Wawancara 7 April 2013 “.. anak-anak ku gak ada ngomong apa-apa mereka diam aja, cuman
si Sembiring itu uangnya banyak, ya samalah dengan suami ku, cuman aku bilang aja ke anak-anakku kalau mau isi pulsa minta aja..
lumayanlah mereka masih anak sekolahan dan pulsa yang diisi pun limapuluh ribu buat seminggu…”
Setahun lebih hubungan gelap yang dijalani itu berakhir tanpa kata perpisahan dikarenakan suami AT mengalami penurunan ekonomi dan AT
memfokuskan pikirannya kepada keluarganya dan AT yang ibu rumah tangga menjadi wirausaha. Setelah perekonomian mereka kembali stabil AT kembali
menjalani hubungan diluar pernikahan. Hubungan tersebut dijalani tanpa diketahui oleh suami AT walaupun diakui k
anak-anak AT berusaha memisahkannya dengan pasangannya tersebut tetapi tetap saja AT tidak menghiraukan perkataan tersebut. AT mengakui bahwa selama
bertahun-tahun menikah dengan lajang tua itu dia tidak pernah disentuh ataupun diberi kebutuhan batiniah selayaknya suami dan isteri, hal ini yang dijadikan AT
sebagai alasannya melakukan perselingkuhan. Wawancara, 9 Mai 2013
”…bertahun-tahun kami nikah gak pernah kayak gituan. Jangankan itu, ciuman aja gak pernah kami. Paling dia cium kening ku dan peluk
aku aja… cuman sekedarlah, tapi dia tetap suami yang baik dan sayang sama aku dan anak-anakku..”
4.2.2. Informan II, CS GuruPegawai Negeri
Informan kedua bernama Cathrine Sihombing CS, beragama katholik tinggal di Jl. Rotan – Perumnas Simalingkar. CS merupakan seorang guru musik
disalah satu sekolah menengah pertama SMP. CS menikah dengan seorang pria suku nias dan memiliki tiga orang putera serta satu orang puteri sebelum akhirnya
putera ketiganya meninggal dunia dikarenakan sakit. Mereka memutuskan berpisah tanpa ada status perceraian diantara keduanya.
Universitas Sumatera Utara
Wawancara, 16 Mai 2013 “… kalau di agama ku tidak ada yang namanya perceraian, lagian
susah ngurus surat-surat cerai… tapi dia masih tetap komunikasi sama anak-anak dan terkadang juga mengirim uang…”
CS mengganggap perpisahan bukanlah akhir segala hubungan. Tidak ada yang bisa memutuskan hubungan bapak dan anaknya. CS tidak menginginkan
perpisahannya dengan sang suami juga merupakan perpisahan bapaj dan anaknya. Oleh karena itu komunikasi CS dan suaminya masih berjalan dengan berpatokan
dengan anak-anaknya meskipun diantara keduanya sudah tidak lagi bisa menjalin komuikasi dalam rumah tangga yang baik. Suami CS yang kini bekerja di Nias sudah
enam tahun tidak mengunjungi anak-anaknya di Medan walaupun masih ada komunikasi kepada anak-anaknya dan membelanjai kebutuhan anak-anaknya.
Beberapa kali CS menjalin hubungan dengan pria yang dia temui di warung remang-remang tetapi tidak ada satupun yang diajak untuk serius disamping pria-pria
yang ia temui juga memiliki isteri masing-masing. CS hanya menganggap hubungan yang dijalani hanya sekedar disamping CS sendiri juga tidak benar-benar memiliki
status bercerai dengan sang suami.
4.2.3. Informan III, HS Ibu Rumah Tangga
Informan ketiga bernama Hotrina Br.Sembiring HSBiring, wanita berusia 46 tahun ini beragama keristen, tinggal di Jln. Jati – Perumnas Simalingkar. HS
memiliki seorang puteri yang dibesarkan sendiri, HS mengakui bahwa anak yang dia lahirkan merupakan anak di luar pernikahan yang sah sampai pada akhirnya dia
bertemu dengan seorang pria yang ia temui di terminal angkutan kota. Namun dalam pernikahan resmi dengan pria yang berprofesi supir angkutan kota tersebut tidaklah
dikaruniai seorang anak. HS kembali hidup sendirian ketika suami tercinta meninggal dunia.
Universitas Sumatera Utara
HS kembali membesarkan puteri tunggalnya itu sendiri dengan segala keterbatasan, pada saat itu HS menjalani hubungan dengan beberapa pria untuk
membantu menghidupi dirinya dan anaknya. Sampai pada saat anaknya tumbuh dewasa dan akhirnya menikah. Tidak sampai disitu HS kembali hidup sendirian dan
menghabiskan waktunya hampir di setiap harinya di warung remang-remang. HS yang sering terlihat bersama pasangan diluar dari pernikahannya di warung remang-
remang dan menjalin hubungan dengan seorang pria yang memiliki isteri selama dua tahun.
Menurutnya pernikahan hanyalah sebuah ikatan tanpa dapat memastikan bahwa pernikahan akan membawa kebahagiaan sejati, terbukti dia masih tetap
menjalani hidupnya dengan kesendirian tanpa seorang suami dan anak disampingnya. HS hidup dengan mengontrak sebuah rumah bersama beberapa
teman-teman yang ia temui di warung remang-remang. HS mengatakan bahwa hidup yang dia jalani sekarang lebih tenang dari pada pernikahannya yang beberapa kali
mengundang keributan. Beberapa kali HS juga merasakan kesepian ketika ia melihat seorang
keluarga utuh seperti tetangga-tetangga lainnya yang berada dilingkungan kontrakan HS. HS juga merupakan seorang wanita yang pernah melahirkan puteri yang kini
Universitas Sumatera Utara
tinggal bersama suaminya, untuk beberapa kali HS melakukan komunikasi melalui telepon padahal anak kandunganya tersebut juga tinggal di daerah tempat tinggal HS
yaitu di Perumnas Simalingkar Medan. Namun hal tersebut tidak membuat HS merasa tersinggung dengan anaknya tersebut karena HS menyadari bahwa anaknya
juga memiliki tanggung jawab kepada keluarga barunya tersebut sehingga HS tidak ingin mengganggu kebahagiaan puteri tunggalnya.
4.2.4. Informan IV Penyanyi di Warung Remang-remang