Kebebasan Berekspresi sebagai Derogable Right

82 lainnya. Kebebasan berekspresi tidak dapat dilepaskan dari sisi humanisme dan kepentingan lain yang berhadap-hadapan dengannya.

1. Kebebasan Berekspresi sebagai Derogable Right

Hak atas kebebasan untuk berekspresi dikenal sebagai salah satu hak yang dapat dibatasi. Demikian maka kebebasan berekspresi disebut sebagai derogable rights. Klasifikasi atas hak yang non-derogable rights dan derogable rights, didasarkan pada Konvenan Internasional Hak-Hak Sipol dan Politik International Convenan on Civil and Political Rights. Hak-hak non-derogable yakni hak- hak yang bersifat absolute dan tidak boleh dikurangi pemenuhannya oleh negara-negara pihak, walaupun dalam keadaan darurat sekalipun. 52 Hak-hak yang termasuk ke dalam jenis ini adalah : i hak atas hidup rights to life; ii hak bebas dari penyiksaan rights to be free from torture; iii hak bebas dari perbudakan rights to be free from slavery; iv hak bebas dari penahanan karena gagal memenuhi perjanjian utang; v hak bebas dari pemidanaan yang berlaku surut; vi hak sebagai subjek hukum; dan vii hak atas kebebasan berpikir, keyakinan dan agama. Negara-negara Pihak yang 52 Khasim, Ifdal. Konvensi Hak-Hak Sipil dan Politik, Sebuah Pengantar. Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007. Materi : Konvensi Hak-hak Sipil dan Politik. ELSAM; Jakarta, 2007. Hal. 2. 83 melakukan pelanggaran terhadap hak-hak dalam jenis ini, seringkali akan mendapat kecaman sebagai negara yang telah melakukan pelanggaran serius hak asasi manusia gross violation of human rights. Hal ini sesuai dengan Pasal 28I Ayat 1, Undang-Udang Dasar RI 1945 Amandemen, yang menyatakan bahwa : “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.” Negara-negara pihak yang melakukan pelanggaran terhadap hak-hak dalam jenis ini, seringkali akan mendapat kecaman sebagai negara yang telah melakukan pelanggaran serius hak asasi manusia gross violation of human rights. 53 Jadi tiap negara harus menjaga dan memelihara pelaksanaan hak yang tidak dapat dikurangi ini. Kelompok kedua adalah hak-hak dalam jenis derogable, yakni hak-hak yang boleh dikurangi atau dib atasi pemenuhannya oleh Negara-negara Pihak. Hak dan kebebasan yang termasuk dalam jenis ini adalah : i hak atas kebebasan berkumpul secara damai; ii hak atas kebebasan berserikat, termasuk membentuk dan menjadi anggota serikat buruh; dan 53 Ibid. 84 iii hak atas kebebasan menyatakan pendapat atau berekpresi, termasuk kebebasan mencari, menerima dan memberikan informasi dan segala macam gagasan tanpa memperhatikan batas baik melalui lisan atau tulisan. Beberapa pendapat menyebut The core of rights hak inti dari non derogable rights berjumlah empat. Ini adalah hak untuk hidup, hak untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang tidak manusiawi atau merendahkan atau hukuman lainnya, hak untuk bebas dari perbudakan atau penghambaan dan hak untuk bebas dari penerapan retroaktif hukum pidana. Hak-hak ini juga dikenal sebagai norma hukum internasional yg harus ditaati atau jus cogens norms. 54 Pertanyaan berikutnya adalah apakah negara- negara yang meratifikasi konvenan tersebut, diperkenankan untuk mengurangi atau menyimpangi kewajiban atas pemenuhan hak yang berjenis non- derogable. Pengurangan atau penyimpangan atas kewajiban ini dikarenakan beberapa alasan yang dapat mempengaruhi atau bersifat ancaman serius bagi eksistensi negara itu sendiri. Alasan itu adalah demi: i menjaga keamanan nasional atau ketertiban umum atau kesehatan atau moralitas umum; dan ii menghormati hak atau kebebasan orang lain. Prof. Rosalyn Higgins menyebut sebagai ketentuan 54 http:www.un.orgesasocdevenablecomp210.htm 85 “clawback’, yang memberikan suatu keleluasaan yang dapat disalahgunakan oleh negara. 