Access theory Media dan Kebebasan Berekspresi

44 dengan hak-hak lain dan nilai-nilai yang lain. Bahwa Meiklejohn mengaitkan antara kehidupan demokrasi dengan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat. Kebebasan berbicara merupakan hak konstitusional yang mendorong demokrasi, dalam hal membentuk kebijakan publik dan juga masyarakat berhak untuk mendapatkan akses pada kebijakan tersebut. Dengan demikian, masyarakat dapat berperan untuk mendorong kehidupan yang demokratis.

5. Access theory

Kebebasan berpendapat dan berekspresi memuat syarat bahwa setiap orang harus memiliki akses ke media massa. Pemerintah harus memastikan bahwa setiap orang memiliki kesempatan pula untuk didengar pendapatnya. Salah satu caranya adalah dengan memberikan regulasi mengenai penyiaran. Teori ini menekankan pada beberapa hal yang utama, yakni “freedom of speech requires people to have access to the mass media” masyarakat harus diberikan akses kepada media massa sebagai wujud bebas berpendapat, “goverment should ensure that people have opportunity to be heard” pemerintah menjamin masyarakat agar dapat menyampaikan pendapatnya, dan “used to regulated broadcasting” diatur dalam regulasi khusus tentang penyiaran. 45 Penerapan teori ini dapat dilihat dari peran negara secara riil dengan mengatur bahwa media massa surat kabar, majalah maupun lembaga penyiaran, harus membuka diri untuk menerima ide dan gagasan-gagasan masyarakat. Media massa tersebut harus bersedia untuk merespon umpan balik dari masyarakat pembaca readers atau pemirsa viewers atau pendengar-nya listener atas informasi yang disebarluaskannya. Di pertengahan tahun 1960-an, di Amerika, para akademisi hukum memberikan saran pada First Amandment untuk memberikan peluang bagi masyarakat untuk mengkritisi isu-isu yang muncul berkaitan dengan perkembangan kepemilikan media massa dan substansi yang disebarluaskannya. Keluasan makna atas kebebasan, membentuk pemikiran bahwa kebebasan berekspresi tidak dapat dilepaskan dari siklus hidup manusia itu sendiri. Berkembangnya pemahaman-pemahaman tersebut, menuntut adanya pengakuan terhadap hak tersebut. Pertengahan abad ke-20, masyarakat dunia melalui Universal Declaration of Human Rights UDHR, menegaskan secara otentik pengakuan atas kebebasan berekspresi, yakni pada Article 19 yang menyatakan: 46 Everyone has the right to freedom of opinion and expression; this right include freedom to hold opinions without interference and to seek, receive and impart information and ideas through any media and regardless of frontiers . Salah satu prinsip dasar dari kebebasan berekspresi adalah bahwa kebebasan berekspresi merupakan bentuk spesifik dari konsep kebebasan. Dikarenakan kebebasan adalah hak dasar manusia seutuhnya, maka kebebasan berekspresi adalah bagian daripadanya, melekat dan berkembang bersamaan dengannya. Universal Declaration of Human Rights UDHR dan International Convenant on Civil and Political Rights ICCPR memberikan jaminan atas kebebasan berekspresi freedom of expression, yakni dalam pengakuan keduanya secara tertulis dalam Article 19. Dalam pengakuannya secara tertulis tersebut, kebebasan berekspresi tidak hanya diyakini sebagai hak dasar, namun juga sebagai hak yang dapat merealisasikan hak-hak asasi yang lainnya. Adanya pengakuan atas kebebasan berekspresi secara universal, maka muncul dua hal yang menjadi penting, yakni : pada tingkatan individu, kebebasan berekspresi adalah kunci dalam pembangunan, martabat, dan ada pada diri setiap orang. Dengan saling bertukar ide dan informasi yang bebas antar individu, maka masyarakat mendapatkan pemahaman atas kehidupan di lingkungannya dan dunia yang lebih luas. Akibatnya masyarakat 47 memiliki peluang untuk mengembangkan taraf kehidupannya. Lebih dari itu, seseorang menjadi merasa terlindungi dan dihargai oleh negara karena memiliki kebebasan untuk menyatakan pendapatnya. Di tingkatan negara, kebebasan berekspresi menjadi salah satu pendorong yang penting bagi pemerintahan yang baik, yakni dalam hal perubahan sosial dan perekonomian. 