52
memetakan hubungan negara dengan masyarakat dalam menjaga pelaksanaan perlindungan hak asasi
di dalam aktivitas media, termasuk di dalamnya mengenai hak atas kebebasan berekspresi yang
terus berkembang.
B. Instrumen Hukum Internasional Tentang Kebebasan Berekspresi
Sumber hukum yang dapat menjadi rujukan dalam mengenal kebebasan berekspresi sebagai hak
dan aspek perlindungan hukumnya, dapat dilihat dari perjanjian – perjanjian konvensi – konvensi
internasional, kebiasaan-kebiasaan yang diakui secara universal dan juga prinsip-prinsip umum hak
asasi manusia di dunia. Instrumen-instrumen ini terdiri dari beberapa konvensi yang penting, prinsip-
prinsipnya yang penting dan elemen-elemen dasar kebebasan berekspresi.
1. Konvensi Internasional
Pengakuan hak yang dilakukan negara-negara di
dunia, umumnya
berbentuk konvensi
internasional. Beberapa konvensi internasional yang meletakkan prinsip dasar diantaranya:
a. Universal Declaration of Human Rights 1948 Pengakuan hak melalui Universal Declaration
of Human Rights UDHR merupakan deklarasi yang memuat pernyataan terpenting tentang
53
kewajiban hak asasi manusia yang diatur dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Deklarasi ini
disepakati secara bulat oleh Majelis Umum PBB, sebagai pernyataan prinsip-prinsip pada tahun
1948. Deklarasi universal ini menguraikan pengertian bersama dari semua rakyat di dunia
mengenai hak-hak yang tidak dapat dicabut atau dilanggar yang dimiliki setiap manusia dan
merupakan kewajiban untuk semua anggota masyarakat internasional.
Meskipun bersifat sebagai pernyataan prinsip- prinsip, deklarasi ini mengalami perkembangan
yang luar biasa dalam ranah perlindungan hak asasi manusia di dunia. Deklarasi ini juga adalah
langkah pertama dalam pembentukan Undang- Undang Internasional tentang Hak Asasi Manusia,
yakni diselesaikannya pada tahun 1976 yang ditandai dengan berlakunya dua perjanjian hak
asasi manusia internasional yang terkemuka, International Covenant on Civil and Political Rights
dan International Covenant On Cultural Economic Social Rights.
Kedua kovenan yang muncul tersebut, tidak kemudian mengerdilkan keberadaan UDHR, akan
tetapi justru makin memperkuat keberadaan prinsip-prinsip hak asasi manusia yang ada di
dalam UDHR itu sendiri. UDHR menimbulkan efek-efek yang luar biasa pada pengembangan
hukum internasional dan hukum nasional
54
mengenai hak asasi manusia. Perjanjian-perjanjian internasional tentang hak asasi manusia yang
dibuat setelah deklarasi itu menguraikan prinsip- prinsip hak asasi manusia di dalam substansinya.
Negara-negara menggunakan prinsip-prinsip hak asasi
manusia dalam
deklarasi dalam
mengembangkan hukum hak asasi di negaranya masing-masing,
bahkan pengadilan
juga menggunakan substansi prinsip hak asasi
manusia di dalam UDHR dalam memberikan putusan-putusan peradilan.
Secara substansial, prinsip-prinsip yang berkaitan dengan hak atas kebebasan berekspresi
dalam UDHR ada di dalam beberapa pasal sebagai berikut:
Article 19
Everyone has the right to freedom of opinion and expression; this right includes freedom to hold
opinions without interference and to seek, receive and impart information and ideas through any
media and regardless of frontiers.
Article 20
1 Everyone has the right to freedom of peaceful assembly and association.
2 No one may be compelled to belong to an association.
Article 29
1 Everyone has duties to the community in which alone the free and full development of
his personality is possible. 2 In the exercise of his rights and freedoms,
everyone shall be subject only to such limitations as are determined by law solely for
the purpose of securing due recognition and
55
respect for the rights and freedoms of others and of meeting the just requirements of
morality, public order and the general welfare in a democratic society.