55 Namun ICCPR menekankan bahwa batasan atas hak tersebut adalah tidak boleh “melebihi dari yang ditetapkan oleh Kovenan ini”. Maksudnya adalah negara-negara diharuskan untuk memberikan penjelasan mengapa pembatasan itu dilakukan. Rasionalisasinya harus merujuk pada dua alasan mendasar di atas. Upaya pembatasan sebenarnya menuai dilema tersendiri, oleh karena pemahaman bahwa makna hak asasi adalah tidak boleh dibatasi, sehingga perlu berhati-hati. Metoda yang layak dipakai untuk memberikan batasan terhadap hak adalah melalui pembentukan undang-undang, bukan konstitusi. Bilamana melalui konstitusi, muatan pembatasan hak justru akan bertentangan dengan kovenan. Sedang melalui undang-undang, penyimpangan dapat dilakukan dalam ruang tertentu. Pertanyaan yang kemudian dapat diajukan adalah mengapa kebebasan berekspresi termasuk sebagai hak asasi dengan klasifikasi derogable rights. Kebebasan berekspresi dapat diwujudkan dalam berbagai cara dan mekanisme pelaksanaan hak. Karena sebagai hak, kebebasan berekspresi seseorang dapat bersinggungan dengan keberadaan pelaksanaan hak tersebut oleh orang lain, atau subyek lain. 55 Ifdal Khasim, op. cit. 86 Prinsip dasarnya adalah bahwa kebebasan berekspresi menjadi landasan bagi kelangsungan demokrasi dan mendorong masyarakat untuk turut serta dalam memberikan opini atas suatu kebijakan publik. Kebebasan berpendapat adalah bagian dari kebebasan berekspresi yang memberikan sumbangan paling dominan bagi pelaksanaan kebebasan berekspresi. Meski bebas, kebebasan untuk berbicara dan mengemukakan pendapat harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip hukum, baik pada tingkatan internasional dan lokal nasional. Upaya pembatasan terhadap kebebasan berpendapat dalam kerangka kebebasan berekspresi prinsipnya sama dengan pembatasan dengan hak- hak lainnya. Sifat kekhususannya yang membuatnya sedikit berbeda. Kebebasan berekspresi kemudian disebut sebagai derogable right oleh karena pelaksanaannya mesti dapat dibatasi, terutama dalam kondisi tertentu. Dalam Article 19 Section 3 ICCPR dinyatakan bahwa pelaksanaan hak-hak kebebasan berekspresi, yakni hak menyatakan pendapat menimbulkan kewajiban dan tanggung jawab khusus sehingga dapat dikenai pembatasan tertentu. Pembatasan tersebut hanya dapat dilakukan seesuai dengan hukum dan sepanjang diperlukan untuk: a menghormati hak atau nama baik orang lain; b melindungi keamanan nasional atau ketertiban umum atau kesehatan atau moral umum. 87 Artinya dengan demikian bahwa kebebasan berekspresi dapat dibatasi dengan prasyarat kondisi ancaman tertentu. Hal itu terkait dengan penghormatan kepada nama baik, yang mana seringkali ini menjadi isu utama dalam upaya penanganan kebebasan berekspresi yang cenderung negatif mendiskreditkan suatu subyek tertentu. Di sisi lain, kebebasan berekspresi juga rentan untuk mengancam keselamatan nasional. Stabilitas politik, sosial, budaya, serta bidang lainnya dapat pula terpengaruh secara negatif bila pelaksanaan hak ini tidak secara bertanggung jawab dan sesuai dengan hati nurani. Konvensi-konvensi tersebut merupakan hukum internasional yang kemudian wajib dijadikan panutan bagi pembentukan undang-undang teknis bagi negara-negara yang turut serta menandatangani konvensi danatau yang meratifikasinya.

2. Kebebasan berekspresi sebagai Inalienable Right