66
sebagai referensi konstitusi di negara-negara, serta peraturan perundang-undangannya. Pengaturan
kebebasan berekspresi dalam Article 10 tersebut, secara prinsip dalam ayat 1 adalah sama dengan
yang dimuat dalam Article 19 UDHR. Akan tetapi secara spesifik di dalam ayat 2, diatur mengenai
pelaksanaan kebebasan tersebut yang dapat menunduk pada formalitas, syarat, pembatasan
atau hukuman yang diatur dalam undang-undang yang diperlukan dalam masyarakat demokratis.
Hal ini diperlukan dalam rangka memberikan perlindungan akan berbagai kepentingan publik
dan swasta.
Secara prinsip kemudian bahwa pembatasan tersebut dapat dilakukan dengan alasan bahwa
pembatasan tersebut; diatur di dalam undang- undang, untuk tujuan yang sah, dan diperlukan
dalam masyarakat yang demokratis demi tujuan tersebut.
44
2. Prinsip-Prinsip Kebebasan Berekspresi dalam Instrumen
Universal Declaration of Human Rights memang menjadi landasan pengakuan yang secara universal
memberikan perlindungan atas hak-hak asasi manusia di dunia. Deklarasi ini menjadi titik tolak
44
Lihat pada Article 19 UDHR yakni frasa: “….since it carries with it duties and responsibilities, may be subject to such formalities, conditions, restrictions or
penalties as are prescribed by law and are necessary in a democratic society,….”
67
berkembangnya pengaturan hak asasi manusia di dalam konvensi-konvensi, yang bahkan memberikan
pengaruh dalam upaya perlindungan hukum di dalam konstitusi negara-negara serta peraturan
perundang-undangannya.
Sejalan dengan
hal tersebut, pada prinsipnya ICCPR, Konvensi Eropa,
Piagam Afrika dan Konvensi Amerika memuat pengembangan prinsip-prinsip hak dalam EDHR.
Masing-masing memberikan pengaturannya secara sendiri-sendiri, namun dapat diperbandingkan untuk
sekiranya memberikan acuan dasar perlindungan.
Pengakuan hak atas kebebasan berekspresi dalam konvensi-konvensi internasional, memberikan
pokok-pokok pengaturan kebebasan berekspresi, setidak-tidaknya dalam hal:
a. Kewajiban-Kewajiban Umum Penandatangan konvensi-konvensi adalah
negara-negara pihak yang turut serta memberikan dukungan dalam upaya pengakuan hak-hak asasi
manusia secara universal. Instrumen-instrumen hak asasi tersebut, secara substansial mengatur
mengenai kewajiban umum bagi negara-negara yang meratifikasinya, yakni :
1 mengadopsi substansi konvensi, di dalam
peraturan perundang-undanganya atau upaya-upaya lain yang dapat memberikan
perlindungan atas hak-hak;
68
2 memberikan upaya rehabilitasi bagi akibat
dari terjadinya pelanggaran hak. Di dalam ICCPR sendiri diatur bahwa ada
kewajiban bagi
negara-negara yang
menandatangani konvensi tersebut untuk dapat mengadopsi
dalam peraturan
perundang- undangannya.
Selain itu,
negara pihak
berkewajiban pula untuk melakukan tindakan- tindakan yang dapat memberikan perlindungan
atas hak-hak tersebut lihat pada Article 2 ICCPR.
Berkaitan dengan hal tersebut, negara pihak juga memberikan jaminan untuk; a ada
pemulihan yang efektif bagi orang yang dilanggar haknya, meski pelanggaran itu dilakukan oleh
orang yang bertindak dalam kapasitas yang resmi; b orang yang dilanggar haknya dan memohon
pemulihan berhak untuk diperiksa oleh lembaga yang berwenang yudikatif, administratif, legislatif
atau ototitas lail yang kompeten; c otoritas yang berkompeten
tersebut harus
menegakkan pemulihan, bila pemulihan telah disetujui lihat
pada Article 3 ICCPR. Pengaturan yang sejalan dengan konsepsi
dalam ICCPR terdapat pada ACHR, yakni mengatur demikian:
Article 2. Domestic Legal Effects
Where the exercise of any of the rights or freedoms referred to in Article 1 is not already
ensured by legislative or other provisions, the
69
States Parties undertake to adopt, in accordance with their constitutional processes and the
provisions of this Convention, such legislative or other measures as may be necessary to give
effect to those rights or freedoms.