36 Dengan demikian dapat diketahui bahwa kebebasan berekspresi mendorong adanya implementasi atas hak-hak asasi yang lain. Kebebasan berekspresi tidak hanya membantu meningkatkan perbaikan atas kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, terutama dalam hal hak asasi. Di sisi lain, memberikan peluang bagi pelaku-pelaku media untuk mengembangkan hak asasi manusia, masalah-masalah yang dihadapinya, serta memberikan koreksi kepada tindakan-tindakan pemerintah atas masalah hak asasi tersebut. Sebagai salah satu bagian dari hak asasi, kebebasan berekspresi berkembang menjadi hak yang tidak dapat dilepaskan dari eksistensi hak asasi itu sendiri. Kebebasan sebagai hak, John Rawls menyatakan bahwa 37 : 36 Article 19, Central Asian Pocketbook on Freedom of Expression. OSCE; London, 2006. Hal. 21. 37 John Rawls, Teori Keadilan: Dasar-dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan Kesejahteraan Sosial dalam Negara. Terjemahan dari A Theory of Justice. Havard University Press, Cambridge, Massachusetts, 1995. Pustaka Pelajar; Jakarta, 2006. Hal. 253. 48 “Karenanya saya sekedar mengasumsikan bahwa kebebasan dapat selalu dijelaskan dengan sebuah rujukan pada tiga hal: para pelaku yang bebas, batasan-batasan atau pelarangan yang dibebaskan dari mereka, dan apa yang bebas atau tidak boleh mereka lakukan.” Dalam pernyataan tersebut, John Rawls menekankan pada tiga hal yang penting, yakni pelaku, batasan dan tindakan yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Di dalam konteks kebebasan tersebut, pada kenyataannya tiga hal ini menjadi bermakna ketika pengembangan atas konsepsi kebebasan berekspresi juga berkaitan erat dengan tiga hal tersebut. Kebebasan berekspresi menjadi bagian dari hak asasi manusia yang strategis dalam menopang jalan dan bekerjanya demokrasi. Sulit membayangkan sistem demokrasi bisa bekerja tanpa adanya kebebasan menyatakan pendapat, sikap, dan berekspresi. Pendapat Lord Steyn menyatakan 38 : ”Freedom of expression is, of course, intrinsically important: it is value for its own sake. But it is well recognized that it is also instrumentally important. It serves a number of broad objectives. First it promotes the self-fulfillment of individuals in society. Secondly, in the famous word of Holmes echoing Jhon Stuart Mill, ’the best test of truth is the power of the thought to get it itself accepted in the competition of the market’. Thirdly, freedom of speech is the lifeblood of 38 Lord Steyn, dikutip dari keterangan Ifdhal Kasim Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang disampaikan pada Sidang Mahkamah Konstitusi, 23 Juli 2008. 49 democracy. The free flow of information and ideas informs political debate. It is a safety valve: people are more ready to accept decisions that go against them if they can in principle seek to influence them. It acts as a brake on the abuse of power by public officials. It facilitates the exposure of errors in the governance and administration of justice of the country.” Menggambarkan pada tiga hal yang mendasar, Lord Steyn hendak memberikan garis pemikiran, bahwa kebebasan perekspresi merupakan bagian penting dalam perkembangan kehidupan yang adil dan demokratis. Kebebasan berekspresi olehnya, dapat mengembangkan pribadi-pribadi di dalam masyarakatkomunitas, menjadi bahan uji kebenaran, serta sebagai penggerak demokratisasi di dalam masyarakat. Prinsip ini kemudian yang menjadi salah satu titik tolak pemahaman tentang kebebasan berekspresi sebagai hak asasi manusia. Berdiri