, hubungan gelap yang dijalani hanya digunakan untuk teman berbicara tanpa terlalu terikat dalam komitmen diantaranya.

4.3. Pola Pertemuan “ Dating Couples”