Article 2 ACHR memiliki susunan kata dan makna yang sama dengan apa yang dimuat dalam
Article 2 ICCPR. Dengan demikian ada pengertian yang sepadan dan sepemahaman. Akan tetapi,
meskipun ACHR tidak memuat ketentuan pemulihan yang efektif, namun pada Article 1
menyebutkan bahwa ada kewajiban bagi negara untuk menghormati hak dan kebebasan yang
disebutkan di dalam ACHR dan memberikan jaminan bahwa yurisdiksinya dapat secara bebas
melaksanakan hak dan kebebasan tersebut. Selengkapnya dalam kutipan berikut:
Article 1. Obligation to Respect Rights
The States Parties to this Convention undertake to respect the rights and freedoms recognized herein
and to ensure to all persons subject to their jurisdiction the free and full exercise of those
rights and freedoms, without any discrimination for reasons of race, color, sex, language, religion,
political or other opinion, national or social origin, economic status, birth, or any other social
condition. For the purposes of this Convention, person
means every human being.
Sementara itu ECHR mengatur mengenai dua kewajiban yang utama, yakni untuk menerapkan
perundang-undangan atau langkah-langkah lain yang diperlukan, dan untuk memberikan
70
pemulihan efektif yang diperkuat oleh mekanisme dalam European Commission of Human Rights dan
European Court of Human Rights. Tentang kewajiban-kewajiban umum seperti itu, ICCPR
memberikan ketegasan yang lugas dan jelas yang menjadi keharusan bagi negara-negara pihak.
Tujuan dari kewajiban itu adalah agar negara pihak menjalankan maksud dan tujuan dari
konvensi. Kewajiban yang diatur di dalam Article 2 dan 3 ICCPR, diadopsi secara ringkas di dalam The
Banjul Charter Piagam Afrika, yakni dalam Article 1 yang berbunyi :
The Member States of the Organization of African Unity parties to the present Charter shall
recognize the rights, duties and freedoms enshrined in this Chapter and shall undertake to
adopt legislative or other measures to give effect to them.
Kelemahannya dalam The Banjul Charter nampak dari pembahasannya yang sederhana dan
tanpa pernyataan otoritatif yang mengatur sebaliknya. Akibatnya, pejuang hak asasi manusia
di Afrika harus mendorong agar dua kewajiban dalam ICCPR dapat sebanding pula dengan
kewajiban-kewajiban dalam Piagam Afrika.
b. Hak Untuk Menyampaikan Pendapat Tanpa Dibatasi
UDHR dan
ICCPR mengatur
bahwa kebebasan
untuk menyampaikan
pendapat
71
merupakan termasuk hak untuk berpendapat tanpa pembatasan to hold opinions without
interference.
Masing-masing konvensi, sebenarnya tidak memuat padanan kata yang sama atau susunan
kata yang sama pula. Akan tetapi bilamana ditafsirkan ECHR dan ACHR memberikan
perlindungan sepenuhnya pada pelaksanaan hak untuk berpendapat, yang tidak sama dengan hak
mengeluarkan pendapat. The African Charter bahkan tidak secara tegas memuat konten
mengenai
perlindungan berpendapat
tanpa pembatasan.
c. Hak untuk Mencari, Menerima dan Memberikan Informasi dan Gagasan
Hak ini diatur di dalam UDHR dan ICCPR secara eksplisit. Ruang lingkup yang dilindungi
adalah “untuk mencari, menerima dan memberi informasi
dan gagasan”.