3 These rights and freedoms may in no case be exercised contrary to the purposes and
principles of the United Nations.
Article 19 menyatakan bahwa hak atas kebebasan
menyampaikan pendapat,
yang termasuk kebebasan untuk “mencari, menerima
dan menyampaikan keterangan-keterangan dan pendapat dengan cara apapun dan dengan tidak
memandang batas-batas wilayah. Article 20 menyatakan bahwa hak untuk berkumpul dan
berserikat secara damai, termasuk hak untuk tidak ikut suatu perkumpulan. Kedua hak tersebut
berkaitan pula dengan pembatasan yang ada di Article 19, yakni bahwa penerapan pembatasan
semata-mata untuk menjamin penghormatan terhadap hak-hak dan kebebasan-kebebasan
orang lain. Selain itu untuk memenuhi persyaratan yang adil dan sesuai dengan nilai
kesusilaan, ketertiban dan kesejahteraan umum dalam suatu masyarakat yang demokratis.
Penekanan yang utama dalam deklarasi ini adalah bahwa pelaksanaan hak asasi hak atas
kebebasan berekspresi harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip deklarasi atau tidak boleh
bertentangan dengan tujuan dan prinsip PBB, dalam keadaan apapun.
56
b. International Convenant on Civil and Political
Rights ICCPR ICCPR memberikan uraian mengenai hak-hak
sipil dan politik yang prinsip-prinsipnya sudah diatur dalam UDHR. ICCPR telah diratifikasi oleh
negara-negara penandatangannya, dimana ICCPR telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
UDHR itu sendiri. Komite PBB untuk hak asasi manusia,
melaksanakan pemantauan
atas penataan pada kovenan ini, serta memeriksa
pengaduan individu terhadap pemerintah yang telah meratifikasi Protokol Opsional Pertama dari
Kovenan Internasional.
Pada ICCPR kebebasan berekspresi diatur di dalam Article 19 yakni:
1. Everyone shall have the right to hold opinions without interference.
2. Everyone shall have the right to freedom of expression; this right shall include freedom to
seek, receive and impart information and ideas of all kinds, regardless of frontiers,
either orally, in writing or in print, in the form of art, or through any other media of his
choice. 3. The exercise of the rights provided for in
paragraph 2 of this article carries with it special duties and responsibilities. It may
therefore be subject to certain restrictions, but these shall only be such as are provided by
law and are necessary: a For respect of the rights or reputations of
others; b For the protection of national security or of
public order ordre public, or of public health or morals.
57
Ketentuan di atas mengatur tentang hak atas kebebasan berpendapat, menyatakan pendapat
dan informasi. Pada ayat pertama, hak untuk berpendapat adalah hak absolut dengan tanpa
pembatasan. Ayat kedua memberikan pernyataan sifat positif dari kebebasan menyampaikan
pendapat, yakni kebbasan untuk mencari, menerima dan memberikan informasi dan
pemikiran apapun, terlepas dari pembatasan- pembatasan secara lisan dan tertulis atau dalam
bentuk cetakan, karya seni atau melalui media lain sesuai dengan pilihannya.
Di dalam ICCPR inilah yang kemudian ada syarat yang harus dipenuhi dalam rangka
melakukan pembatasan kebebasan berekspresi. Bahwa
hak tersebut
dapat dilakukan
pembatasannya dengan diatur di dalam undang- undang dan untuk kepentingan yang telah diatur
dalam ayat yang ketiga.
c. The African Charter on Human and Peoples Rights
The African Charter on Human and Peoples Rights atau yang dikenal juga sebagai the Banjul
Charter adalah instrumen internasional tentang hak asasi manusia, yang bermaksud untuk
mempromosikan dan memberikan perlindungan dalam pengakuan atas hak asasi dan hak-hak
dasar di benua Afrika. Sebagai instrumen hak
58
asasi manusia, meskipun secara spesifik hanya diperuntukkan bagi masyarakat di Benua Afrika,
akan tetapi keberadaan piagam ini tidak dapat dilepaskan dari perkembangan pengakuan atas
hak asasi manusia di dunia.