berdampingan dengan jenis-jenis hak asasi manusia yang lainnya, yang melekat satu sama lain, serta menjadi jenis hak yang penting demi mewujudkan hak-hak asasi lainnya pula. Pentingnya kebebasan bereskpresi diungkapkan oleh John Locke yang memberikan pernyataan bahwa kebebasan bereskpresi adalah cara untuk pencarian kebenaran. Kebebasan berekspresi ditempatkan sebagai kebebasan untuk mencari, menyebaluaskan dan menerima informasi serta kemudian memperbincangkannya apakah mendukung atau mengkritiknya sebagai sebuah 50 proses untuk menghapus miskonsepsi kita atas fakta dan nilai. 39 Hal yang dapat diambil maknanya adalah bahwa kebebasan berekspresi memungkinkan orang-orang mempunyai kesempatan untuk menyampaikan, mencari, menerima, dan membagikan berbagai macam informasi, yang bisa mengembangkan dan mengekspresikan opini mereka dengan cara yang menurut mereka tepat. Kebebasan berekspresi pun harus dilihat sebagai instrumen kunci dalam pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia yang lain dan juga penting sebagai alat untuk mendorong pemberantasan impunitas dan korupsi. Ahli lain, Toby Mendel, mengungkapkan bahwa kebebasan berekspresi adalah hak yang penting. Pertama, karena hak ini adalah dasar dari demokrasi. Kedua, kebebasan berekspresi berperan dalam pemberantasan korupsi. Ketiga, kebebasan berekspresi mempromosikan akuntabilitas. Dan keempat, kebebasan berekspresi dalam masyarakat dipercaya merupakan cara terbaik untuk 39 Larry Alexander, Is There A Right to Freedom of Expression. Cambridge University Press; New York, 2005. Hal. 128. Pendapat lain dari John Stuart Mill mengemukakan bahwa kebebasan berekspresi merupakan hal yang dibutuhkan untuk melindungi warga dari penguasa yang korup dan tiran, sebab suatu pemerintahan yang demokratis mensyaratkan warganya dapat menilai kinerja pemerintahannya. Penilaian membutuhkan asupan, penelaahan dan penyebaran informasi. Lihat pada: John Stuart Mill, On Liberty, Chapter II, Of The Liberty on Thought and Discussion, 1859. http:www.utilitarianism.comoltwo.html 51 menemukan kebenaran. 40 Pendapat ini memberikan cerminan bahwa kebebasan berekspresi sebagai bagian dari hak asasi manusia, memiliki makna yang penting dalam perkembangan masyarakat, secara demokratis sekaligus kebebasan berekspresi berperan dalam perkembangan kehidupan komunitas atau bernegara. Media dalam berbagai bentuk wujud kelembagaannya, berinteraksi dan bersinggungan dengan lembaga lain di dalam lingkungan masyarakat. Ia mempengaruhi dan dipengaruhi lembaga lain. Media kemudian harus diatur, yakni dengan membentuk regulasi baik undang-undang peraturan pemerintah, keputusan pemerintah, dan peraturan lainnya yang berfungsi untuk mengelola media. Segala aturan tersebut, pada akhirnya disebut sebagai hukum media massa yang ditujukan untuk mengendalikan media massa, dan mengatur agar berperilaku wajar sesuai dengan keinginan masyarakat. Hukum media dapat dijabarkan melalui substansi dalam pasal-pasal undang-undang dan peraturan pelaksananya. Regulasi ini menyangkut keberadaan organisasi media, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang media, serta 40 Pendapat Toby Mendel seorang Ahli pada saat diminta keterangannya di hadapan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi dalam perkara No. 14PUU- VI2008 saat sidang di Mahkamah Konstitusi pada tanggal 23 Juli 2008. Lihat: Anggara, dkk. Kontroversi UU ITE: Menggugat Pencemaran Nama Baik di Ranah Maya. Editor: F. Fauzi N. PT. Penebar Swadaya; Jakarta, 2001. Hal. 11. 52 memetakan hubungan negara dengan masyarakat dalam menjaga pelaksanaan perlindungan hak asasi di dalam aktivitas media, termasuk di dalamnya mengenai hak atas kebebasan berekspresi yang terus berkembang.

B. Instrumen Hukum Internasional Tentang Kebebasan Berekspresi