ACHR memiliki
kandungan yang sama dan seragam. Berbeda dengan ECHR yang tidak memuat kejelasan
perlindungan terhadap hak untuk “mencari” informasi dan gagasan, namun pada umumnya
dapat ditafsirkan secara luas untuk melindungi hak ini secara tersirat. Jangkauan perlindungan
hak untuk mencari, menerima dan memberi informasi dan gagasan juga tidak secara eksplisit
disebutkan dalam The African Charter. African
72
Commission of Human Rights mengajukan saran bahwa hak-hak tersebut secara tersirat terlindungi
dalam piagam.
d. Jenis Informasi atau Gagasan yang dilindungi Pernyataan perlindungan terhadap informasi
dan gagasan di dalam ICCPR dan ACHR adalah informasi dan gagasan dalam bentuk apapun yang
dinyatakan secara lisan, tertulis, atau dalam bentuk cetak, karya seni atau melalui media lain.
Sementara dalam ECHR hanya memberikan perlindungan informasi dan gagasan dan
menyatakan bahwa negara pihak tidak dicegah untuk mewajibkan perijinan bagi perusahaan
penyiaran, televisi atau bioskop. Akan tetapi, dipahami secara luas bahwa perlindungan yang
diatur di dalam ECHR adalah sama konsepnya dengan yang diatur di dalam ICCPR dan ACHR.
Article 10 dalam ECHR memuat pernyataan bahwa perlindungan terhadap hak, yakni melalui
pernyataan lisan, tertulis atau dalam bentuk cetakan, telah mengacu ketentuan dalam Article
19 ayat 2 ICCPR. European Court of Human Rights menyatakan bahwa perlindungan ini adalah
mencakup perlindungan terhadap karya seni. ECHR memuat bahwa perlindungan mencakup isi
siaran dan hanya memperkenankan negara untuk melakukan pengaturan pada aspek teknisnya.
73
e. Alasan yang Diperkenankan untuk Pembatasan
45
UDHR dan konvensi-konvensi internasional, memperkenankan
adanya pembatasan
pelaksanaan hak. Pembatasan itu diuraikan dalam 3 syarat, yakni: pembatasan harus diatur dalam
undang-undang, harus sesuai dengan salah satu tujuan yang dinyatakan secara tegas dalam
teksnya, dan pembatasan tersebut memang harus diperlukan.
46
UDHR dan konvensi-konvensi tersebut, masing-masing memberikan variasinya. UDHR
misalnya dalam Article 19 menyatakan bahwa pembatasan bagi kebebasan menyampaikan
pendapat dan hak-hak substansif lainnya hanya untuk
mendapatkan pengakuan
serta penghormatan yang tepat terhadap hak-hak dan
kebebasan-kebebasan orang lain…. syarat-syarat yang adil dalam hal kesusilaan, ketertiban
perdamaian tidak terganggu dan kesejahteraan umum.
Sedang ICCPR
memperkenankan pembatasan oleh karena alasan perlindungan
terhadap hak atau nama baik orang lain dan kesehatan
dan kesusilaan
publik. ACHR
menggunakan istilah ketertiban publik dibanding ketertiban yang lebih umum sebagaimana di dalam
45
Alasan-alasan pembatasan yang dapat dijadikan referensi dalam melaksanakan pembatasan adalah sebagaimana prinsip-prinsip yang disepakati bersama, yakni
Siracusa Principles dan Johannesburg Principles yang dianggap sebagai implementasi dari Article 19 ICCPR.
46
Lihar Article 19 Section 3 ICCPR.
74
ICCPR, meski susunan kata dalam konteks pembatasan
adalah sama.
ECHR juga
menggunakan istilah mencegah ketidaktertiban atau kejahatan, sehingga istilah tersebut terlihat
lebih spesifik. Lebih lanjut bahkan ECHR mencamtumkan syarat bahwa pembatasan dapat
dilakukan demi melindungi kesatuan territorial atau keselamatan publik, kerahasiaan informasi
yang diterima secara rahasia, dan kewenangan atau imparsialitas kehakiman.
3. Elemen Dasar Kebebasan Berekspresi