Pada tahun 1981 Piagam Afrika ini digagas dan disepakati oleh Kepala-kepala Negara Afrika
dan Pemerintah Organization of African Unity OAU-Organisasi Persatuan Afrika, dan kemudian
piagam ini mulai berlaku pada tahun 1986. Sebagian besar negara Afrika yang tergabung
dalam OAU, meratifikasi piagam tersebut. Pada tahun 1987 dibentuklah African Commission on
Human and Peoples Rights sebagai perwujudan atas pelaksanaan piagam tersebut.
41
Piagam Afrika ini cukup menonjol oleh karena substansinya
lebih banyak
memberikan perlindungan atas hak-hak rakyat, termasuk hak
atas pengendalian sebebas-bebasnya sumber daya alam, pengembangan dan lingkungan yang
memadai, selain daripada hak-hak individu. Di dalam Piagam ini pula, dimuat adanya kewajiban
individu pada keluarga dan masyarakat. Pada Article 25 dinyatakan demikian:
States parties to the present Charter shall have the duty to promote and ensure through teaching,
education and publication, the respect of the
41
Komisi tersebut hanya menangani sedikit kasus hak asasi manusia, oleh karena jangka waktu piagam yang terbatas sehingga indikasi atas bagaimana piagam itu
akan dipraktekkan dan diterapkan masih belum jelas.
59
rights and freedoms contained in the present Charter and to see to it that these freedoms and
rights as well as corresponding obligations and duties are understood.
Article 25 ini menjadi perhatian khusus, yakni oleh karena adanya kewajiban bagi negara
pihak untuk mempromosikan dan menjamin melalui pengajaran, pendidikan dan penerbitan,
penghormatan atas hak dan kebebasan yang terkandung dalam piagam tersebut. Selain itu ada
upaya untuk menjamin bahwa hak dan kewajiban harus dimengerti.
Perlindungan atas kebebasan berekspresi dimuat dalam Article 9 yang mengatur secara
berbeda dengan perlindungan yang diberikan dalam perjanjiankovenan lain, karena tidak
secara jelas menyatakan hak untuk menerima gagasan atau menyampaikan informasi. Article 9
juga tidak mengatur mengenai pembatasan khusus.
Article 9
1. Every individual shall have the right to receive information.
2. Every individual shall have the right to express and disseminate his opinions within the law.
Pembatasan umum yang berkaitan dengan Article 9 justru menjadi rujukannya, adalah yang
terdapat pada Article 27-29, dengan mengatur secara relevan dengan mewajibkan tiap orang
untuk melaksanakan kebebasan yang dilindungi
60
dengan mentaati sepenuhnya hak-hak orang lain, keamanan, kolektif, kesusilaan dan kepentingan
bersama. Pembatasan umum tersebut memberikan acuan bagi limitasi kebebasan berekspresi, dengan
perlakuan yang sama dengan hak-hak lainnya.
d. American Convention of Human Rights dan
American Declaration of the Rights and Duties of Man
42
Di Amerika, sebelum diadopsinya UDHR, Majelis Umum Organisasi Negara-Negara Amerika
Organization American
States-OAS telah
mengadopsi American Convention of Human Rights dan American Declaration of the Rights and Duties
of Man pada tanggal 2 Mei 1948. Konvensi ini menguraikan dan memperluas kewajiban yang
diatur
dalam Deklarasi
Amerika, dengan
memberikan kewenangan tambahan pada Komisi Antar-Amerika Inter-American Commission on
Human Rights dan membentuk Mahkamah Hak Asasi Manusia. Negara-negara OAS meskipun
tidak terikat secara hukum, tetapi berkewajiban untuk menaati Deklarasi. Adapun sudah 23
negara anggota OAS yang telah meratifikasi Konvensi ini.
42
Lihat pada American Convention on Human Rights, O.A.S.Treaty Series No. 36, 1144 U.N.T.S. 12 3, entered into force July 18, 1978, reprinted in Basic
Documents Pertaining to Human Rights in the Inter-American System, OEASer.L.VII.82 doc.6 rev.1 at 25 1992.
