1.5.2. Dating Couple
Dating Couple berasal dari dua suku kata ”dating” dan “couple”. Dimana dalam pengartian secara harafiah kata “dating” berasal dari kata “date” yang berarti
kencan, sedangkan “couple” memiliki arti pasangan. Dating Couple sendiri memiliki arti sebagai pasangan yang sedang berkencan atau lebih dikenal dengan pacaran.
Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan
berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Pada kenyataannya, penerapan proses tersebut masih sangat jauh dari tujuan yang sebenarnya. Tradisi pacaran memiliki
variasi dalam pelaksanaannya dan sangat dipengaruhi oleh tradisi individu-individu dalam masyarakat yang terlibat. Dimulai dari proses pendekatan, pengenalan pribadi,
hingga akhirnya menjalani hubungan afeksi yang ekslusif. Perbedaan tradisi dalam pacaran, sangat dipengaruhi oleh agama dan kebudayaan yang dianut oleh seseorang.
Menurut persepsi yang salah, sebuah hubungan dikatakan pacaran jika telah menjalin hubungan cinta kasih yang ditandai dengan adanya aktivitas
seksual atau percumbuan. Tradisi seperti ini dipraktekkan oleh orang-orang yang tidak memahami makna kehormatan diri perempuan, tradisi seperti ini dipengaruhi
oleh media massa yang menyebarkan kebiasaan yang tidak memuliakan kaum perempuan. Sampai sekarang, tradisi berpacaran yang telah nyata melanggar norma
hukum, norma agama, maupun norma sosial di Indonesia masih terjadi dan dilakukan secara turun-temurun dari generasi ke generasi yang mememiliki pengetahuan untuk
menjaga kehormatan dan harga diri yang semestinya mereka jaga dan pelihara. Agoes 2004 mengatakan masa pacaran dianggap sebagai masa pendekatan
antar individu dari kedua lawan jenis, yaitu ditandai dengan pengenalan pribadi baik kekurangan dan kelebihan dari masing-masing individu. Adanya kedekatan intimasi
dimana adanya hubungan akrab, intim, menyatu, saling percaya dan saling menerima yang satu dengan yang lainnya.Selain itu ada juga aspek passion yakni adanya
hubungan antarindividu tersebut, lebih dikarenakan oleh unsur-unsur biologis, ketertarikan fisik, atau dorongan seksual. Dengan adanya faktor ini, maka para ahli
menyebutnya sebagai masa percintaan atau pacaran yang romantis romantic love.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini “Dating couples” merupakan pasangan perselingkuhan yang dilakukan oleh individu yang masing-masing atau salah satu individu masih
memiliki status pernikahan dengan pasangan hidupnya yang sah. Penelitian ini mengkaji pasangan yang berkencan pada kelompok orang yang sudah menikah,
dibatasi pada usia 35-55 dan memiliki pasangan kencan yang tidak disertai oleh pengakuan yang sah dari institusi negara dan agama. Dimana dalam penelitian ini
pasangan tersebut masing-masing telah memiliki anak-anak dalam rumah tangganya dan merupakan pasangan yang dalam rumah tangganya masih tinggal bersama,
pasangan yang dalam rumah tangganya tinggal berpisah namun tidak memiliki status perceraian yang sah, dan pasangan yang suaminya telah meninggal dunia.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelian yang pernah dilakukan berhubung dengan perilaku seksual “dating couples”: penelitian yang dilakukan oleh Zakiah Sholihah Nusya
2003 melihat adanya beberapa aspek perilaku selingkuh yaitu perselingkuhan fisik dan perselingkuhan emosional. Sedangkan aspek kepuasan perkawinan adalah
sebagai berikut : 1 kesesuaian penilaian terhadap perkawinan yang dijalani dengan kriteria yang diidealkan oleh masyarakat; 2 kepuasan terhadap perkawinan secara
umur; 3 ungkapan kasih sayang dan pengertian yang diberikan oleh pasangan; 4 kerjasama untuk memecahkan masalah dan kemampuan mencari penyelesaian pada
perselisihan; 5 kesediaan dalam menggunakan waktu bersama; 6 kesepakatan dalam mengatur keuangan rumali tangga; 7 aktivitas seksual bersama; 8
persamaan orientasi peran yang dipakai sebagai orang tua; 9 kesamaan dalam cara mendidik anak hasil perkawinan. Subjek pokok pada penelitian ini adalah laki-laki
yang sudah menikah dan memiliki anak menunjukan bawa semakin tingginya kepuasan perkawinan, maka semakin rendah intensi selingkuh pada suami, demikian
sebaliknya semakin rendah kepuasan perkawinan, akan semakin tinggi intense selingkuh pada suami dikarenakan.
Purdiningsih 2008 melakukan penelitan untuk mengetahui penyebab dan dampak perselingkuhan. Dalam setiap rumah tangga biasanya diwarnai dengan
adanya permasalahan permasalahan antara suami dan istri akibat adanya konflik diantara mereka. Konflik dalam rumah tangga ada yang dapat mereka selesaikan dan
juga tidak. Dengan adanya konflik yang berlarut-larut dalam keluarga membuat salah satu pihak mencari jalan penyelesaian dengan mencari solusi di luar rumah. Seperti
halnya dengan melakukan komunikasi dengan pihak lain di luar rumah hingga sampai pada tindakan perselingkuhan.
Universitas Sumatera Utara