37
provinsi, nasional atau internasional. Kegiatan pembinaan ini meliputi dua konsep pokok yang meliputi: 1 upaya yang dilakukan agar peserta didik
mampu memenangkan kompetisi dan mengembangkan potensinya lebih lanjut, dan 2 upaya yang diperlukan agar satuan pendidikan yang
bersangkutan dapat
membangun atau
mempertahankan tradisi
menghasilkan peserta didik berprestasi pada tingkat kabupatenkota, provinsi, nasional atau internasional.
Penekanan prestasi dalam pembinaan KKO secara umum berorientasi pada pencapaian prestasi yang berhubungan dengan olahraga.
Akan tetapi, penyelenggaraan KKO sebenarnya merupakan kelas reguler dimana siswa memperoleh pelajaran seperti layaknya siswa yang lain
dengan menggunakan kurikulum regular. Hanya saja, yang menjadi berbeda dalam hal ini adalah siswa diberikan bobot materi olahraga yang
lebih banyak dan mendalam melalui penambahan jam. Menurut Undang-undang Nomor 34 tahun 2006, pembinaan
berkelanjutan dapat berbentuk pelatihan dan atau pendidikan khusus, bantuan sarana pendidikan, kemudahan menggunakan fasilitas satuan
pendidikan, asuransi pendidikan, keringanan biaya pendidikan, dan pemberian beasiswa berprestasi.
Proses kegiatan pembinaan ini, Undang-undang Nomor 39 tahun 2008 menjelaskan secara terperinci jenis-jenis kegiatan pembinaan yang
bisa dilakukan, yang meliputi : 1 lomba mata pelajaranprogram keahlian, 2 penyelenggaraan kegiatan ilmiah, 3 mengikuti kegiatan
38
seminar, workshop yang bernuansa olahraga, 4 mengadakan studi banding ke tempat-tempat yang bisa menjadi sumber belajar yang relevan,
5 membentuk klub olahraga, dan 6 menyelenggarakan lomba dan pertandingan olahraga.
Program KKO tidak hanya melibatkan pihak sekolah saja, namun sekolah juga harus mengupayakan adanya dana, fasilitas dan tenaga yang
mendukung. Oleh karena itu, tenaga yang terlibat dalam program KKO tidak hanya guru, namun juga pelatih yang bisa mengakomodasi
kebutuhan bakat dan minat peserta didik. Untuk memenuhi tenaga tersebut, sekolah dapat bekerjasama dengan perguruan tinggi atau klub-
klub olahraga yang bisa menyediakan tenaga pelatih yang berkualitas. Pendanaan untuk penyelenggaraan program Kelas Khusus
Olahraga menjadi tanggung jawab bagi satuan pendidikan yaitu perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, perusahaan swasta,
organisasi kemasyarakatan, dan perusahaan milik negara atau daerah dapat membantu pendanaan yang dinyatakan secara tertulis kepada pihak yang
relevan. 3 Pemberian Penghargaan
Penghargaan diberikan kepada dua pihak yakni : 1 satuan pendidikan yang mampu menghasilkan peserta didik yang berprestasi baik
itu di tingkat satuan pendidikan, kabupatenkota, provinsi, nasional atau internasional. Perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi,
perusahaan swasta, organisasi kemasyarakatan, dan perusahaan milik
39
negara atau daerah dapat ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan pembinaan prestasi dan dapat memberikan beasiswa prestasi, asuransi
pendidikan, atau penghargaan lain kepada peserta didik yang memenangkan seleksi tingkat satuan pendidikan, kabupatenkota, provinsi,
nasional atau internasional.
7. Tujuan Kelas Khusus Olahraga
Suatu program dipastikan mempunyai suatu tujuan yang ingin dicapai, tak terkecuali program kelas olahraga. Dalam buku panduan pelaksanaan kelas
olahraga Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
2010:5 tertuang tujuan dari kelas olahraga adalah:
a. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam bidang olahraga.
b. Meningkatkan mutu akademis dan prestasi olahraga.
c. Meningkatkan kemampuan berkopetensi secara seportif.
d. Meningkatkan kemampuan sekolah dalam pembinaan dan pengembangan
kegiatan olahraga. e.
Meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani. f.
Meningkatkan mutu pendidikan sebagi bagian dari pembangunan karakter. Dari beberapa pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan kelas
khusus olahraga adalah sebagai wadah pendidikan olahraga yang sesuai
dengan kebutuhan jaman dan untuk memberikan kejelasan arah dalam pelaksanaan pendidikan olahraga yang professional, sehingga dapat
menghasilkan lulusan yang handal, kerja keras, cerdas dan kompetitif.
40
8. Hakikat Pembelajaran
Kunci pokok pembelajaran itu ada pada seorang guru tetapi bukan berarti dalam proses pembelajaran hanya guru yang aktif sedangkan siswa tidak aktif,
pembelajaran menuntut keaktifan kedua pihak. Suatu pembelajaran bisa dikatakan berhasil secara baik jika guru mampu mengubah diri peserta didik
serta mampu menumbuh kembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar sehingga
pengalaman yang diperoleh peserta didik selama proses pembelajaran itu dapat dirasakan manfaatnya.
Menurut Dimyati dan Mudjiono 2002:7 Belajar merupakan tindakan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami
oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya proses belajar. Sedangkan Menurut Oemar Hamalik Sanjaya, 2008:6 Pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang terorganisir yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedural yang berinteraksi untuk mencapai suatu
tujuan. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Prinsip dalam pembelajaran adalah memotivasi dan
memberikan fasilitas kepada siswa agar dapat belajar sendiri. Semakin banyak alat deria atau indera yang diaktifkan dalam kegiatan belajar, semakin banyak
informasi yang terserap. Gintings, 2010:5-6. Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu
41
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam
waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.
9. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar dan Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses untuk merubah perilaku peserta didik. Dalam pembelajaran terjadi suatu proses panjang agar tujuan yang dicapai
memenuhi harapan yang ingin dicapai. Pembelajaran yang menjadikan anak didik dapat merubah perilaku terkadang memiliki beberapa kendala sehingga
tujuan yang ingin dicapai tidak mengalami perubahan. Dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan masalah-masalah seperti terdapat anak
didik yang giat belajar, terdapat pula anak didik yang enggan belajar, terdapat anak didik yang sukar memusatkan perhatian pada saat belajar. Bermacam-
macam keadaan tersebut menggambarkan bahwa pengetahuan tentang masalah-masalah belajar merupakan hal yang sangat penting bagi guru.
Menurut Syaiful Bahri 2011:176 mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran. Faktor-faktor tersebut
diantaranya : a.
Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari dalam diri anak
didik yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
1 Faktor Fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi
fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam yaitu:
42
a Keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang
sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah
atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.
b Keadaan fungsi jasmanifisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat
mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indera. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar
dengan baik pula. 2 Faktor Psikologis
Faktor Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor
psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah : a Kecerdasan atau Intelegensi Siswa
Tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini berarti, semakin tinggi kemampuan
intelijensi siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelijensi siswa
maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh kesuksesan. Setiap calon guru dan guru profesional sepantasnya
menyadari bahwa keluarbiasaan intelijensi siswa , baik yang positif