41
bahwa ad hoc balancing theory hanyalah sebuah strategi bukan teori yang sebenarnya, serta
menimbulkan masalah tentang apa yang dimaksud oleh First Amandments dalam teori ini.
3. Preferred position balancing theory
Peradilan diselenggarakan dalam rangka untuk memberikan prinsip-prinsip yang sesuai
dengan First Amendment, yakni bahwa tentang kebebasan yang konstitusional dalam putusan-
putusan yang dikeluarkannya. Yakni bahwa peradilan memberikan perlindungan terhadap
kebebasan masyarakat dan secara konsisten melindunginya dengan putusan-putusan, yang
lebih baik daripada nilai-nilai yang diatur dalam konstitusi.
Pemahaman yang mendasar dalam teori ini adalah bahwa kebebasan berekspresi sangat
penting bagi berlakunya proses politik dan peluang bagi masyarakat untuk mengkritik
pemerintah,
ketika pemerintah
dianggap menyimpang dari konstitusi. Pada konteks teori
ini, kebebasan berekspresi ditempatkan sebagai hak yang tidak mengganggu hak-hak lainnya.
Menjadi tugas peradilan untuk memberikan keseimbangan hak atas kebebasan berbicara dan
kebebasan pers yang adil dan konstitusional. Dengan demikian, pemerintah dapat dianggap
memberikan batasan-batasan atas kebebasan
42
berbicara dan kebebasan pers dalam rangka untuk melindungi kepentingan-kepentingannya,
yang pada
prakteksnya sering
bersifat merupakan tindakan bertentangan dengan
undang-undang inkonstitusional. Kebebasan berekspresi adalah sebuah
anugerah yang dengan demikian merupakan sesuatu yang istimewa. Teori ini berbasis pada
case by case, sehingga peradilan lebih sering menggunakannya dalam memberikan keputusan
pada kasus-kasus riil.
4. Meiklejohnian theory
Teori ini diperkenalkan oleh Alexander Meiklejohn
dengan menitikberatkan
pada keberadaan public speech dan private speech yang
patut untuk diberikan perlindungan secara mutlak atau tidak. Dalam teori ini pula dicarilah
apa yang membedakan antara public speech dengan private speech.
33
Meiklejohn memahami First Amandments sebagai kesimpulan dari
masyarakat Amerika bahwa isu-isu publik diputuskan berdasarkan pilihan masyarakat itu
sendiri. Pendapatnya kemudian bahwa pilihan warga masyarakat itu adalah sebuah keputusan
yang arif wise decisions. Adapun kemudian harus didukung dengan syarat warga masyarakat
harus mendapatkan akses yang memadai tentang
33
Don R. Pember, op. cit.
43
informasi dan pendapat yang relevan. First Amandments mendorong adanya peraturan yang
melarang timbulnya serangan-serangan terhadap ekspresi gagasan.
34
Meiklejohn juga berpendapat bahwa
First Amandments
menjamin perlindungan yang absolut terhadap peraturan
yang dibuat oleh pemerintah, bilamana aturan tersebut
justru mengeliminasi
kebebasan berekspresi. Oleh Meiklejohn, diasumsikan tiga
prinsip dasar, sebagaimana berikut
35
:
“First, speech is constitutionally valued
exclusively for its potential to facilitate democratic decisions. Second, speech facilitate democratic
decision making
by conveying
relevant information and opinion to the listener so that the
listener may make an informed decision when it comes time to vote……
Third, Meiklejohn believed that, in order for the electorate to be sufficiently informed, the needs of
democratic decision making require that citizens have access to all relevant information and
opinion, not simply that which government favors: [U]nwise ideas must have a hearing as well as
wise ones, unfair as well as fair, dangerous as well as safe, un-American as well as American.”
Kebebasan berekspresi sendiri berkaitan erat dengan mengelola diri sendiri, sehingga perlu
dilindungi secara mutlak. Maka pendapat- pendapat lain yang muncul harus diseimbangkan
34
Martin H. Redish and Abby Marie Mollen, Understanding Post’s and Meiklejohn’s Mistakes:The Central Role of Adversary Democrazy in the Theory of
Free Expression. Northwestern Public Law Research Paper No. 08-26. Columbia; 2009. Hal. 1310.
35
Ibid. Hal. 1311.
44
dengan hak-hak lain dan nilai-nilai yang lain. Bahwa Meiklejohn mengaitkan antara kehidupan
demokrasi dengan
kebebasan untuk
mengeluarkan pendapat. Kebebasan berbicara merupakan hak konstitusional yang mendorong
demokrasi, dalam hal membentuk kebijakan publik dan juga masyarakat berhak untuk
mendapatkan akses pada kebijakan tersebut. Dengan demikian, masyarakat dapat berperan
untuk mendorong kehidupan yang demokratis.
5. Access theory