61
Beberapa pengaturan mengenai kebebasan berekspresi, sebagaimana diatur dalam Article 13
yang pada dasarnya menguraikan perlindungan yang positif yang diterapkan pada hak atas
kebebasan menyampaikan pendapat:
Article 13. Freedom of Thought and Expression
1. Everyone has the right to freedom of thought and expression. This right includes freedom to
seek, receive, and impart information and ideas of all kinds, regardless of frontiers,
either orally, in writing, in print, in the form of art, or through any other medium of ones
choice. 2. The exercise of the right provided for in the
foregoing paragraph shall not be subject to prior censorship but shall be subject to
subsequent imposition of liability, which shall be expressly established by law to the extent
necessary to ensure: a. respect for the rights or reputations of
others; or b. the protection of national security,
public order, or public health or morals. 3. The right of expression may not be restricted
by indirect methods or means, such as the abuse of government or private controls over
newsprint, radio broadcasting frequencies, or equipment used in the dissemination of
information, or by any other means tending to impede the communication and circulation of
ideas and opinions. 4. Notwithstanding the provisions of paragraph 2
above, public entertainments may be subject by law to prior censorship for the sole purpose
of regulating access to them for the moral protection of childhood and adolescence.
5. Any propaganda for war and any advocacy of national, racial, or religious hatred that
constitute incitements to lawless violence or to any other similar action against any person or
62
group of persons on any grounds including those of race, color, religion, language, or
national origin shall be considered as offenses punishable by law.
Ayat pertama memiliki prinsip perlidungan sebagaimana juga diatur di dalam UDHR, yang
secara implisit ayat pertama ini memberikan perlindungan atas hak untuk menyampaikan
pendapat secara bebas. Larangan sensor dan dasar-dasar untuk melakukan penuntutan di
kemudian hari ada pada ayatnya yang kedua, dalam Article 13 di atas.
Pada ayat yang ketiga tersebut, terdapat kewajiban pemerinyah untuk membatasi tindakan-
tindakan pihak swasta atau bahkan pemerintah sendiri yang bertujuan untuk membatasi
pelaksanaan
kebebasan berekspresi,
yakni mencari, menerima dan memberikan informasi dan
gagasan. Dengan undang-undang, diperkenankan adanya sensor terhadap hiburan publik dengan
alasan untuk memberikan perlindungan terhadap moral anak-anak dan remaja ayat keempat. Dan
pada ayat kelima memuat kewajiban negara untuk melarang propaganda dan tindakan-tindakan
tertentu yang mendorong kebencian terkait dengan alasan kebangsaan, ras atau agama.
Pada konvensi ini ada bagian yang menarik dalam substansinya yang berbeda dengan
konvensi-konvensi hak
asasi manusia
63
internasional lainnya. Hal yang unik diatur di dalam Article 14 konvensi ini dinyatakan:
Article 14. Right of Reply
1. Anyone injured by inaccurate or offensive statements or ideas disseminated to the
public in general by a legally regulated medium of communication has the right to
reply or to make a correction using the same communications outlet, under such conditions
as the law may establish. 2. The correction or reply shall not in any case
remit other legal liabilities that may have been incurred.
3. For the effective protection of honor and reputation, every publisher, and every
newspaper, motion picture, radio, and television company, shall have a person
responsible who is not protected by immunities or special privileges.
Bahwa terdapat ketegasan dalam Article 14 tersebut di atas dan mengatur secara unik, dengan
mencantumkan kewajiban bagi negara untuk memberikan jaminan atas perlindungan terhadap
pernyataan-pernyataan yang tidak akurat bahkan cenderung menghina oleh media massa yang
kemudian merugikan seseorang, maka seseorang tersebut dapat memberikan jawaban hak jawab
atau memberikan ralat melalui jalur media massa yang sama. Seseorang tertentu, oleh karena
aktivitas media massa baik publikasi, penerbitan media massa, penyiaran radio dan televisi, film
bertanggung jawab atas kehormatan dan reputasi. Dialah yang bertanggung jawab atas pelanggaran
penghormatan atau nama baik ayat 4.
64
e. European Convention on Human Rights ECHR
Salah satu rujukan nilai-nilai hak asasi manusia universal setelah UDHR adalah European
Convention on Human Rights ECHR.
43
Konvensi ini merupakan pernyataan hukum yang utama
mengenai perlindungan hak asasi manusia, yang diadopsi pada tahun 1950 dan mulai diberlakukan
pada tahun 1953 di Eropa. Konvensi ini dianggap sebagai konvensi yang prosedur pelaksanaannya
paling canggih diantara konvensi-konvensi serupa yang lainnya.
Konvensi ini telah ditandatangani oleh 47 negara di Eropa, kemudian telah diratifikasi oleh
sebagian besar negara penandatangan konvensi. Pengaturan mengenai kebebasan berekspresi dan
perlindungannya diatur di dalam Article 10 yang demikian :
Article 10 Freedom of expression
1. Everyone has the right to freedom of expression. this right shall include freedom to
hold opinions and to receive and impart information and ideas without interference by
public authority and regardless of frontiers. This article shall not prevent States from
requiring the licensing of broadcasting, television or cinema enterprises.
43
Referensi diperoleh dari kutipan Konvensi Eropa untuk Hak Asasi Manusia yang berjudul asli: European Convention on Human Rights as amended by
Protocols Nos. 11 and 14 Council of Europe Treaty Series, No. 5 yang diterbitkan pada tahun 2010 oleh Council of Europe.
Referensi ini bisa diperoleh di http:www.echr.coe.intNRrdonlyresD5CC24A7- DC13-4318-B457-5C9014916D7A0CONVENTION_ENG_WEB.pdf.
65
2. The exercise of these freedoms, since it carries with it duties and responsibilities, may be
subject to such formalities, conditions, restrictions or penalties as are prescribed by
law and are necessary in a democratic society, in the interests of national security, territorial
integrity or public safety, for the prevention of disorder or crime, for the protection of health or
morals, for the protection of the reputation or the rights of others, for preventing the
disclosure of
information received
in confidence, or for maintaining the authority
and impartiality of the judiciary.
Article 10 ini diterapkan secara lebih lanjut oleh laporan dan putusan dari European
Commission of Human Rights Komisi Eropa untuk Hak Asasi Manusia, dan memberikan pedoman
tambahan, khususnya tentang akses atas informasi.
Penerapan Article 10 konvensi tersebut memberikan implikasi untuk hukum Masyarakat
Eropa European Community. Implikasi tersebut nampak pada keberadaan lembaga-lembaga
bentukan
EC yang
mewajibkan untuk
mempertimbangkan ECHR
dalam rangka
pelaksanaan wewenang yang dimilikinya. EC juga secara konsisten berpendapat bahwa hak asasi
manusia di dalam ECHR diabadikan dalam prinsip-prinsip umum hukum masyarakat. Selain
itu konvensi ini memiliki pengaruh yang signifikan di luar Eropa, yakni pada perkembangan Konvensi
Internasional, Konvensi Amerika, bahkan sampai pada pertimbangan-pertimbangan yang digunakan
66
sebagai referensi konstitusi di negara-negara, serta peraturan perundang-undangannya. Pengaturan
kebebasan berekspresi dalam Article 10 tersebut, secara prinsip dalam ayat 1 adalah sama dengan
yang dimuat dalam Article 19 UDHR. Akan tetapi secara spesifik di dalam ayat 2, diatur mengenai
pelaksanaan kebebasan tersebut yang dapat menunduk pada formalitas, syarat, pembatasan
atau hukuman yang diatur dalam undang-undang yang diperlukan dalam masyarakat demokratis.
Hal ini diperlukan dalam rangka memberikan perlindungan akan berbagai kepentingan publik
dan swasta.
Secara prinsip kemudian bahwa pembatasan tersebut dapat dilakukan dengan alasan bahwa
pembatasan tersebut; diatur di dalam undang- undang, untuk tujuan yang sah, dan diperlukan
dalam masyarakat yang demokratis demi tujuan tersebut.
44
2. Prinsip-Prinsip Kebebasan Berekspresi dalam Instrumen